Mereka pun sampai dirumah besar tempat Gaga dan Abuelo tinggal. Rumah dengan interior ala Spanyol. Louise yang baru pertama kali masuk ke dalam rumah milik keluarga Greg benar-benar merasa takjub. Matanya tak henti-hentinya menjelajah isi ruangan.
“Kamu bisa tunggu disini dulu?” tanya Gaga.
“Oh iya, bisa Ga, bisa” Louise langsung menjawab.
Gaga pun berlalu menuju kamarnya untuk sekedar berganti pakaian dan membersihkan tubuhnya. Sedangkan Louise masih terdiam dibangku ruang tamu dengan matanya yang tak henti-hentinya memandang setiap sudut rumah Greg. Lalu, Louise mengambil ponsel yang ada di jaket denim yang ia kenakan untuk membalut seragam sekolah miliknya. Ia mulai membuka salah satu aplikasi Instagram dan membuat story. Memamerkan bahwa ia berada di rumah milik keluarga Greg. Ternyata Louise seorang alayers yang tak diakui ke alay-annya oleh diri sendiri.
Asiknya Louise dengan kamera ponsel, ia melihat sebuah Grand piano steinway putih yang ada di sudut dekat halaman belakang. Menarik perhatian Louise. Tanpa basa-basi, Louise mendekati piano itu.
“Kalau kamu mau mainin, mainin aja, silahkan” suara Gaga mengagetkan Louise.
“Piano steinway ini, kayak pernah gue lihat” lagi-lagi mata Louise menjelajah tiap sisi dan sudut piano, lalu ia mendapati sebuah ukiran tulisan berwarna emas; The Pianist Wave Softness pada sisi Piano. “The Pianist Wave Softness?” gumam Louise. Louise sedikit menerawang masa lalunya. “Tunggu. Ini kan piano yang biasa Arnalda Mona De Davinci mainin disetiap penampilannya dia. Kok lo punya pianonya dia sih Ga?” tanya Louise antusias.
“Hahahah Arnalda itu Mommy ku, Louise” jawab Gaga. Membuat Louise tercengang mendengarnya.
“Elo anaknya Arnalda sih pianist wave softness? Berarti elo itu.. cucunya Beltran Antonio Cartez? Sih Pianist sekaligus komponis hebat pada era 70-an?” Louise semakin antusias.
“Ada apa dengan Pianist sekaligus komponis hebat itu?” suara yang terdengar rapuh itu mengagetkan Louise dan Gaga.
Ketika Louise membalikan badan, ia semakin tercengang, mulutnya benar-benar terbuka membentuk huruf O besar, begitupun juga dengan bola matanya, saat melihat laki-laki tua berusia 50-an berdiri dibelakang antara Louise dan Gaga sembari tersenyum.
“Tuan Cartez?!” kejut Louise. Abuelo memghampiri Louise dan Gaga. “Tuan, saya sangat amat mengaggumi tuan Cartez. Saya takjub akan setiap permainan-permainan tuan Cartez” Louise semakin antusias saat Abuelo merangkul Louise dan Gaga. Abuelo hanya tertawa tipis.
“Abuelo, kenalkan, dia Louise Sihma Aldebaran. Teman les piano ku” Gaga mengenalkan Louise pada Abuelo.
“Semoga Louise adalah teman yang kamu inginkan selama ini” ucap Abuelo tersenyum. “Jadi, kalian berdua mau kemana?” tanya Abuelo saat melihat Gaga sudah tampil rapih dengan kaos hitam dan denim sebagai outer dan celana jeans serta sepatu sneakers putih.
“Aku dan Louise ingin pergi keluar, Abuelo.” Izin Gaga.
“Baik tuan Cartez, saya Louise Aldebaran meminta izin pergi bersama cucu tuan ini” ucap Louise dengan formal. Abuelo hanya mengangguk pelan.
Usai berizin pada sang Abuelo, Louise dan Gaga pun lekas masuk ke dalam mobil yang biasa mengantar-jemput Gaga. Mereka berdua duduk di belakang, sedangkan seorang wanita berpakaian pelayan duduk disamping sang supir. Sontak membuat alis Louise berpaut. Dan langsung angkat bicara sebelum sang supir menyalahkan mesin mobil.
“Ehh.. tunggu.. dia ngapain ikut?” tanya Louise pada Gaga dengan terheran.
“Untuk nemenin aku, aku tidak biasa keluar malam dan harus ditemani oleh bibi kalau keluar malam” jelas Gaga. Louise menepuk dahinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAGA
Teen Fiction[11/06/18 seri music #45] "Apa aku terlalu lemah untukmu? Tapi aku telah berusaha untuk berubah, dan aku sadar, kaulah alasan mengapa aku ingin melindungi sesuatu. Aku ingin melindungimu dan.. melindungi kebersamaan kita" - Gaga Greg Ethan