Ini Gue

120 57 62
                                    

Papan tulis nan bersih tanpa noda  yang lama kelamaan diisi  soal soal Matriks oleh Ibu Herawati guru Matematika gue yang tak tau kapan muncul.

Tangan Rio menyiku lengan gue tanpa sebab "Fan mampus lo Ibu rawa rawa dari tadi udah perhatiin lo,ngapain juga ngelamun."

Yah, itu sebutan siswa siswi sekolah ini  buat guru Matematika  sekalian wali kelas gue yang nggak tau dari siapa berawal sebutan tersebut (rawa-rawa).

"Easy going aja, ntar kalau disuruh kedepan ngerjakan soal, yah kerjakan aja, salah belakangan, sahut gue."

Tebakan  Rio benar, gue dipanggil kedepan tapi bukannya ngerjain soal malah bantu Ibu matematika gue buat paket internetan.

Guru zaman now yang nggak mau kalah sama siswa siswi nya bersosial media tapi tak tau cara pemakaiannya.Di sisi lain guru makai android bukan bersosial media saja tapi cari materi pembelajaran, ini 1 point yang membedakan kita dari guru.

**

Bukan sombong atau sok pintar, sekali dengerin penjelasan dari guru apa pun itu, gue langsung cepat paham, ini adalah salah satu anugerah yang dikasih Allah. Makanya gue selalu rangking 1 mulai dari kelas 1 SD.

Gue adalah anak yang mudah bergaul  pada setiap orang baik itu, adik kelas, para guru guru, ibu kantin, sampai satpam di sekolah.

Waktu itu hari pertama masuk SMA, setelah perkenalan dan segala macam yang paling buat gue malas.Pelajaran pertama waktu itu Matematika.Pada masa itu guru gue Pak Edi bukan Edi Guerro pemain Smackdown yah. Ia buat pertanyaan 3 soal matematika di papan tulis, terus dia nanyak nih "siapa yang bisa ngerjain soal ini "???

10 detik pun berlalu tak seorang pun yang anjungkan tangannya, yah gue langsung aja ngejawab soal ketiga tiganya dengan lisan. Seketika, gue pagi itu  langsung jadi sorotan plus dijadiin langsung sebagai ketua kelas.

**

Gue bersahabat dengan 5 orang yaitu Andry,Ari,Rachel,Dani &Rizka.Itu  berawal dari kerja kelompok fisika waktu kelas 10.

**

Bel yang khas dari sekolah ini melesit panjang, waktu istirahat gue biasanya langsung ke musholla buat sholat Dhuha bareng Andry plus gue juga ketua rohis di sekolah ini.Biasanya tiap hari rabu ada bazar buku kecilan gitu di depan perpus yah kadang gue beli kalau ada yang tertarik.


Setelah dari musholla gue bareng andry ke kantin beli cemilan dan dibawa ke kelas karena biasanya di kantin itu ribut.Terkadang gue heran lihat anak anak yang lain nggak bisa antrilah, pada desakanlah, terus kasihan buat yang badannya kecil.Padahal kalau antri kan enak dilihat , slogan yang dibuat pak Suti "Biasakanlah Budaya Antri" tak berjalan semestinya.


Sambil dengerin kicauan anak burung yang nunggu induknya datang, gue masih kepikiran omongan Deva tadi pagi.Si Rachel langsung nyambut "masih mikirin omongan si Deva yah fan?".Aku hanya mengangguk sambil mengunyah roti cubit ini.


Bukannya durhaka omongin kebiasaan atau kejelekan orang tua ke orang lain, tapi gue butuh tempat curhat, kalau curhat sama Deva & Devi mereka nggak bakal ngerti.


"Fan, si Deva udah kelas berapa sih, tanyak Ari ?". Jempol gue nunjukin ke keningnya.Semuanya tertawa (dalam hati cukup gue aja yang ngerasain seperti ini).

"Dengar dengar orang paling kaya di kota kita, jatuh miskin yah", kata Rizka


"Namanya aja baling baling kehidupan",sahut Dani.

"Maksudnya?", kami berlima serentak seakan akan telinga si Dani mau tuli.

"Hidup ini terkadang di atas, kadang dibawah, seperti baling baling yang di pasar malam, kalau dibawah kita hanya bisa ngelihat antrian yang panjang, tapi kalau sudah diatas keindahan lampu yang kelap kelip dipadukan dengan dinginnya malam. jadi selalulah bersyukur apa yang diberikan oleh Allah itu semua hanya titipan yang tidak akan dibawa mati."

"Demikianlah kultum saya pada istirahat ini".

Kami berenam ketawa terbahak terbahak dengerin kalimat ujungnya.

**

Tak lama Pak Martua salah satu dari grup band "Batak Band" yang dipadu 2 guru lagi yaitu Pak Togar dan Pak Lubis, datang dan langsung ngucap 4 kata "Simpan Buku Kita Ujian" Yah kami santai aja, karena minggu lewat sudah dibilang sama bapak ini. Btw, Bapak ini guru kimia yang super duper kocak, tapi bakal berubah waktu ngawas ujian.


Masih 5 menit ujian, ada aja orang orang yang curang yang masih makai cara kuno yaitu  kertas kertas kecil yang difotokopi, alhasil mereka kedapatan, ada yang diselipkan dipergelanganlah, yang dipulpenlah bahkan yang paling anehnya di tulis di tangan.


Mereka lupa dengan pepatah ini "Bisa karena sering diasah" cocok untuk mereka yang selalu senang dengan kecurangan kecurangan yang membuat terjerumus kebodohan , benar "BISA bodoh  KARENA SERING DIASAH " Lebih baik nilai 50 hasil sendiri daripada nilai 100 hasil kebodohan.

**

45 menit berlalu, kertas gue udah penuh dengan tinta jawaban.Tak lama bel pulang berdering. Gue langsung ngumpul tuh kertas, pamit sama bapak dan pulang kerumah karena harus ngantar Deva&Devi ke rumah nenek.


Waktu gue buka pintu rumah, ada beberapa kertas yang berserakan di ruang tamu, karena penasaran gue ambil tuh kertas dan langsung baca isinya.

Sekian dulu yah chapter ke 2 nya , kalau ada yang typo harap maklum, authornya masih newbie , jangan lupa divote yah guys biar authornya semangat.


Baling Baling Kehidupan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang