Malam itu, untuk pertama kalinya, Gaga Greg Ethan menyaksikan penampilan Mommy nya disebuah Opera Orkestra di Sydney Opera House.Saat itu, Gaga berusia 6 tahun. Ia sangat menikmati alunan-alunan dari denting piano klasik yang dimainkan oleh Arnalda. Semua emosi dituangkan oleh Arnalda kedalam permainan pianonya, sangat lembut.
Arnalda memainkan aransemen dari gubahan Alfred Cortot, komposer klasik abad ke-20 yang paling terkenal. Yang di variasi dari Chopin, Brahms, Liszt, dan komposer terkenal lainnya. Mata Gaga tak henti-hentinya takjub akan permainan indah itu, yang nyatanya dimainkan oleh ibunya sendiri, The Pianist Wave Softness yang memukau.
Setelah permainan Arnalda selesai dan turun dari panggung, banyak orang yang mendekat kearah Arnalda, mereka terlihat senang saat dekat dengan Arnalda. Dan saat itu juga, Gaga berfikir, jika ia dapat seperti Arnalda mungkin saja orang-orang itu akan mendekat kearahnya dan mereka akan berteman.
Pemikiran-pemikiran itu membuat Gaga senang, ia meminta pada Arnalda untuk di ajarkan bermain Piano. Ia sangat bahagia ketika pertama kali menekan tuts yang menghasilkan satu dentingan.
Hampir setiap waktu Gaga belajar bermain piano bersama sang Mommy, hingga saat Gaga memasuki kelas 1 SD dan menampilkan permainan piano untuk pertama kalinya didepan teman-teman kelasnya, keinginannya terwujud. Mereka mendekat kearah Gaga, tersenyum dan memuji, mereka bermain bersama layaknya anak-anak pada umumnya.
Namun, sejak beranjak kelas 6, teman-temannya menjauhi Gaga, karena sifat Gaga yang tak sepemikiran oleh teman-temannya. Gaga terlalu manja, ia cengeng, penakut, dan sangat lemah, ia lembek seperti cakwe.
Terkadang mereka mendapati Gaga yang sedang disuapin oleh salah satu Asisten rumahnya saat jam istirahat. Tak ada anak laki-laki yang ingin mengajak Gaga bermain, begitupun juga dengan anak perempuan yang pemikirannya sudah modern tidak seperti Gaga lagi, yang hanya memainkan piano, piano dan piano.
Seiringnya Gaga beranjak dewasa, memiliki teman bukanlah suatu keinginannya lagi. Yang ia inginkan hanya menjadi pemain piano hebat dan terkenal seperti Mommy dan Abuelo. Terkadang, Gaga juga merasa kesepian, ia iri saat melihat orang-orang berkelompok dalam suatu kumpulan yang ia lihat di Mal-mal dan dijalan-jalan.
Namun, Gaga menahannya, hingga ia merasa tak iri lagi akan hal yang sudah biasa ia lihat. Kini ia merasa nyaman saat melihat dan memainkan piano.
Sudah ada beberapa gubahan dari komposer terkenal yang Gaga mainkan, Gaga pun juga sering menampilkan aksinya di beberapa tempat Opera, seperti Sydney Opera House, National Grand teater, Royal Albert Hall, dan Carnegie Hall. Serta di beberapa sekolah musik seperti Yale University, Berklee College of Music, San Fransisco Conservatory of Music, Temple University dan The Juilliard School.
“Greg..” panggil Louise. Gaga menoleh. “Kemana aja lo, dua hari enggak les?” tanya Louise menghampiri Gaga.
“Aku ada latihan disekolah untuk ulang tahun sekolah” jelas Gaga, Louise meng-oh-kannya, mereka pun menuju ke Ruang latihan piano.
Morris sang pelatih menjelaskan beberapa komposer terkenal yang gubahan lagunya terkenal sampai saat ini, ia juga mengajarkan untuk menciptakan aransemen sendiri dengan alunan-alunan lembut tapi terdengar menyayat. Persis seperti permainan Mommy Gaga. Ia pun meminta muridnya untuk memainkan aransemen dengan menambah variasi sendiri dan berputar untuk yang paling umum komposisinya.
Dimulai dari Gaga, Gaga ditunjuk untuk menjadi opening dalam latihan hari ini, ia mulai mengangkat tangan kirinya ke atas tuts sementara tangan kanannya diumpatkan dibelakang.
Ia mulai memainkannya dengan sangat lembut, menambah variasinya sendiri dan menggubahnya menjadi suatu yang unik dan istimewa. Semua emosinya dituangkan dalam gubahannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAGA
Teen Fiction[11/06/18 seri music #45] "Apa aku terlalu lemah untukmu? Tapi aku telah berusaha untuk berubah, dan aku sadar, kaulah alasan mengapa aku ingin melindungi sesuatu. Aku ingin melindungimu dan.. melindungi kebersamaan kita" - Gaga Greg Ethan