Hijrah Yang Redup Part II

18 1 0
                                    

Buih air menimbul kepermukaan akibat hempasan tubuh Faudzan yang kedasar air. Dan lagi-lagi kejahilan Faudzan tetap terjadi, atau bahkan tak pernah hilang. Percikan air kembali mendarat di wajah Elsa. Benar saja, kali ini perang air benar-benar terjadi. Tawa dan rengekan sesekali terdengar untuk menyudahi itu. Berbagai tingkah pun teraplikasikan didalam air untuk mengurangi dingin yang hinggap di tubuh. Sesekali menyelam dan menahan napas dalam air untuk menentukan siapa terhebat diantara ketiganya menjadi permainan yang mengisi waktu indah ini. Ya jelas, Faudzan pemenang. Kemampuan berenang adalah salah satu faktornya, semetara Elsa dan Nur tidak.

"Kesini dong berenang, ayo" Lambaian tangan Faudzan yang berada sedikit jauh dari Elsa dan Nur yang hanya berada di tempat dangkal.

"Tidak ah, dalam" Jawab Nur

"Cuma segini" Faudzan menenggelamkan tubuhnya "Tapi tak usahlah, ini hanya untuk orang-orang dewasa, orang yang sudah pandai berenang" Tambah Faudzan lagi setelah muncul kepermukaan air. Sontak Elsa tercengang karena ia tak bisa berenang.

"Apa. Dewasa? Jadi seseorang dikatakan sudah dewasa apabila sudah bisa berenang!" tanggapan Elsa memulai perdebatan

"Ya jelas" Dengan wajah sombong Faudzan melipat tangannya di perut.

"Dapat pelajaran darimana? Seseorang dewasa ya karna sifat plus....." Elsa melirik ke arah Faudzan.

"Plus apa?" Sedikit menegas Faudzan menjawab.

"Plus KTP bukan Resi" Tawa Elsa memecah seolah memenangkan perdebatan ini.

"Eehhhhhhh mulai lah. Bawa-bawa KTP, Resi kan sama dengan KTP hanya saja belum selesai diurus" Faudzan mulai kalah dalam alasan. Karena memang berhubung KTP Faudzan belum diambil dari pemerintahan.

"Hallahhhhhh, banyak kali alasan" Elsa menanggapi dengan logat orang Medan

"Sudah belajar berenang dulu sana biar dewasa" Langsung menyebur ke danau lagi.

"Dasarrrrrrrrr" Elsa tersenyum masam

Kesenangan bermain air terus berlanjut hingga pada sesuatu yang harus mengharuskan mereka semua untuk menghentikan itu dan keluar dari dalam air.

"Jangan jauh-jauh Dzan, makin dalam" Elsa berseru

"Iya, Ukhti disitu aja. Cuma orang dewasa yang bisa begini" Dengan mempraktekkan berenang berulang-ulang

"Whatt everrrrr"

Kembali Faudzan menyelam untuk mengukur kedalaman tempat dia berpijak dengan kedua tangan yang diangkat setinggi-tingginya ke atas. Seketika suara jerit terdengar saat Elsa memalingkan wajah ke arah Faudzan.

"Faudzan......." Dengan menjerit sangat kuat dan mengagetkan Nur beserta Nisa yang berada dekat disampingnya.

Seketika Nur dan Nisa menghampiri Elsa yang menangis tersedu-sedu sambil keluar dari air dan meninggalkan Faudzan yang masih bingung tercengang. Buru-buru Faudzan juga keluar dari air untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Elsa hingga sampai begitu.

Duduk dipinggiran danau, Elsa masih tetap menangis.

"Elsa, kamu kenapa?" Nisa mencoba bertanya pada Elsa

"Tangan itu, tangan itu kak" Masih dengan tersedu-sedu Elsa menjawab

"Mengapa dengan tangan Faudzan?" Kembali Nisa melontarkan rasa penasarannya.

"Teman Ana, teman ana" Tangisan semakin terasa sedih

Nur tersentak dan langsung memberi respon mengerti tentang apa yang terjadi.

"Aku ingat, Elsa pernah cerita bahwa salah satu sahabatnya tenggelam dan meninggal di danau ini kak" Nur meyakinkan pernyataannya.

Seketika Faudzan juga teringat akan tragedi masa lalu tersebut. Baru dapat ia simpulkan bahwa Elsa trauma akan kejadian itu, yang sampai merenggut nyawa sahabatnya. Faudzan benar-benar merasa bersalah yang padahal tiada maksud sedikitpun untuk membuka ingatan duka itu. Dan Faudzan sama sekali tidak tahu bahwa posisi yang ia tirukan sama dengan posisi terakhir almarhum. Pantas saja Elsa menangis sebegitu jadinya.

"Yang Katanya" HEART OF THE ONE FREQUENCYWhere stories live. Discover now