Eyes

1.7K 60 10
                                    

Kring! Kring!

Aku meringis kecil mendengar suara berisik dari meja kecil di sebelah ranjangku. Tanganku terangkat untuk mencari keberadaan benda orange itu dan menghentikan suara yang dibuatnya

Aku duduk di pinggir ranjang besarku. Ingatanku kembali menerawang kejadian malam tadi. Bibirku refleks meringis mengingat hal yang mungkin di luar logika manusia biasa itu

Tentu saja aku bilang itu di-luar manusia biasa. Bayangkan bila ada seorang yang baru beberapa jam kau kenal dan tiba-tiba naik ke atas balkon kamar-mu dengan sayap melekat di punggungnya

Aku menoleh sebentar mendapati kue ulang tahun yang pertama kali kudapat sejak dua tahun terakhir. Terlintas lagi diingatanku senyum dari Zean. Entahlah, senyumnya terlalu indah untuk ku ingat

Aku memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diriku. Aku menatap diriku sendiri dari cermin sebentar lalu kembali melangkah ke bath-up.

Tunggu...

Ada sesuatu yang ganjal dalam diriku. Aku memutar badanku dan bercermin lagi. Sedetik kemudian, wajahku sudah menegang dan kaget.

Aku menyipitkan mataku menajamkan indra pengelihatanku.

Kemana?

Kemana mata hijau-ku? Kenapa yang terlihat adalah mata hitam pekat dengan tatapan seperti mata Zean? Kenapa?

"Kau tidak perlu memasang wajah setakut itu, Ge" Ucap suara baritone yang mungkin sudah cukup ku kenal.

Aku memutar kepalaku ke kanan dan kiri mencari keberadaan dan sumber dari suara itu. Mataku menangkap sosok laki-laki dengan sayap putih di jendela kamar mandiku

Ia sedang duduk manis dengan yoyo melingkar di jari-jarinya. Ia melemparkan senyum manis seperti semalam . "Hei, kenapa kau diam? , Terpesona, hn?" Godanya sambil berdiri dan melangkah ke arah ku

"Ze, apa maksud semua ini? Kemana mata hijauku?" Tanyaku dengan nafas tercekat. Aku menatap diriku sendiri dari cermin sekali lagi untuk memastikan warna mataku.

Hitam onix

Itulah mataku sekarang. Mata yang melekat dalam diriku. "Hey? Semua akan baik-baik saja. Ini tidak seburuk yang kau pikirkan, Ge" Ucap Zean mencoba menenangkanku.

Aku tidak bisa tenang. Ini benar-benar di luar logika manusia biasa. Ini terlalu sulit untuk di percaya

"Ge, percayalah padaku. Aku tidak akan menyakitimu" Ucap Zean sambil menggenggam kedua tanganku lembut. Dingin. Itu yang kurasakan saat pori-pori kulitku  bersentuhan dengan kulit Zean

Zean merengkuhku ke dalam pelukannya. Pelukan ini benar-benar hangat. Berbeda dinginnya kulit Zean. Ini benar-benar membuatku nyaman "Percayalah, Ge" Pintanya sambil mengelus lembut puncak kepalaku.

Aku menggangguk kecil dalam pelukannya. Sebagian besar hatiku percaya pada Zean. Entah apa yang memicuku untuk percaya pada orang-eum makhluk yang baru ku kenal. Tapi tentu hati kecilku berkata tidak

"Lebih baik kau mandi dulu. Aku akan turun kebawah" Ujar Zean sambil melepaskan rengkuhannya padaku. Dengan ragu-ragu aku berjalan ke arah bath-up untuk membersihkan diriku

Selesai mandi, aku berpakaian dengan rok bermotifkan polkadot serta kaos warna putih polos. Aku menatap diriku dari cemin.

Mata hijauku tidak kembali juga. Digantikan mata hitam onix dengan kilatan tajam di sana

Aku menghela nafas pasrah dan turun untuk menemui Zean.

Aku memutar kepalaku ke kanan dan kiri untuk mencari Zean. Aku mendapati sosoknya ada di dapur dengan celemek melekat di tubuh atletisnya. Eum, tanpa sayap juga disana

EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang