Setiap mimpi punya masanya, dan setiap masa punya impiannya masing-masing
Aloha readers, apa kabar? Semoga masih setia memperjuangkan mimpi-mimpinya ya.
Pernah bingung ga sih dulu pas waktu masih jadi anak ingusan, kita punya mimpi dari yang biasa sampai yang agak ga biasa.
Ada yang pengin jadi guru, dokter, pilot, masinis, terbang ke bulan atau bikin mesin waktu juga ada (gara-gara nonton doraem*n nih. Eh ga boleh nyalahin)Kalau diinget-inget, dulu kita berani banget ya buat nerbitin mimpi?
Lalu, gimana dengan keadaan sekarang?
Masih setia sama keberaniannya? Atau mulai terkikis karena dibenturkan dengan realita idup yang kejem?.Lah begimane? ga berani mimpi sekarang mah.
Soalnya udah tau, pasti susah buat dicapainya.
Takut gagal juga.
Padahal belum tentu akan gagal juga kan?. Ge-er amat bakalan gagal.Well, kalau kita mencoba, seenggaknya kita masih punya 2 kemungkinan kan?
Berhasil sekarang atau belum saat ini.
Kalau kita langsung nyerah?
Ya jelas kita langsung dapet probabilitas mutlak.
100% gagal. Mateng kan lu.
Ya karena kita belum mencoba.
Akhirnya kalah sebelum berperang.Sesuai postingan Rasa#3 sebelumnya.
Jangan khawatir sama kegagalan yang masih kemungkinan akan terjadi.
Tapi khawatirlah sama kesempatan yang akan hilang.Kalau waktu kecil aja kita berani bermimpi tinggi. Kenapa sekarang engga?
Justru dengan kemampuan-kemampuan kita yang tambah yahut ini, harusnya makin berani kan?Buat meraih mimpi itu, ya pasti akan banyak proses.
Dan yang pasti jangan banyak protes.
Ga bagus buat kesehatan si dedek mimpi nantinya.Kalau kita nemuin sosok inspiratif.
Prestasinya segepok, karyanya bejibun dan top cer bangetlah buat dijadiin panutanque.
Pernah ga sih ngebayangin gimana susahnya proses-proses yang dia alamin?
Pernah kepo ga sih gimana jerih payahnya dia buat ada di titik ini?Kite nih, para manusia, emang suka judje buku dari cover-nya.
Pun dengan orang yang langsung di lihat titik akhir suksesnya.
Tanpa liat titik-titik jejak pembentuk mimpinya.
Gimana proses serba melelahkan itu akhirnya berangsur-angsur jadi cercah kebahagiaan yang nyataGagal itu wajar.
Menyerah apalagi. Tapi, bagi looser.
Karena pada dasarnya, garis angan dan bertahan bila dibenturkan dengan garis mundur itu tipis.
Banget. Lebih tipis dari tisu.
Bahkan kadang tebelan yoweslah ya. Mundur teratur aja.
Tapi mungkin kadang kita lupa.
Kekuatan doa itu sangat manjur.
Senjata yang sangat ampuh.Kita masih muda guys.
Yang udah berumur, beruntunglah jika jiwanya masih jiwa muda.
Yang kata orang-orang nih, masa-masa kejayaan.
Masa muda berarti masa menghabiskan jatah gagal.
Habiskan jatah gagal, sampai menemukan titik manis akhir perjuangan.
Ceileh.Semakin besar dan dewasa, semakin pula kita punya impian yang makin jelas.
Makin terstruktur, makin realistis.
Saking realistisnya, sampai ga berani buat mimpi tinggi-tinggi.
Karena takut ga tercapak, takut jatuh. Yang pastinya akan sakit.Tapi lagi-lagi, boleh jadi, pun kita sering melupakan.
Kalau usaha berbanding lurus dengan impian kita.
Maksudnya gimana tuh?
Jadi contoh sederhana gini :
Target jadi juara 10 besar di kelas dan target buat jadi juara satu paralel sekolah, udah pasti usaha buat dapetin targetan itu beda kan?
Lebih besar mana usahanya?
Nah, sama-sama jawab dalam hati ya :)Kasus lainnya adalah mau kuliah ke luar negeri sama kuliah di sekitaran rumah (dalam negeri). Effort-nya udah jelas kan ya lebih besar mana?
Jelas keliatan lebih butuh pengorbanan dan lebih melelahkan mana.Waktu kecil mungkin kita mimpi jadi astronot, SMP kita pengen jadi guru, SMA pengen jadi dokter, kuliah tingkat akhir ga pengen jadi apa-apa asal bisa lulus aja gua udah bahagia banget bro :"). Haha, balada mahasiswa tingkat akhir emang begitu.
Tapi, yang ingin di-share di tulisan ini adalah mungkin impian kita berubah karena pun kita berkembang.
Tapi, jangan sampai kehilangan mimpi.
Karena kalau itu terjadi, yakinlah itu kaya sayur tanpa garam atau (hidup tanpa cinta,) bagai taman tak berbunga.Allah itu sesuai prasangka hambanya.
Kalau mimpi kita belum terwujud atau mungkin setelah melihat realita hidup, merasa impian kita ga bakalan bisa terwujud.
Jangan menjadi hidup segan mati tak mau.
Jangan menyerah dan hidup tanpa impian.
Segera, segera dan segera buat mimpi baru.
Yakin Allah ga akan menempatkan kita pada titik ketidakmampuan kita.
Dan Allah itu sesuai prasangka hambanya. Jadi jangan su'udzon sama Allah :") karena pun kita ga lebih tau dariNya.Udah, gitu aja tulisan RASA#4 kali ini.
Jangan smapai hidup tanpa impian.
Tapi jangan mimpi yang tak pernah coba dihidupkan.
Nantikan tulisan Rasa berikutnya.
Selamat me-RASA dan meramu RASA :)Minggu depan tentang 'belajar jadi minoritas'
Hidup pertama kali jauh dari rumah dan langsung menjadi minoritas di negeri gajah putih Thailand ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
RENTANG KISAH RASA -RABU SORE BERCERITA.
Non-Fiction#204 in non fiction | 9 Desember 17 RASA - Apa kalian punya mimpi? Sedang berjuang masuk PTN? Atau gagal move on karena belum masuk PTN yang didamba? Ngerasa salah jurusan? Atau penasaran kehidupan selama di kampus? Aktif organisasi tapi prestasinya...