1 surat cinta Seorang Santri bagian 6

647 14 11
                                    

Pak Abdul Syukur segera meninggalkan Ranu. Di ruang tamu ia melihat dua orang prajurit ketakutan.

"lapor, salah sasaran pak, seorang anak pingsan"
"ngawur kalian! dimana bocah itu? "
" Di kantor sedang ditangani dr. Wihardi."

pak Syukur jengkel terhadap anak buahnya.  Mereka bisa salah sasaran, terhadap seorang anak yang baru pulang dari masjid. Saat itu beberapa prajurit sudah menunggu agak lama. Begitu melihat anak sebesar Ranu, mereka langsung bereaksi menjadi hantu seperti hantu betulan. Karuan saja anak yang diatakuti itu sontak menjerit ketakutan sampai pingsan. para prajurit segera berlari menolong dan betapa terperanjatnya mereka setelah mengetahui korbannya bukan ranu. Untung ketika pak Abdul Syukur sampai di kantor bocah itu sadar, tapi masih berteriak-teriak ketakutan.

mengingat semua itu Pak Abdul Syukur sadar, dirinya tidak dapat mencegah keinginan Ranu Sadewa. "kau boleh pergi kemana yang kau suka! Dan jangan sekali-kali kamu pulang jika kamu gagal.!"
"terimakasih pak. Aku yakin dengan menjual motor, bekal ku sudah lebih dari cukup. "

Mendengar jawaban Ranu orang tua itu tercengang." kapan berangkat?! " tanyanya lesu.

" semakin cepat, semakin baik".

Pak Syukur segera berdiri masuk kamar, ia menyalahkan semua orang yang berbuat tidak adil kepada anaknya. Ia menyesal, apa gunanya terlaku memburu karier, kalu akhirnya membuat anaknya tertekan. Jenderal itu meninju dinding tembok karena jengkel.

"sudahlah pak, biar dituruti saja kemauanya. Aku yakin ia tidak anak macam-macam. Asal uang Habis pasti akan pulang. "
" ibu seperti tidak kenal dengan anak yang dilahirkan sendiri. Ranu itu keras Hati, bu. Ancaman-Ancamanku tidak digubris sama sekali. "
" Bapak memaksanya masuk Akabri tadi? " tanya istrinya pelan.

" tidak lagi bu. Aku sadar bukan dari Akabri saja masa depan seseorang itu. Aku sadar dan tidak ingin melihat cucu ku menderita seperti Ranu. Tidak adil rasanya! Apa salahku sampai Ranu merasa tertekan? " pak syukur menggugu menangis.

jenderal itu hampir lupa entah kapan terakhir ia menangis. ketika pertama kali ditugaskan sebagai penjaga keamanan di Kamboja. saat semua orang menangis, perasaannya biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dan menakutkan. Tetapi mendengar niat ranu hendak pergi hatinya benar-benar kalut,was-was, dan khawatir.

"Bu aku takut ia tak memberi kabar, kehabisan uang, dan sakit. Pada siapa ia akan meminta tolong.? Apa yang akan dimakan? Bagaimana dengan pendidikannya? selama hidupnya belum pernah berpisah sama kita."

"Sudahlah pak. yang penting kita berdoa. tuhan tidak akan memberikan cobaan yang lebih berat dari kekuatan hamba-Nya.  semua tuhan yang mengatur." jawab istrinya ringan. sebenarnya dia pun merasa khawatir, tetapi tidak seberat suaminya, Bu syukur sudah terbiasa mengalami hal-hal seperti itu, ketika suaminya hendak bertugas di daerah pertempuran.

"Bapak jangan berlebihan memikirkan Ranu.Aku pernah mengalami, ketika pertama kali bapak akan pergi perang. Nyatanya apa yang kutakutkan justru kebahagiaan yang datang. Setiap selesai bertugas bapak dapat promosi dan sedikit rezeki. yang terpenting, kita pasrahkan sepenuhnya kepada tuhan. "

" iya bu, tetapi aku tidak bisa seperti mu. Aku benar-benar takut kehilangan Ranu."
"Sudahlah pak, percuma.  Nanti ia terlalu manja.Biar dia tahu sulitnya hidup. biar tambah dewasa dan matang. Kita tidak akanmendampingi dan memberi pertolongan selamanya pak. Sekarang atau besok ia akan mengalami masa-masa sulit".

Sabuk KiaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang