1. surat cinta Seorang Santri bagian 4

569 12 0
                                    

"Mas Dewa serius?" Indah khawatir.

"Aku tidak pernah main-main dengan apa yang ku ucapkan In. Aku laki-laki. Pantang bagiku mengingkari kata-kataku sendiri. Aku paling tidak suka setiap prestasi yang kugapai mati-matian dituduh nepotisme."

"Mereka hanya iri mas,  karena mereka tidak mampu berbuat apa-apa!" cegah sekar indah menerangkan dengan kalimat yang paling jelas. Indah sendiri bingung memilih kalimat yang pas.

Setelah menmukan kalimat yang dianggap tepat, Sekar Indah angkat bicara kembali. "Mas, aku tidak memandang nepotisme itu jelek," ujarnya sambil memandang wajah ranu. "yang penting tidak sekedar memandang adanya hubungan darah, kerabat, dan uang saja. Tidak ada salahnya mereka mengankat kerabat atau saudara, kalau memang orang yang diangkat itu benar-benar punya kemampuan. Mas Dewa pasti sudah tau tentang Nabi Musa dan Harun, adiknya. Nabi Musa mengakat Nabi Harun adiknya sebagai wakil. Bukan semata-mata karena adik. Harun memiliki kapasitas dan kemampuan seperti yang dibutuhkan Nabi Musa. "

sekali lagi Sekar Indah menatap Ranu. Melihat Ranu merespon, Indah melanjutkan kalimatnya." Begitu juga dengan sahabat paling dekat dengan Nabi Muhammad. Tidak satu pun dari keempat khalifah besar atau Al-khulafa Ar-Rasyidin itu orang lain. Abu Bakar dan Umar, keduanya adalah mertua Nabi. Sedangkan Usman menantunya dari dua orang putri nabi.

Syayiddina Ali, selain saudara sepupu, ia adalah anak paman Nabi, juga menantunya. Namun yang perlu diingat Nabi tidak hanya memandang karena hubungan saudara saja, mereka memiliki kemampuan yang luar biasa. " Sekar indah mengambil nafas, melihat Ranu tertunduk," Maaf....  kalau indah terkesan menggurui Mas Dewa? "

" terimakasih. aku sendiri malah baru mikir setelah kamu cerita" sekali lagi ranu mencuri pandang. Berat rasanya ia meninggalkan sekar indah, gadis itu benar-benar telah mewarnai hari harinya.

Pada hari-hari berikutnya Ranu Sadewa menghindari pertemuan dengan Sekar Indah, sekalipun ada sebersit kerinduan yang hampir tidak tertahankan.  Tekad membunuh perasaan cintanya lebih meraja.

sikap Ranu itu membuat Sekar Indah kelabakan dan nyaris frustrasi. Ingin ia memarahi Ranu yang kejam tak berperasaan dan selaku menghindar darinya.  Kejadian itu membuat Indah kurang percaya diri, seperti sebelum dekat dengan Ranu. Indah dihantui perasaan was was, minder, dan tidak percaya diri. setiap bel istirahat indah tidak lagi menunggu kawan-kawanya keluar bersama. Indah segera berlari menuju meja pojok tempat dia pernah berbicara banyak dengan Ranu Sadewa. Sayang Ranu tidak pernah lagi duduk di pojok kantin sekokah seperti dulu. Tanpa disadari air mata Indah mengalir di pipinya.

"Tuhan, Kenapa jatuh cinta itu sakit sekali? "

Sabuk KiaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang