prolog

1K 41 19
                                    

Namaku Anna. Umurku 16 tahun. Aku sekolah di SMA Nusa Tunggal.

Tidak ada yang aneh di hidupku. Semuanya biasa saja. Sangat biasa malah, sampai sampai terkadang aku merasa bosan.

Hidup monoton. Menjalani rutinitas yang itu-itu saja setiap hari. Aku selalu menginginkan sebuah petualangan, tantangan yang seru.

Aku selalu menyangka bahwa sedikit tantangan dalam hidupku takkan jadi masalah. Mungkin itu akan membuat hidupku jadi lebih seru dan berwarna.

Tapi, hei kadang kadang keinginan kalian bisa menjadi hal yang buruk bagi kalian kan?

***

"ANNA!!!" sebuah teriakan mengagetkanku. Aku menoleh ke arah suara. Oh, ternyata Clarissa. Dia sahabatku. Orangnya gampang marah, ngambekan dan sensitif. Tapi dia juga baik dan keibuan. "APAAN?" aku membalas teriakannya.

"SINI-SINI!!! LU MAU IKUT GA KITA MAU KERUMAH GUE BESOK HARI JUM'AT!!!" teriak Clarissa toa. Aku menghampiri kerumunan di meja Clarissa dengan semangat.

"IKUUUUTTT GUE MAU IKUUUUUT!!!" aku berteriak excited. Ya, kalo boleh jujur aku memang sangat hiperaktif dan ceria. Tak ada yang tahu bahwa aku suka berpikir dalam-dalam dan sangat realistis. Semuanya hanya tahu aku yang ceria dan selalu berimajinasi.

Di meja Clarissa ada juga Luna, Putri, Chaca,dan Diandra. Banyak kan? Mereka semua sahabatku.Yah, bukan sahabat seumur hidup banget sih tapi ya u-know-what-I-mean.

Karakter Luna agak abstrak. Dia pendiam, namun kadang-kadang dia bisa menjadi freak dan gila. Luna sangat irit kata, alias tidak banyak bicara.

Dia baik dan pengertian, tapi kalau kesel/ngambek ngambeknya dipendam.

Jadi tidak ada yang tahu kalau dia marah. Kami sudah berkali-kali bilang 'Jujur aja ama kita kita mah gapapa' namun dia hanya mengangguk dan tetap memendam perasaannya. Kadang kadang aku gemas sendiri dibuatnya. Lagi minta ditabok. Eh.

Putri somehow agak egois, suka ngatur sama agak suka manfaatin orang. Dia bisa dibilang tipe orang yang im-the-boss. Tapi dia fleksibel. Maksudnya, apa apa bisa. Masak? oke. Basket? oke. Ngerajut? oke.

Segala sesuatu yang dia lakuin, pasti langsung bisa. Aku juga bingung, ajaib banget.

Chaca. Namanya sebenarnya Bianca. Tapi dia maunya dipanggil Chaca. Padahal menurutku, bagusan Bianca. Kan lebih terkesan elit gitu. Tunggu. Kok malah ngebahas ini?

Chaca itu orangnya sangat amat putri solo. Lemah lembut, sopan, baik dan ramah. Tipe favorit ibu-ibu arisan buat dijadiin menantu anaknya. Eh.

Diandra itu orangnya baik, freak, seru banget, setiakawan dan rajin menabung (?). Pokoknya dia yang paling mirip sama aku sifatnya. Orangnya tingiiiiiiiiiii banget sama cantik. Dia kalo main basket,medium shoot, gausah loncat juga udah masuk. Gils terlalu tinggi bocah ini. Dia juga sering dipanggil Andra.

Terus...

"NGELAMUN BORRR???" Diandra berteriak tepat di samping kupingku. Aku terlonjak kaget. "Astaga ndra lu niat bikin gendang telinga gue pecah ato apaan si?" aku mengelus-elus kupingku yang masih pengang.

"Kaco ego lu ndra kasian nih bocah" Chaca membelaku, memberikan tatapan judes ke Diandra. Yang dipelototin hanya ngakak.

KRINGG!!!

Bel masuk berbunyi, kami segera berpencar ke kelas masing-masing. Ya, kami beda kelas.

Aku, Luna,dan Clarissa di kelas 1-3. Chaca dan Putri di 1-6, sedangkan Diandra di 1-4 sendirian.

Pak Sastro, guru b.indo yang galak memasuki kelas kami dan aku tak punya pilihan lagi selain mendengarkan dia menjelaskan pelajaran bahasa indonesianya.

--------------------

DEMI APAPUN INI ABAL. Maklumlah masih amatir :3 vomments ditunggu yak mwah. Maaf kalo jelek bgt tapi insyaallah nanti bagus.

TalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang