Merajut Asa~

3.4K 158 6
                                    

"Sudah kelar tugasnya? " Suara Wulan menghentikan pena pink-ku yang ku gunakan untuk mengerjakan tugas matematika,  di kelas,  hari ini,  dan pastinya detik ini. 
"Bentar lagi,  mau lebih teliti aja" Aku lihat Wulan manggut-manggut.  Aku yakin,  ia pasti ingin bercerita tentang suatu hal.  Tapi ditunda,  karena aku sedang mengerjakan pr.  Bagiku,  saat guru memberikan tugas sejenis pr,  saat aku mampu mengerjakannya di sekolah,  aku selesaikan saat itu juga.  Meskipun tugas itu diserahkan lusa depan.
"Ada apa sih emangnya? " aku merapikan catatan-catatan yang berhamburan di meja.  Memasukkan pulpen, pensil, kalkulator kedalam kotak pensil biru bergambarkan mickey mouse.  Kata temen-temenku seperti kotak pensil anak SD. -.-
"Apa kabar kak Randy put? Kamu gak cerita tentang dia sudah 3 hari lho. Move on kamu? " Wulan menghujani ku dengan pertanyaan beruntun,  yang bila ku jawab harus panjang dan detail.  Sebenarnya,  aku merindukannya.  Itu yang ingin ku ungkapkan pada Wulan.  Tapi, aku pikir itu tak perlu di beri tahu. 
"Aku sedang puasa ngomong yang gak penting, move on gak semudah teorinya.  Aku lebih memilih bertahan daripada move on" Aku mengukir senyum lebar khas diriku,  yang aku yakin ia dapat melihat susunan rapi gigi-gigi cantikku. Wulan memandangku dengan tatapan ledekan,  ugh.  Aku benci itu. 
"Baiklah,  jadi? Aku harap kalian di pertemukan suatu saat nanti" Wulan jadi banyak bicara sejak aku ceritan tentang Kak Randy beberapa hari yang lalu.  Saat itu aku masih ingat ekspresi keterkejutan Wulan, karena ia tahu bahwa aku dulu pernah di romorkan dengan salah seorang siswa di sekolahku.  Bagiku,  masa lalu adalah masa lalu.  Aku tidak ingin mengungkitnya lagi, jika boleh aku ingin menguburnya di tanah paling terdalam.
"Aku ingin kamu melakukan satu hal untukku" Aku tertawa,  sampai seisi kelas menatapku.  Itu hal biasa,  karena aku selalu menjadi perhatian di kelas.  Kenapa? Karena aku suka berbuat sesuatu hal yang belum pernah orang lakukan.  Aku hanya ingin tampil berbeda,  agar mudah di kenal.  Bahkan,  aku seolah-olah terkurung dalam sistem pendidikan di negeri ini,  yang mengejar prestasi akademik yang semu.  Justru aku berpikir semua orang di kelas mengganggap aku orang yang mengejar nilai belaka.  Padahal,  bagiku,  belajar adalah ibarat obat yang dapat menenangkanku dari segala keluh-kesah saat di sekolah,  atau sekedar mengobati kesepian.  Kesepian itu adalah silent killer, aku tidak ingin menjadi salah satu korban yang meninggal dalam kondisi kesepian dan dalam jeritan kesendirian.  Justru masalah ini sedang menjadi trend di negeri matahari terbit.  Bukan berarti aku selalu kesepian,  tapi,  ya setidaknya faktanya hampir seperti itu. 
"Jangan yang aneh-aneh!" Wulan melototiku,  tatapannya bak serigala yang siap menerkam mangsa. 
"Baiklah,  jadi begini.  Oke,  aku ingin kamu nge-follow kak Randy di instagram.  Setelah itu baru aku Kasih tau rencana berikutnya! "Aku menggeser bangku yang ku duduki.  Dan bangkit berjalan menuju tempat cuci tangan,  yang terletak di depan kelas.  Kelas kami berada di ujung,  dekat dengan mesjid yayasan.
     Aku yakin Wulan akan mengaminkan permintaan konyolku itu. Aku dapat menebak karena melihat ekspresi terakhirnya yang meng-iyakan. 
                                
                                   -At Home's-
     Kemarin,  habis sepulang sekolah osis melakukan gerakan penghijauan.  Atau kerennya iti go green.  Aku bagian dari anggota osis,  dan itu menjadi salah satu aktivitas kesibukanku selain sekolah,mengaji, dan kegiatan organisasi. Saat istirahat,  kami sempatkan untuk menjepret foto biar menjadi kenangan.  Dan foto itu sudah ada di hp ku sekarang.  Dari lubuk hatiku yang terdalam,  aku ingin mem-post di akun instagramku.  Dan dalam hitungan detik,  sudah ku oploud. 
   
     Caption yang terbaik saat foto bareng temen adalah tentang bagaimana indahnya persahabatan yang kelak akan menjadi kenangan.  Ku tinggalkan hp ku di atas meja. Dan beralih kepada tugasku yang menumpuk.  Belum kelar.  Kebiasaanku adalah tidur larut malam.  Saat tugas dan ulangan membuatku terlena. Sebenarnya saat mengerjakan tugas,  pikiranku entah selalu berjalan-jalan kemana-mana.  Bentar-bentar mampir ke Medan,  terus balik lagi ke kalsel.  Tapi anehnya,  aku masih bisa mengerjakan tugas tanpa kesalahan.  Begitulah,  namun mungkin tulisanku aja jadinya gak serapi biasanya. 
   
      Tugas kelar tepat pukul 24.00, badan rasa penat semua.  Belum lagi besok ada jadwal les sampai pukul 17.30. Ya, hari yang melelahkan di zaman pendidikan seperti sekarang. Siswa di tuntut memiliki prestasi akademis dan sekedar mengejar nilai 9-10 belaka.  Padahal,  tujuan menuntut ilmu itu harusnya lillah,  biar ilmunya berkah dunia akhirat.  Ilmu itu gakkan pernah masuk dan tertanam dalam hati jika pelakunya senantiasa maksiat.  Jadi?  Makna sukses haqiqi itu harus ditanamkan sejak Dini. Bagiku,  belajar itu menyenangkan.  Bukan karena aku ingin selalu berada di peringkat atas terus. Prestasi akademis itu anggap saja hadiah dari Allah atas keikhlasan menuntut ilmu.  Allah itu dapat melakukan segala sesuatu dengan mudah,  jadi,  kalau pengen minta aja sama Allah. 

     Aku mengambil hpku yang sembari tadi aku yakin penuh dengan chatt-an di aplikasi whatsapp.  Mulai dari grup,  sampai deretan fans yang langganan ngechat.  Dan,  satu hal lagi.  Ada pemberitahuan instagram. Deg.  Kadang kalau segala hal yang berbau instagram membuatku gugup.  Padahal,  apa salahnya coba? Ya salahnya,  aku berteman dengan Kak Randy.  Itu aja.  Benar saja,  dia baru saja me-like postingan terakhirku!  Aku hampir berteriak, jika tidak di rumah mungkin aku sudah mengguncang-guncang badannya Wulan.  Aku gugup,  layaknya sebelum tampil kompetesi atau sebelum ulangan syafahi(lisan)! Tanganku bahkan berkeringat dingin.  Aku tersenyum pulas.  Ku capture pemberitahuan itu, dan ku kirim pada Wulan.  Dia pasti sudah dalam alam baka,  oh bukan.  Alam mimpi maksudnya.

                -Pada dasarnya Cinta tak butuh alasan, karena yang membolak-balikkan hati manusia adalah Yang memberi Cinta yang haqiqi- RifkaHasmiMnjt

Akhwatiy (Finish) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang