one

311 33 12
                                    

Dengan buru-buru aku menaiki tangga sekolah, ke kelasku di lantai 3. Sekarang sudah jam 6:57 sedangkan pelajaran pertama itu Miss Sari, guru bahasa inggris yang galak. Mati deh! batinku dalam hati, mempercepat langkahku.

Naik tangga disini selalu melelahkan. I mean, kelas 1 di lantai 3? Seriously? Oke, mungkin kalian menganggap aku lebay tapi serius, ini bikin capek. Coba aja sendiri.

slip

OMG AKU KEPELESET!!! Relfeks tanganku menggapai-gapai udara, mencari sesuatu untuk berpegangan. Namun, sesuatu yang aneh terjadi, aku tidak jatuh! Posisiku miring sekitar 45° tapi aku tidak jatuh. Oh, wow. Kenapa ya?

Aku merasakan nyeri di betis dan punggungku. Namun aku abaikan, aku melanjutkan naik tangga, takut telat beneran.

Satu anak tangga lagi!!! Aku memotivasi diri sendiri, berusaha naik satu tangga lagi dan akhirnya aku berhasil.

Dengan ngos-ngosan aku berjalan menuju kelas. Aku mengintip lewat jendela kecil di pintu. Yap, Miss Sari sudah masuk. Ini takdir. Perlahan aku mengetuk pintu lalu menjulurkan kepalaku ke dalam.

Seisi kelas menoleh kepadaku. Oh wow. Sekarang aku jadi bahan tontonan. Ini pagi tersial.

"Um...anu miss, saya tadi kena macet di pertigaan...."

Miss Sari menatapku tajam.

"Tadi saya lewat situ, lancar kok,"

"Eh....saya....umm....gatau deh tadi macet,"

Miss Sari menatapku seolah-olah aku sudah ribuan kali melakukan hal ini dan dia sudah muak.

"Kamu sekarang juga, ke piket di lantai 1. Buat surat ijin. Kamu gaboleh masuk kelas saya kalo belom dapet surat ijin"

Turun tangga lagi? OH GOD.

"Boleh taro tas?"

"Gak, bawa tasnya"

Sial banget sih gue, batinku dalam hati.

Namun aku tetap melakukannya. Turun tangga, minta surat ijin, diomelin guru piket, naik tangga, diomelin lagi. Semuanya memakan waktu 18 menit hingga aku duduk. Kakiku rasanya pegal-pegal. Alamat diurut nih, pikirku.

"Kenapa lu?" Tanya Luna setengah berbisik, takut diomelin.

"Ya biasa lun, kesiangan. Tadi gue ada kejadian aneh dah,"

"Kenapa?"

"Nanti aja istirahat, takut dihukum gue"

"Oke tapi nanti ceritain ya"

***

"Jadi," Putri berhenti sebentar untuk menyesap jus mangganya,"Lu tadi mau jatoh tapi gajadi jatoh? Terus intinya apa?"

"Duh, bukan gitu put, maksudnya, gue heran kok gue gajadi jatoh padahal seharusnya gue udah guling-guling di tangga terus ke rumah sakit," jelasku sambil menambahkan sambal ke bakso-ku.

"Mungkin lu punya bakat pesenam gitu, na" ujar Chaca.

Aku mendengus. "Mana mungkin, cha. Orang gue berdiri di atas tembok pager rumah gue aja ngejublak,"

"Lu ngomong kurang belibet. Apaan tuh tembok pager rumah?" Clarissa mengomentari bahasaku yang aneh.

"Aduh, maksudnya tuh tembok disekeliling rumah yang tinggi ituloh, kan kayak pager"

"Ngapain lu kesitu? Gabut amat lu tong"

Diandra berkata sambil bermain hpnya.

"Gapenting gue kesana ngapain ndra. Intinya bukan itu duh kok gue punya temen ogeb semua ya" desahku, menyeruput es teh 2000an. Maklum, kantong pelajar.

TalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang