Part 1

2.3K 273 54
                                    

Vote yukk

⚠Warning! Typo bertebaran.

.

.

Senyumnya merekah menambah kecantikan alaminya. Surai hitam lembutnya melambai diterpa angin sore, tak terasa gadis itu telah duduk disini selama 3 jam, dan itu sudah hal biasa baginya. Setiap harinya selalu begitu, disetiap pulang dari sekolah ia akan duduk disini, taman belakang didalam sekolahnya selama berjam-jam.

Bukan tanpa alasan ia seperti itu, gadis itu malas kembali kerumahnya dimana ia akan selalu mendapat caci maki dari ayahnya sendiri. Ayah yang tidak patut dianggap ayah. Seseorang yang mengasuhnya sekaligus menyakitinya.

Senyum merekahnya sirna tergantikan senyuman sendu memikirkan perjalanan hidupnya selama 18 tahun ini yang tidak pernah berjalan baik. Sore telah berlalu sebentar lagi matahari akan membenamkan diri dalam pelukan hangat laut. Dan waktunya gadis itu untuk beranjak pergi.

.

.

Iris hazel itu tidak pernah berkedip bahkan sedetikpun, seakan pemandangan didepannya akan sirna jika ia sedetik saja menutup matanya. Senyuman gadis itu membuat sesuatu yang berada diantara paru-paru bergerak berirama. Kemudian senyuman sendu itu terhapuskan kesenduan lelaki itu kembali dibuat bingung. Terus berpikir apa yang sedang dipikirkan oleh otak yang tersembunyi di kepala cantik gadis itu. Apa yang membuat senyumnya menghilang.

Saat gadis itu beranjak dari duduknya ia hanya bisa melangkah perlahan mengikuti langkah kecil gadis itu. 3 tahun lamanya ia bersembunyi dibalik punggung gadis itu tanpa disadari objeknya. Tidak ada yang spesial dari gadis beriris rusa itu selain karena memang ia cukup pendiam.

Gadis sederhana yang tidak pernah berpenampilan seperti gadis pada umumnya. Gadis yang hanya datang dengan celana jins, kemeja sederhana, tas samping yang simple juga buku ditangannya yang setiap hari selalu seperti itu. Tetapi senyum menawannya tidak bisa dipungkiri sangat melebihi kata cantik. Bahkan jika didunia ini benar adanya dewi-dewi, maka mereka akan iri dengan kecantikan dirinya.

.

.

"Aku Mohon berikanlah aku waktu satu minggu lagi, dan aku akan melunaskannya." lelaki paru baya itu menatap sahabatnya yang duduk diseberang sofa dengan sarat permohonan.

"Kau sudah berulang kali mengatakan itu Jae Hwan-ah. Ayolah aku tidak bisa terus menunggu janji-janjimu. Kau tahu aku punya prinsip." lelaki paru baya yang satunya itu menyahut dengan putus asa. Ia tidak suka dengan janji-janji palsu, apalagi dari sahabatnya.

Seseorang membuka pintu rumah membuat keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu utama. Seorang gadis masuk kedalam terlihat sedikit terkejut akan adanya pria paru baya yang bisa dibilang masih sedikit tampan untuk lelaki seusianya.

Gadis itu membungkuk sopan pada orang yang dianggap tamu ayahnya itu sebelum menaiki tangga rumah menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Gadis itu merasa diperhatikan oleh pria itu, tiba-tiba perasaannya mendadak tidak nyaman.

"Putrimu cantik juga." ujar lelaki itu sambil terus memperhatikan gadis itu hingga pintu kamarnya tertutup diatas.

"Ya, dia sangat cantik seperti ibunya." sahut Jae Hwan ikut menatap pintu kamar yang tadi menenggelamkan gadis itu didalam. Matanya terlihat sayu menatapnya sendu. Jong Suk menyeringai.

My GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang