06

15 2 0
                                    


Hola ketemu kalian lagi!!! 🎉 berapa minggu ya nggak ketemu? Dari tahun lalu bukan??? Yeps, maaf ya kalau membuat kalian menunggu//meskipun tahu kalian nggak bakalan menunggu. Aku sih nebak kalian nggak bakalan minat nungguin cerita nggak jelas ini. Sebagai permintaan maaf, aku mau mencoba janji update cepet. Tapi kalian bantu aku ya! Kalian bisa vote, read, coment, tapi aku saranin sekali aja sekali coment disini. Yah, meskipun apalah daya aku. DAN INGETIN KALAU TYPO YA!!! Yaudah

🎉HAPPY READING🎉


***

Nana mendengus kesal, mencoba untuk mengeluarkan seluruh uneg unegnya. Ia kesal parah. Separah parahnya orang sakit hati, ia lebih parah. Parahnya sih lebih ke-nggak masuk akal. Ia beneran nggak jadi hung out bareng adek tersayang. Gara gara dede jahanam satu itu, Nana harus membatalkan semua kegiatan yang ia sudah atur siang malam. Sampai nggak bisa tidur dan paginya ia harus merelakan ulangannya dapat nilai jelek yang mepet KKM.

"Kenapa lo? Mukanya jelek banget dah," ujar Liya yang sedang makan eskrim di bangku depan.

Nana menunjukkan hp-nya,

Daniel:
Lo nggak boleh nolak!
Permennya gue ganti es krim gratis!
Gue yakin temen lo nggak nolak!
Awas kalo lo nolak!
Gue seret lo juga!

Liya menahan tawa, Putri dan Vado yang tiba tiba masuk juga ikut menahan tawa. Ketiganya kompak menjilati es krim yang sengaja diberikan oleh Daniel--sengaja menggoda Nana yang menolak traktiran itu. Ah, rasanya ia ingin tenggelam deh. Udah nggak dapet traktiran, nggak jadi hung out bareng adek tercinta, nggak bawa uang lagi. Manapula ia sedang dalam mode marah kepada Raka. Apes apes.

Nana berusaha menahan rasa sakit yang merajalela di dalam perutnya. Ia tidak sarapan dan sekarang ia juga harus menahan rasa sakit karena tidak makan siang. Sementara sahabatnya asyik asyik makan, tidak memperdulikan dirinya. Sahabat macam apasih kawan kawannya itu. Bisanya menambah beban saja. Merepotkan.

Karena tidak tahan, Nana bergegas keluar. Ia berjalan menuju taman di belakang sekolah--yang membuatnya ingat suatu kejadian. Sekaligus menjadikan image-nya sebagai taruhan.

"Lo ngapain?" Tiba tiba Raka sudah berada dihadapannya.

Nana kaget dibuatnya. Sampai ia tak sadar hampir terjengkang dibuatnya. Pasalnya saat ini Nana sedang berdiri diatas papan untuk tempat latihan jalan dengan keseimbangan. Alhasil, sebelum Nana terjengkang kebelakang duluan, Raka menariknya dan membuat mereka jatuh bersamaan. Keduanya tertegun, tak adakah yang lebih baik dari ini?. Raka lebih dulu berdiri dan membantu Nana.

"Lo ngapain disini?" Pertanyaan itu lagi, Nana mengumpat dalam hati.

"Terserah gue lah." Nana membalasnya acuh. Ia menepuk nepuk tangannya yang kotor.

"Ck! Lo nyariin gue kan tadi?" Raka tetap ngotot.

"HEH! Pede amat lo!"

"Ya pede lah, orang ganteng mah bebas."

Nana memutar bola matanya malas. Sombong sekali dia! Mentang mentang orang ganteng, pinter, cih!. Nana berbalik badan hendak kembali ke lapangan. Daripada disini, yang ada tensi darahnya naik mulu. Lihat nih muka orang aja tangannya gatel pingin nampar, apalagi kalau udah adu mulut. Aduh, nggak bakalan selesai. Tapi, sebelum Nana bergerak menjauh, tangan Raka lebih dulu mencekalnya.

"Bilang dulu, lo nyariin gue nggak?" Raka memperkuat cekalannya.

"Udah dibilang enggak, ya enggak! Gimana sih lo! LEPAS!" Raka hanya diam saja.

In der StilleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang