Pesanan masing-masing telah tersedia di meja. Perbincangan pun mengalir apa adanya tanpa ada skenario yang membantu. Ntah apapun itu kenyamanan diantara mereka mulai membaik setelah jarak jauh sebagai penghambar rasa. Satu frekuensi, satu batin, dan satu hati. Mungkin itulah penggambaran kata yang disepakati bersama walau lisan tak berucap.
Tawa dan canda menjadi prioritas utama antara keduannya. Namun tanpa sedikit konflik mungkin tidak akan lebih baik dari cerita apapun. Kali ini Faudzan mencoba taraf emosional Elsa dengan kekesalannya.
"Baiklah Ukhti, maaf Ana tidak bisa ikut. Walaupun rencana kemarin sudah matang, namun keputusan Ana sudah bulat" Faudzan meyakinkan
"Oh tidak apa-apa" Dalam hati Elsa kaget dan merasa kecewa namun, segaris senyum terbentuk tanpa arti. Kini kecuekannya mulai tampak.
"Maaf. Ana serius minta maaf Ukh"
"Iya, tak apa. Santai saja" Menjawab tanpa melihat apalagi menatap mata Faudzan.
Kekecewaan Elsa jelas tercium oleh Faudzan. Bagaimana tidak, sikap cuek Elsa semakin menjadi-jadi sampai penglihatan tak lagi menatap. Tak sanggup menatap mata adalah salah satu kelemahan Elsa, sekalipun marah dan tak bersalah ia akan tunduk ataupun mencari pandangan lain.
Sebelum perkuliahan semester ganjil dimulai, keduanya berencana untuk refreshing bersama teman maupun kakak laki-laki angkat Elsa. Perbincangan atas perencanaan keduannya telah matang dan terencana. Namun sepertinya akan hilang begitu saja setelah Faudzan berkata akan membatalkannya. Kesenyapan terus melanda sampai keduanya beranjak pergi. Tanpa instruksi arah perjalanan, keduannya terus melangkah pergi dengan dinginnya komunikasi hingga keduannya menaiki eskalator, dan sama-sama tersentak...
"Loh kita kok kesini, mau ngapain di atas?" Spontan mengarah pada Elsa yang sedaritadi diam disampingnya
"Loh iya ya. Mau ngapain ke atas?" Elsa menimpali
Sontak keduannya tertawa memecah jarak keheningan yang sedaritadi menyesakkan dada. Seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya, tetap tertawa lepas sampai Faudzan menginstruksikan untuk kembali turun dan mencari jalan keluar. Diujung jalan Faudzan mengajak Elsa pergi ke toko buku kunjungan rutinnya.
"Yuk ikut Ana"
"Kemana?" Elsa sedikit memikirkan tujuan berikutnya
Semangat jalan-jalan masih berkobar. Kemana pun asal berjudul jalan-jalan Elsa tidak akan menolak. Kehobbiannya yang satu ini tak akan pernah lepas, sebanding dengan kesibukannya yang super. Tidak jarang jika Elsa menghabiskan waktu diluar jika ada kesempatan. Bertemu dengan Faudzan yang memiliki pandangan dan tujuan yang sama merupakan anugerah tersendiri bagi Elsa sebagai teman untuk melepas kejenuhan.
∞∞∞
Rak tiap rak disusuri masing-masing, menikmati selera bacaan yang dipilih. Terspesifik dibagian keagamaan berbau perasaan dan rasa cinta sepertinya membuat keduanya terbawa suasana dan perasaan. 'Akhirnya Dilamar', 'Nikah Yuk', 'Jomlo Fisabilillah', 'Taaruf', 'Tuhan Sembuhkan Cintaku', merupakan sedikit contoh judul buku yang berbau hubungan di penghalalan. Senyum yang terbentuk sebagai tanda kebingungan akhirnya tergores.
Suara ketukan buku pun mengagetkan Elsa dari keseriusannya membaca sinopsis tiap buku yang menurutnya menarik. Seketika Elsa melihat kearah sumber suara, dan telah berdiri tegak sebuah buku yang bertumpukan di tangan Faudzan dengan judul "DOAKAN JANGAN DUAKAN". Senyum Elsa seketika mengembang dengan tertunduk malu. Tak paham akan maksud yang dituju Faudzan, Elsa tetap menanggapi dengan tenang tanpa terlihat salah tingkah. Tidak membutuhkan waktu lama ternyata kejutan-kejutan buku lain juga membuat kedua insan muda ini larut akan suasana. Berpusat pada buku "NIKAH".
YOU ARE READING
"Yang Katanya" HEART OF THE ONE FREQUENCY
RomancePertemuan singkat yang tak terduga mampu memunculkan sesuatu yang tak biasa. Proses yang sama, akan melahirkan sesuatu yang sama. Namun, proses yang berbeda akan melahirkan sesuatu yang baru. "Aku berharap bisa bertemu dengan wanita cantik. Setelah...