(n.) a thing that prevents someone from giving full attention to something else.
——————————
Satu-satunya kata yang dapat dipilih Clemenza untuk mewakili apa yang dialaminya malam ini adalah: gila.
Selama tujuh tahun menjalin kasih dengan Kailendra, Klee memang belum pernah berjumpa dengan Ibu dari mantan kekasihnya tersebut. Pertama, karena sang Ibu yang saat itu tidak menetap di Indonesia untuk menamani suaminya menjalani pengobatan terhadap penyakit yang diidapnya. Kedua, karena Klee merasa ia masih belum cukup baik untuk diperkenalkan kepada orang tua atau keluarga besar Kai. Mungkin, jika keduanya masih berstatus sebagai sepasang kekasih, Klee telah jauh lebih siap untuk dikenalkan kepada kedua orang tua Kai.
Masalahnya, Klee bahkan sudah berpisah dengan Kai sekarang. Lantas, bagaimana wanita yang menyandang gelar sebagai Ny. Risjad ini bisa mengenalinya dan menganggap dirinya sebagai kekasih dari putera bungsunya?
Kamu lebih cantik dari foto yang pernah ditunjukin Kai.
Klee bersumpah akan membunuh mantan kekasihnya itu, jika Kai dengan kesadaran penuh menunjukkan potret dirinya pada sang Ibu dan mengakuinya sebagai kekasih.
Kini, Klee tidak bisa berkutik. Ia tidak tahu harus memberikan respons apa kepada mantan calon ibu mertuanya tersebut. Apakah ia harus berpura-pura menjadi kekasih Kai dan mengikuti permainan yang sudah diciptakan sang adam?
"Eh, Tante bisa aja." Klee tertawa sumbang menanggapi pujian yang ditujukan kepada dirinya tersebut.
"Kamu kapan main ke rumah?" Wanita itu bertanya dengan lembut, memperlakukan Klee seperti anaknya sendiri. "Katanya Kai, kamu lagi sibuk, ya?"
Wah. Itu si Kampret udah ngomong apa aja coba sama Ibunya? Klee membatin dengan geram. "Ah, iya. Saya masih sibuk, Tante. Makanya, saya belum sempet main ke rumah." Klee memberikan senyuman tipis, meskipun ia sedang sibuk mengumpat di dalam hati.
"Kamu sibuk. Kai juga sibuk. Kok bisa sehati gitu, to?" Gaya bicara Ibu Kai yang khas seperti orang suku Jawa pun keluar.
Klee tidak tahu harus memberikan tanggapan apa, sehingga ia hanya tertawa.
"Kapan-kapan, coba luangin waktu buat main ke rumah ya, Nduk?"
Klee meringis tertahan. "Iya, nanti saya usahain kok, Tante. Nunggu Kai nggak sibuk juga, 'kan?"
"Hooh." Ibunda Kai menganggukkan kepala setuju. "Mana dia sekarang malah ke Eropa. Kamu yang sabar ya kalau ditinggal-tinggal Kai."
Kesabaran saya sebenernya udah lama habis, Tan. Klee membatin miris.
Ny. Risjad terlihat benar-benar antusias karena berhasil berjumpa dengan calon menantunya tersebut, sehingga tidak bisa berhenti berbincang dengan Klee.
Klee sejujurnya merasa sedikit tidak nyaman karena harus membohongi wanita itu, akan tetapi, ia mencoba untuk tetap bersikap sopan di hadapan Ny. Risjad.
"Bunda." Tiba-tiba saja, sebuah suara menginterupsi perbincangan dua wanita yang teramat penting dalam hidup Kai tersebut.
Ny. Risjad dan Klee serempak menoleh ke sumber suara.
Ini siapa lagi? Klee membatin penuh tanya. Kai tidak memiliki saudara perempuan, tetapi seseorang yang baru saja memanggil Ny. Risjad sebagai Bunda ini adalah seorang wanita. Apa mungkin dia kakak ipar Kai?
"Dicari Ayah tuh. Mau diajak foto bareng sama Mas Dirga." Wanita yang baru saja datang itu berujar dengan santai, namun tetap terlihat sopan.
"Oh, iya. Astaga. Bunda lupa." Ny. Risjad tampak sedikit panik. "Klee, Tante pergi dulu, ya. Kapan-kapan kita ngobrol lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Polaris
Ficción General[ SEQUEL OF ENDING PAGE ] (n.) A fairly bright star located within one degree of the north celestial pole, in the constellation Ursa Minor. One of circumpolar stars. ---------- Bagi Kailendra, Clemenza adalah Polaris-nya, bintang malam yang akan sel...