Zake POV's
Tetes hujan kini bagai bulir-bulir pasir yang turun dari celah langit yang terbuka. Aku mencoba menggapai rumput di atas sana sebagai pegangan, berharap akarnya cukup kuat untuk menahanku naik ke atas. Ketika kucoba, nahasnya aku kembali terperosok ke bawah.
Baju warna krem yang kupakai semakin lusuh tatkala lumpur membuatnya rata menjadi warna coklat. Kuperas beberapa kali hingga akhirnya aku mencoba naik kembali. Hebatnya manusia, dia hanya tinggal menentukan target. Setelah target itu dia kunci rapat-rapat, manusia hanya tinggal berusaha, berusaha dan berusaha. Kurasa kalimat itu benar. Beberapa kali aku gagal, tetapi setelah kucoba berkali-kali, akhirnya aku bisa naik ke atas.
"Aletha!" teriakku. "Di mana kau!?"
Percuma. Aku hanya mendengar suara burung dan beberapa hewan pemakan insektifora.
Aku, berlari kembali. Bukannya menemukan Aletha, aku malah menemukan mayat seekor rusa yang terlihat mengenaskan. Sangat mengenaskan. Kepalanya nyaris putus dan aku bingung apa yang telah membuatnya seperti itu. Mungkin ulah beruang, pikirku setelah tadi melihat jejak kaki beruang berukuran raksasa. Tetapi kenapa bagian lainnya masih utuh?
Sebaiknya aku pergi ke rumah Aletha. Sekarang mungkin dia ada di rumahnya sedang menyulam pakaian bermanik, atau bahkan sedang tertidur pulas dengan kepala menjuntai ke bawah dan kaki di atas permukaan kasur.
Ketika sampai di sana, aku melihat Kakaknya yang tambun sedang makan kue lapis di depan rumah sembari memberi makan anjing peliharaannya. "Halo, Ron. Ke mana adikmu yang cantik itu?"
Ron mendengus sambil membuang pandangannya dariku. "Cantik katamu? Anjingku saja muntah melihat wajahnya yang mirip pantat Monmon itu," jawabnya sarkas. Monmon adalah monyet besar yang sering bergelantungan di hutan ini.
"Oh ayolah, di mana dia sekarang." Ronny memutar bola mata sebal yang entah kenapa ikut membuatku sebal.
"Dia pergi dua jam yang lalu. Perempuan lacur itu mungkin sekarang sudah mati, jadi jangan cari dia lagi." Gigiku bergemelatuk mendengar ucapan tak tahu diri yang diucapkan Kakak kepada seorang Adiknya. Ingin rasanya aku memukul dia bertubi-tubi, tetapi fakta yang dia ucapkan membuat hatiku mencelus seketika. Pergi dua jam yang lalu? Ayah benar. Dia pasti pergi ke rumahku dan mungkin dia sedang dalam bahaya.
Sontak aku kembali mencari Aletha sedikit berlari. Tidak mungkin aku menepon polisi, selain di daerah ini tidak ada orang yang mempunyai telepon rumah, panggilanku tidak akan mereka tanggapi jika bukan masalah serius. Biasanya pencarian seseorang akan dilakukan jika orang itu telah menghilang selama seharian penuh.
*
"Ya Tuhan! Apakah Aletha dibunuh oleh sekelompok orang itu!?" tanya Sean menggebu-gebu.
"Stop menyela cerita Paman Zaki!" sahut Adam. "Benar kan, Paman?"
"Haha kalian boleh menyela kok tapi jangan terlalu sering. Hanya bagian pentingnya saja, oke?" Mereka mengangguk. "Tetapi karena ada yang sudah menyela, kalian boleh bertanya apapun itu soal cerita."
Adam mengangkat tangan. "Kalau begitu, kenapa Kakak Aletha begitu kejam padanya? Apakah dia telah melakukan kesalahan sehingga Kakak Aletha menginginkan dirinya mati?"
Aliza mendengus. "Jangan dijawab sekarang, Paman. Nanti ceritanya jadi nggak seru. Jawabannya ada di cerita selanjutnya, kan?" Aku mengangguk. "Aku saja yang bertanya. Bagaimana rusa itu bisa mati? Bukankah tidak mungkin rusa itu tiba-tiba jatuh dari langit?"
"Oh ayolah Aliza, kamu seharusnya menyimak cerita ini dengan serius. Kan Paman Zaki bilang rusa itu mati oleh beruang besar." Aliza memalingkan wajah begitu matanya dan mata Adam bertemu.
"Kamu yang tidak memperhatikan! Aku ingat persis apa yang Pamam katakan, 'mungkin ulah beruang' jadi masih belum pasti!"
"Oh ayolah Romeo, Juliet, kalian tak perlu bertengkar," kataku sembari menekan pelipisku kuat beberapa kali.
"Romeo?"
"Juliet?"
"Siapa mereka?"
"Mulai sekarang aku akan memanggil laki-laki dengan nama Romeo dan perempuan dengan nama Juliet karena aku tak bisa mengingat semua nama kalian." Lagi, mereka mengangguk serentak. "Kalau begitu, cerita akan Paman lanjut. Kalian siap?"
"Tunggu!"
"Ya ada apa, Juliet?"
"Aku ingin pipis. Cerita jangan dimulai sebelum aku kembali."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Vampire : Aliza [On Hold]
Romance[20+] Pernah membayangkan kau adalah satu-satunya vampir yang tersisa di dunia ini? Perkara aku mencintainya tetaplah sama. Tak peduli angin membawaku dari zaman ke zaman, dermaga ke dermaga, gerbong kereta ke gerbong kereta ... sejatinya perasaan i...