"Telah ku relakan hatiku padamu namun kau masih bisu diam seribu bahasa"
☆☆☆
Gadis itu mendengarkan musik kesukaannya agar moodnya kembali membaik, dia tidak habis pikir dirinya akan sejauh ini berjuang untuk perasaannya. Namun ia tidak sedih karena bajunya yang basah karena Bianca, ia hanya sedih karena ingin berhenti berjuang namun hatinya tetap ingin berada di sisi Zidan.
Kenapa bisa ia mencintai cowok yang hatinya saja tidak tahu untuk siapa, dia mengatakan belum bisa membuka hati namun terus membuat Aurina terasa special. Alangkah baiknya jika ia tidak menghindari Zidan, sebaiknya ia meninggalkan cowok itu sejauh mungkin.
Tidak lama lagi keluarganya akan berpindah ke Austria untuk mengurus perusahaan ayahnya, tentu saja ketiga temannya telah mengetahui itu maka lebih baik ia menikmati sisa waktunya bersama Zidan dalam rangka melupakannya.
Tiba-tiba saja ia merasa dirinya sedang di peluk dari belakang, siapa lagi kalau bukan Lena dan kedua temannya itu.
"Gue gak sanggup sembunyiin dari Zidan lagi Rin" kata Lena, yah dia memang menyuruh ketiga temannya untuk berpura-pura tidak akan terjadi apa-apa
"Mending lo jujur aja daripada nanti kalian berdua yang tersakiti" kata Lauren
"Biarpun dia tahu gak akan ada bedanya,Ren" kata Aurin
"Gak Rin, gue tahu Zidan pasti akan merasa kehilangan meski lo cuman di anggap teman" kata Angel
"Siapa yang mau ninggalin siapa?" Seorang cowok berbicara di belakang mereka memasang wajah bodohnya
"Lo denger semuanya?" Tanya Aurin
"Hm" kata Adam, sungguh Lena sangat ingin mencakar wajahnya saat ini karena cowok itu selalu mengikutinya
"Maaf yah Rin, kucing gue ngekor" kata Lena menatap tajam Adam
"Plis yah Dam,jangan kasih tau Zidan" mohon Aurin
"Apa alasan lo sampe gak mau kasih tau Zidan yang sebenarnya?" Tanya Adam
"Gue cuma gak mau Zidan malah kasihan sama perasaan gue" jelas Aurina
"Emang kapan lo berangkat?" Tanya kembali Adam, sungguh dia adalah cowok yang mulutnya mempunyai kapasitan seribu tanda tanya
"Minggu depan" kata Aurin menundukkan kepalanya, ia tidak mampu menatap wajah sahabat-sahabatnya itu
"Oke. Tapi gue gak janji kalau Zidan gak bakalan marah sama lo" kata Adam karena ia takut kalau Zidan akan membenci Aurin karena merahasiakan ini
☆☆☆
Aurina salzabila
Rin
Aurin
Kenapa?
Lagi ngapain nih?
Makan orang
Mau ikut?
Yakali temen gue vampire?
Dan
Dan
Zidan?
Cie yang nyari
Lo bakal dapet temen cewek seperti gue lagi nggak?
Kenapa gadis itu bertanya seperti itu? Apa karena otaknya juga kesiram jus yang tadi? Entahlah fikir Zidan.
Kan masih ada Lena, Lauren sama Angel
Yakin?
Lo kenapa sih gaje banget
Iya maaf gue gaje
Yaudah tidur gih
Lah kok cuman di read?
Lo tadi nyuruh gue tidur!!
Hehe cogant lupa
Iya kakek
Tidur gih
Nyanyiin dulu
Senyum Zidan melebar melihat balasan dari Aurin, entah kenapa saat ia merasa sebal karena ulah Adam yang tidak berhenti berbicara hingga mulutnya longgat dan Khaesa yang selalu mendiamkan Zidan saat sedang berbicara dengannya namun semua itu hilang seketika saat melihat senyum Aurin, namun bukan berarti ia membuka hatinya kembali. Ia memang selalu menjaga perasaan Aurin karena ia menghargai perjuangannya dan tidak mau gadis itu merasa kecewa
Pesan suara terkirim
Makasih
Gue tidur duluan yah
☆☆☆
Gadis itu tak hentinya tersenyum dan entah yang keberapa kalinya ia memutar rekaman suara dari Zidan, rekaman suara itu berisikan lagu yang ia nyanyikan saat masa Orientasi di aula membuat Aurina terus menatapnya
Ceklek.
"Kok belum tidur?" Tanya Kharina ibunda Aurin
Aurin langsung saja mematikan rekaman suara Zidan yang masih terputar, Kharina yang melihat itu langsung terseyum pada anaknya
"Kamu yakin mau ikut ke Austria? Kan kamu masih bisa lanjutin sekolah di sini terus untuk sementara kamu tinggal di rumah bibi Rani" Tanya Kharina
"Aurin pengen ikut aja Bun" Jawab Aurin
"Bunda tahu kamu lagi ngehindarin sesuatu kan? Kamu gak berubah Rin tapi kalau kamu terus begini kamu gak akan bisa melawan kejamnya dunia, belum lagi kasian sahabat kamu yang kamu korbankan" jelas Kharina karena anaknya selalu menghindari hal-hal rumit walaupun bundanya tidak tahu apa itu
"Nanti Aurin fikirin lagi deh Bun" kata Aurin lalu memeluk Kharina

KAMU SEDANG MEMBACA
AURINA [REVISI]
Novela Juvenil[REVISI] "Jadi, kamu yakin mau coba jatuh cinta sama dia?" tanya Dikta penasaran. Aurina mengangguk. "Mungkin, iya... karena konon katanya jatuh cinta di masa putih abu-abu adalah kenangan terbaik yang pernah ada. Aku juga mau punya seseorang yang...