five

172 19 4
                                    

Author's P.O.V

Anna mendesah di dalam toilet. Dia datang bulan. Disaat seperti ini. Akhirnya dengan buru-buru dia memakai pembalut dan membuka pintu toilet. Grap! ada seseorang yang membekap mulut Anna dengan kain. Jangan hirup, na! Jangan! Anna membatin. Dia berhenti mengirup udara. Lebih baik gue pura-pura pingsan, batinnya lagi. Akhirnya, walaupun tidak menghirup udara kain tersebut, Anna berpura-pura pingsan.

"Ha. Gadis bodoh," Anna mendengar seseorang, perempuan, dengan suara cempreng menggumam.

"Ayo, cepat bawa dia ke mobil." Satu lagi? Komplotannya kah? Suara kali ini lebih berwibawa dan kalem. Kedua wanita itu membopong Anna keluar dari kafe menggunakan pintu darurat untuk kebakaran yang menuju ke parkiran.

"Yak, bagasinya sudah terbuka. Masukkan dia." Ujar si Cempreng. Sekarang! Anna membuka matanya lalu melayangkan satu pukulan ke muka si Kalem. Sementara cewek itu kesakitan, Anna lari sekencang-kencangnya.

"Hei!" terdengar si Cempreng berteriak dan mengejarnya. Karena panik, Anna masuk ke dalam ruangan kecil tidak jelas di parkiran tersebut. Ia masuk lalu mengunci pintunya dengan selotan. Ruangan itu ternyata ruangan janitor. Ada kain pel, sapu, pembersih lantai dan sebagainya.

"Cepat ambil pistolku di mobil!" si Kalem memberi perintah. Anna tercekat. Pistol? "Apa kau bodoh?! Bos menyuruh kita membawanya hidup-hidup!" Ternyata si Cempreng sama kagetnya dengan Anna.

"Ambil saja cepat!" si Kalem mulai tak sabar. Melihat gelagat temannya, si Cempreng dengan segera pergi ke mobil dan mengambil pistol tersebut.

Gue yakin gabakal bisa kabur. Anna berusaha berpikir cepat. Mending gue kirim sms ke Devon. Dia tahu, dia akan tertangkap dan dimasukkan ke dalam bagasi mobil. Dia berusaha mengingat-ingat plat nomor mobil itu. Ah, ya. Sekarang Anna ingat. Dia mengetik sms ke Devon dengan buru-buru. Jarinya bergerak lincah.

Tlg. sedan htm B 2345 CAV

Send!

Tepat saat itu juga si Cempreng kembali dengam pistol di tangannya. Si Kalem menembakkan pistol itu ke selot ruang janitor. Prak! selot itu pecah. Pintu terbuka. Anna meringis ketakutan. Dia mencoba melawan menggunakan sapu namun si Kalem sangat gesit. Dia menghindar dari sapu Anna lalu merogoh sakunya. Mengeluarkan jarum suntikkan. Anna menjerit kecil. Si Kalem menyuntikkan jarum itu ke leher Anna. Seketika, Anna tak berdaya. Dia pingsan. Benar-benar pingsan.

Setelah Anna terkapar tak berdaya, si Cempreng dan si Kalem mengangkat tubuh kurusnya lalu memasukkannya ke bagasi. Mereka mengikat tali dan tangan Anna lalu menutup mulutnya dengan lakban. Mereka segera pergi dari parkiran tersebut.

"Halo, bos. Kami dapatkan gadisnya. Kita bertemu di tempat itu." si Kalem menelpon 'bos' lalu langsung menutupnya.

***

Devon's P.O.V

Setelah membaca sms dari Anna gue buru-buru ke parkiran, berniat mengambil mobil dan mengejar sedan hitam tersebut. Gotcha! sedan hitam itu sedang membayar tiket keluar. Sial. Dia di depan sedangkan gue masih di belakang. Kira-kira gue berjarak 4 mobil darinya.

Setelah membaya tiketnya, si sedan ngebut keluar. Gue masih panik. Antriannya masih lama lagi. Akhirnya gue membuka kaca mobil, menempelkan hp di telinga dan dengan sok panik berbicara. "Apa?! Mama masuk rumah sakit?? Iya iya kakak kesana! Tunggu sebentar ya, dek!" Cara gue berhasil. Si penjaga tiket terlihat buru-buru melaksanakan tugasnya. Yah, 40% lebih cepat lah. Tak sampai 3 menit, gue udah menyerahkan karcis parkir gue.

"Maaf ya, mas Ibunya jadi nunggu di rumah sakit," kata Mbak-mbak tiket. Gue hanya tersenyum sok sedih. Kasian juga sih si Mbak-mbak tapi ini emang emergency beneran kok.

TalentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang