1. Surat cinta Seorang Santri bagian 2

795 11 0
                                    

"pasti mikir pindah, iya kan?" tebak sekar indah yang tiba-tiba muncul menyadarkan Ranu.

Ranu Sadewa hanya tersenyum. Cowok tanggung ganteng yang dingin itu agak kikuk dan malu, ditebak terang-terangan cewek cantik adik kelasnya itu.

"ah,  sok tau aja kamu!" sanggahnya sambil mengangkat es teh ke bibirnya.

"mau bakso, mas?"

"trims deh, aku tak selera nih! "

" aku yang bayarin, ya? "

" makasih. kalau kau mau,  makanlah biar aku yang bayar! "

Sekar mengangguk, kemudian duduk didepan ranu." bakso, pak! " teriak sekar indah." Mas, ikut LKIR lagi yuk?" ajaknya mencoba mengalihkan pembicaraan.

"malas. Lagian kalau menang, dikira bapakku nyogok lagi! "

" sudah lah, mas, mereka itu kan hanya iri.  kalau mas mau ikut kelompok ku, kami tanggung beres.  Habis kami belum pengalaman tulis- menulis.  Mau ya, mas? " bujuk indah.

" Makasih, in. Otak ku lagi beku! "

" makanya jangan terlalu mikir pindah,"desak indah kembali pada persoalan semula.

"Ah, sejak tadi yang kau bicarakan itu saja" elak Ranu kurang senang.

"Lho, kan mas sendiri yang bicara kemarin!" bela sekar indah tak mau kalah melihat wajah masam ranu.

"Hus, pelan sedikit, kenapa sih? "

" Aduh, sorry deh, Mas! " sesal sekar indah merasa bersalah.

Ranu Sadewa iba juga melihat sekar indah ketakutan. Ditatapnya gadis cantik itu,  semakin bertambah cantik saja. Kebetulan sekar indah pun menatapnya.  Ada getaran halus yang mengalir dari hati dan menjalar keseluruh tubuh.  Baru kali Ranu merasa aneh. Ranu segera berpaling tidak tahan ketika getaran itu makin terasa.  Memang,  sudah lama Ranu kedanan Sekar indah.  Berkali-kali ia ingin mengukapkan rasa gelisahnya pada sekar indah, tetapi nyalinya tiba-tiba menghilang bila bertemu.

Sekar indah tak hanya cantik.  Dikelas satu itu, bukah hanya dirinya saja yang kedanan dengan sekar indah.  selain cerdas, indah terkenal kreatif, lincah, dan supel. Kecemburuan tiba-tiba membakar dada Ranu, melihat kecantikan dan kelebihan sekar indah. Diminumnya kembali es teh untuk mendinginkan perasaannya.

"Ah, tak ada yang harus dimaafkan.  Akulah semestinya yang harus minta maaf karena telah menyinggung perasaanmu."

"jadi...?"

"Iya. itu harus! " jawabnya memenggal pertannyaan sekar indah." siang malam aku berfikir bagaimana aku bisa meyakinkan kedua orang tuaku. "

" Mas Dewa tega ninggalin Sekar? "tanyanya kelepasan bicara, indah hampir menangis.

" Mas dewa?  Heeeh! " desah ranu.  Sebutan itu seakan tersengar lebih mesra ditelinganya,  sehingga menindih kepekaan hatinya yang paling dalam.  Ditatapnya kembali wajah cantik itu.  Ranu tahu indah sangat mengharapkan ketegasannya. Namun keberanian itu surut kembali.

Ranu Sadewa terdiam, saat indah lama menunggu kekujurannya.  Tetapi kebingungan pun merasuki perasaannya. Mau mungkir, ia tidak berani. Berbohong takut menyakiti hatinya.

"kenapa kau tanya begitu,  In? " Ranu agak gagap.

" Mas...!" jawab Indah tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Indah, jangan kau katakan! aku tahu. Aku,  juga....!"

Sabuk KiaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang