Guys, sesuai jadwal yang aku mantepin, aku pingin update ini deket deket sama hari kemarin lah. Jadi, buat yang mau baca silahkan aja. Tapi sebenernya, aku nggak tahu aku ngomong apa.
!!! TYPO ATI ATI !!!
~HAPPY READING~
***
Sesekali Nana melirik gelisah jam tangannya yang melingkar indah. Sudah hampir pukul lima tapi sepupunya itu masih belum datang juga. Ia melirik langit, awan gelap tampak menggumpal. Bisa saja tetes hujan itu turun sekarang. Tapi sepertinya Tuhan masih baik padanya. Nana mengehentak hentakan kaki kesal. Bagaimana tidak kesal? Lewat setengah jam ia menunggu, tidak ada tanda tandanya sepupunya datang.
Atau jangan jangan sepupunya itu memang tidak berniat menjemputnya? Dengan tidak memberitahuinya? Ah emang tai itu sepupunya. Astagafirullah. Tobatkan hamba. Ditengah keputus-asa-an Nana, suara deru motor memecah hening. Nana sedikit memicingkan mata melihat lampu motor ditengah derasnya hujan. Motor ninja merah itu berhenti tepat didepan pos satpam. Membuat Nana dapat mengenali sosoknya.
Dengan rambut yang basah kuyup, Daniel bergerak mendekati pos satpam sekolahnya. Ia mengibaskan sisa sisa air dan hal itu malah membuat Nana kecipratan. Emang tai ni orang!.
"HEH! DANIEL! DANIEL KERTAWIJAYA! Nggak usah gitu napa?! Basah kan guenya!" Nana mendengus sebal.
Daniel yang habis diomelin hanya menganga. Oh Nana tho! Dikira siapa! Daniel membalasnya dengan tersenyum tipis.
"Sorry, sorry, vergeef me," sekarang ia menyeringai.
"Apaan dah! Nggak adil! No!" Nana malah heboh merasa diremehkan. Ia kembali duduk dengan menggembungkan kedua pipi tirusnya (sok imut ala mantan 'ikan teri').
Cowok disebelahnya malah tertawa. Mana mungkin Nana tahu itu artinya apa. Orang si Nana asli jawa ya kan, dia asli Batavia. Memang nggak jauh beda sih, tapi kan, Daniel dari Rotterdam. Jauh di Eropa. Tapi Daniel nggak tahu Rotterdam itu mana.
Lelaki agak jangkung itu ikut duduk disebelah Nana dan menoel pipinya. Pingin ngajak bacot katanya. Hujan deras terus membasahi bumi. Apalagi disertai angin. Udah dingin basah pula. Untung sih, bagi mereka, besok, seragamnya nggak ini. Nana menjulurkan tangannya, mewadahi kucuran air dari atas dengan tangannya. Dingin. Tapi ia suka.
Disebelahnya, Daniel tersenyum simpul. Entah mengapa rasanya bahagia berada didekat orang yang kau sayangi. Meskipun dalam artian yang sebenarnya. Bukan sebagai 'seseorang' yang spesial, tetapi sebagai kakak yang patut dihormati.
Walaupun nantinya ia juga akan dibenci."EH! KAKAK! SINI KAK!" Tiba tiba Nana berseru. Mengagetkan Daniel juga pak satpam yang ternyata lagi mimpi indah banget.
Tangan Nana yang tadi terjulur melambai kearah mobil silver ber-plat Jakarta. Cahaya dari lampu mobil tersebut menerangi pos satpam diantara ribuan rintik hujan.
Deru-nya terdengar pelan. Seseorang keluar dari jok yang menyetir. Ia membawa payung besar hijau tua. Kemeja kotak kotaknya sedikit basah oleh hujan. Nana tersenyum riang."Sini Na!" Sepupunya itu berseru. Nana menoleh kearah Daniel.
"El, ikut yuk!" Nana melambaikan tangan mengajak Daniel, Daniel menggeleng.
"Ayolah El, hujannya deres banget lho!" Daniel menggeleng, lagi.
"Ck! Buruan Na--" kakak sepupunya mulai kesal.
"Buruan DANIEL!" Nana menarik tangan Daniel. Berlari kecil menghampiri kakak sepupunya itu yang sudah terlihat sangat kesal, merasa diabaikan. Dengan perasaan dongkol kakak sepupunya itu mengantarkan sampai mobil. Udah berasa sopir aja. Ngeselin.
KAMU SEDANG MEMBACA
In der Stille
Teen FictionNana tahu kok memyembunyikan itu sulit. Sesulit menyembunyikan robekan celana yang panjangnya dari ujung keujung. Tapi, diam bukan berarti memendam. Sendirian. Nana punya sahabat yang siap sedia mendengarkan. Hanya, Nana tidak tahu apakah semuanya b...