Pluviophile and Pluviobhobia[Jonglo]

135 8 0
                                    


Moon Jongup | Choi Zelo

Original Story by Mira (tw: @Himmiw/fb : Miramen Miramen)

Romance, drama, fluff

**

Namja tinggi berambut cokelat keemasan itu mengerjab ngerjabkan kedua matanya penuh hikmat kepada jendela bening yang mempertemukannya pada pemandangan penuh ketenangan. Ditemani turunnya embun malam tercetak di kaca, dan aliran air mengalir tak henti. Di luar sana jelas Bumi sedang menangis, begitu deras hingga tak kuasa dihentikan. Seolah bumi mengalami dehidrasi berkepanjangan , dan memerlukan air yang cukup banyak untuk membasahi kekeringan di dalamnya.

Choi Zelo menghela nafas panjangnya. Sudah setengah hari ia berdiam diri di dalam apartemen luasnya, tanpa ditemani siapapun. Kesunyian dan keheningan adalah suatu hal yang dibencinya. Hanya hujan menjadi teman malam ini.

#Ceklek

#Tap Tap Tap

"Berapa lama kau akan berdiam terus , Choi Zelo? Makanlah makananmu. Sejak aku meninggalkanmu tadi sore, kau belum menyentuhnya sama sekali. Makanlah..." pinta Himchan sambil melepas jaket dan syalnya. Rambutnya yang agak basah—mungkin karena hujannya yang deras malam ini—membuatnya terlihat agak kacau. Sayang payungnya tak membantu sama sekali.

Namja yang ditegur itu tetap berkelana dalam gelutan gelap malam dan hujan yang terus jatuh. Mendekap erat tubuh , tanpa ia rasakan dinginnya ruangan. Semuanya terasa terlupakan. Hanya ia dan hujan. Baginya, hal lain hanyalah angin lalu yang merongrong sanubarinya, namun tetap ia hiraukan.

"Ini aneh. Semenjak kau kenal namja itu, kau sama sekali tak bisa lepas memperhatikan turunnya hujan. Bukankah kau benci dengan 'Hujan'?"

Himchan kembali bersuara biarpun namja cantik itu tau jika Zelo sedang berkonsentrasi dengan suatu hal, ia akan sulit membuyarkannya. Namun apa daya jika keheranannya ini terus berlanjut, dan ia begitu muak melihat betapa Zelo menganggapnya tidak ada sama sekali jika didiamkan terus.

Namja itu kini sudah berdiri di sisi kiri Zelo. Ia juga menatap kepada buliran Kristal jatuh yang dianugerahkan Tuhan dari langit. "Ada yang kau pikirkan saat ini?"

Zelo akui bahwa ia memiliki jawaban yang sangat panjang dan lengkap untuk pertanyaan itu. Hanya saja ia sangat sulit mengungkapkannya dengan kata kata.

Ia memicing Himchan dari sudut matanya, melayangkan sebuah pandangan penuh arti yang diharapkan dapat membuat Himchan mengerti tanpa ia harus berucap kata.

"Aku tau! Aku tau!" Himchan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah. Ia sangat sadar bahwa Zelo jika sudah memicing padanya, itu berarti dirinya tak mau diganggu. Diganggu pun tak mau, maka ia juga tak akan menjawab apapun pertanyaannya. Himchan beralih untuk pergi ke kamar pribadinya, meninggalkan Zelo dalam kedamaian yang sedang menyongsong dalam batinnya dengan hujan yang menjadi pelakunya. Buliran itu telah merenggut perhatian sang adik, dan Himchan bisa memahami itu.

Zelo kembali melamun. Entah sampai kapan akan seperti ini. Rasanya jika hujan belum juga berhenti, ia enggan untuk beralih.

Kedamaian itu selalu ada jika kau yang dapat memahami kondisinya di waktu tertentu. Jika kau merasa menangis memberikanmu kedamaian, maka menangislah... jika kau marah memberikan kedamaian, maka marahlah. Jika kau membenci sesuatu memberikanmu kedamaian , maka bencilah.

Jika kau jatuh cinta agar kau mendapat kedamaian, maka jatuh cintalah.

Dan saat aku melihat hujan , aku merasa kedamaian. Maka walau aku membenci hujan tapi menemukan kedamaian itu ketika menyukai hujan, maka aku harus menyukainya...

BAP'1SHOT !!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang