Eh, lama gak nunggunya? // apazih pede batt// kelamaan gak? Soalnyakan minggu lalu aku gak update. Padahal ya aku udah tetapin dalam hati "Harus update seminggu sekali!". Maapkan aku ya! Aku lagi enak enak baca webtoon, lagi nemu yg seru. Yaud silahkan mulai baca aja.
Happy Reading~
***
Nana menghembuskan napas pelan. Dari tadi pikirannya bekecamuk, bercabang cabang, terbelah belah. Ia mulai buyar konsentrasinya. Pelajaran yang di jelaskan tidak ada yang masuk sama sekali. Wajahnya terasa kebas. Hawa dingin dari AC membuatnya semakin tak karuan. Nana bingung sekali. Sangat sangat sangat. Apa yang terjadi padanya tadi membuatnya tak bisa menahan malunya.
Nana mengusap wajahnya. Di luar mendung, awan hitam bertumpuk. Sepertinya akan turun hujan sore ini. Rasa kantuk mulai menyerang.
Teman sebelah kirinya sudah mulai tertidur, sementara sebelah kanannya memainkan bolpoinnya di antara mulut bahian atas dan hidung. Kelas terasa hening kecuali suara halus miss Holdien, guru bahasa prancis mereka. Jika anak anak kelas mereka ingin cepat cepat, keluar tetapi Nana tidak. Nana belum siap bertemu Raka.
Waktu belajar-mengajar tinggal lima menit lagi. Berarti Nana harus bersiap siap betatap muka. Tapi, tapi, Nana belum siap... Huwaaaaaa.... Terus Nana kudu gimana? Kabur kah? Sembunyi kah? Atau tetep say--ketemu Raka? Tapi ya, kalau ketemu Raka berarti say god bye sama image sendiri. Bodoh banget tadi dia khawatirin Raka. Pasti tuh anak sekarang lagi pede pedenya. Mentang mentang udah berhasil bikin Nana khawatir setengah jalan. Awas aja kalau ketemu, adu jotos siap siap aja.Argh! Nana kesel sumpah. Kenapa coba dia pedulin anak kelas A tadi? Kenapa gak kabur aja gitu, kenapa malah kepo maksimal? Nana nggak ngerti! Emang ya, penyesalan itu emang dateng terakhir, yang awal namanya pendaftaran. Rasa rasanya Nana ingin ketemu dukun saja, atau nggak ketemu penyihir gitu, biar bisa hapus itu kejadian. Biar Nana nggak kebayang terus. Biar Raka nggak jadiin Nana lelucon receh buat gengnya. Sementara itu bel sudah berdentang yang menurut anak anak adalah panggilan menuju syurga. Maksudnya, terbebas dari kekangan guru gitu.
Tanpa lupa mengucapkan salam, miss Holdien pergi dengan suara heels nya yang menguar nguar. Sudah macam bel kapal di tengah laut. Suaranya sungguh menggema. Miss Holdien memang bukan seperti guru guru biasa disini. Beliau baru saja lulus kuliah setahun yang lalu, yang berarti beliau masih muda, belum menikah, dan belum punya anak.
Bahkan blasteran Prancis-Belanda yang tinggal di Indonesia. Beliau memang cantik, sering ada surat, bunga, ataupun coklat yang tiba ke ruang guru--ke mejanya lebih tepatnya--tanpa di ketahui pengirimnya. Kadang kadang kita yang dekat dengan miss Holdien di beri beberapa coklat yang beliau dapet. Ah, enaknya jadi murid kesayangan.
Back to read, hujan mulai turun. Lamat lamat menjadi deras. Membuat beberapa siswa ber-yaaah kecewa, malas pulang. Uh, apalagi Nana. Iya sih malas pulang, malas pulang ke hati Raka maksudnya.
"Ayo Na pulang, gue udah di tungguin Vado soalnya," ajak Putri yang sudah berdiri bersiap untuk pulang.
"Iya, gue mau pulang, pulang ke IPA kelas C. Bhay!!!" Nana kabur secepatnya. Tanpa memedulikan Putri yang sudah mencak mencak sekarang.
***
Nana melangkah mantab memasuki kelas yang menjadi kelas idolanya sekarang. Dilihatnya sekeliling kelas X-IPA C. Nana memang kagum dengan kelas IPA satu ini, soalnyakan man-eh, doinya dulu kan ada di sini//Eak eak, dulu Nana punya doi. Ia mendaratkan pantatnya di kursi sebelah cowo yang paling di segani cewe X-IPA C. Primadona yang gantengnya nggak ketulung. Udah gitu, pinternya ngalahin Albert waktu kecil. Gak denk, gak mungkin. Dede kecil Nana kan nggak sepintar kaka Rakasya Raditya, Primadona sebelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
In der Stille
Teen FictionNana tahu kok memyembunyikan itu sulit. Sesulit menyembunyikan robekan celana yang panjangnya dari ujung keujung. Tapi, diam bukan berarti memendam. Sendirian. Nana punya sahabat yang siap sedia mendengarkan. Hanya, Nana tidak tahu apakah semuanya b...