4

34 5 1
                                    

Teruntuk 172 wajah berbeda yang melengkapi dan saya lengkapi.

Kalau ada kata yang lebih dalam dari rindu, sudah saya tuliskan banyak banyak sedari saya menjadi orang terakhir yang melihat ranjang ranjang bertingkat kosong ditinggal empunya.

Asal kalian tahu, menjadi yang terakhir kerja bakti di asrama itu berat. Setiap sapuan ijuk saya seakan punya kekuatan magis mereview kenangan saya dengan kalian, saya tidak bohong, harusnya kalian rasakan sendiri jadi saya. Satu persatu barang kalian yang saya kenali harus saya buang atau di loak (bahkan sendal langganan goshob yang sampai sekarang empunya masih jadi misteri), sesekali terpikir untuk saya kembalikan, tapi sebagian dari kalian sudah terpisah kota bahkan pulau.

Perasaan saya ini, terlalu susah dijelaskan, seperti penyakit menahun stadium akhir yang saya sendiri bingung menamainya apa. Kalau sudah rindu begini, cuma penyesalan yang datang, keroyokan pula.

Kenapa saya dulu berdoa ingin cepet cepet kuliah ya? Mungkin waktu itu saya ingin kebebasan. Padahal terkurung bersama kalian membuat saya menemukan banyak hal tanpa harus keluar dari benda bernama gerbang (walaupun sempat saya panjat juga).

Kenapa saya dulu tidak bersikap lebih baik, biar yang tersimpan dalam ingatan kalian yang baik baik saja. Bukannya terpancing emosi karena perkara kecil seperti tv canggih asrama, jemper yang tulisannya menyala, acara galang dana dengan sekolah sebelah, ponsel pintar yang tertangkap tangan, atau ibu dapur pemangsa jemuran.

Sebentar, saya butuh tertawa.

Kenapa dulu saya tidak lebih banyak mengabadikan. Padahal saya tahu, saya akan kehilangan kalian, apapun bentuknya. Entah karena kalian yang akan berubah atau jarak yang mengintervensi kita.

Deuh namanya juga penyesalan kan. Kalo di depan namanya pendaftaran (Iya, ini lawakan zaman stegosaurus, tidak lucu ya).

Banyak sekali penyesalan saya. Tapi semua tidak akan indah untuk dikenang jika saya dulu terlalu takut kehilangan.

Sekarang tinggallah saya yang tertusuk rindu. Serius, ini saya sedang tidak berniat membuat majas. Karena saya sendiri bingung kenapa dada saya sesesak ini seperti tertusuk

Sebentar, ini air mata saya susah sekali ditahan.

Kalau urusan rindu sama kalian, kadang saya tidak bisa membedakan saya sedang tertawa atau menangis. Karena rasanya memang secampur aduk itu.

Semoga perasaan saya tidak sepihak ya.

Sekarang karena saya tidak bisa menghubungi kalian satu satu. Saya ingin tanya. Apa kabar? Bagaimana kuliah?

Tidak tidak, saya tidak bertanya tentang kisah cinta kalian dengan si dia.

Deuhh kabar itu tidak melulu soal hubungan dengan seseorang. Saya hanya ingin tahu apa kalian betah di tempat bernama kampus, apa kalian sudah menemukan teman baik versi masing masing, apa kalian makan setidaknya dua kali sehari atau apa kalian malah rindu masakan ibu dapur serta terong balado yang bikin susah lupa itu?

Saya sampai bertanya tanya, kenapa saya susah sekali melepas kalian?

Di saat yang sama sedikit demi sedikit saya mulai menemukan jawabannya.

Tidak seperti teman lainnya kalian ada di masa krusial pencarian jati diri saya, ikut menemani saya, membentuk sifat saya. Di saat orang lain di luar sana di dampingi orangtua, kalian ada di setiap tangis serta tawa saya sekaligus ikut jadi penyebabnya.

Kalian adalah keluarga, orangtua, teman, sahabat, guru, idola dan saudara.

Jadi andai saya punya beribu teman di luar sana, kalian tetap punya ruang khusus yang tak terbantahkan di hati saya.

Deuh sudah saya coba persingkat tapi tetap saja panjang.

Terakhir,

Kalau kalian punya perasaan yang sama dengan saya, boleh hubungi saya lewat apapun. Kalau ada cerita, saya selalu siap jadi pendengar yang baik. Ceritakan tentang apapun entah tentang hadiah revisi dari dosen, putus hubungan dengan alumni sekolah sebelah, teman kuliah yang bikin naik darah, teman kita yang berubah, pencapaian baru kalian, kalian yang mulai menghasilkan rupiah atau rencana walimah kalian yang ternyata sudah dekat.

Dan...

Terimakasih kepadaNya untuk kebetulan kebetulan yang akhirnya menjadikan kalian bagian penting hidup saya.

Terimakasih pula untuk tahun tahun yang bikin saya sampai sekarang sayang sama kalian. Terimakasih telah membuat saya mengerti sisi sentimental kota ini karena kalian. Terimakasih

.

AleatorioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang