1. surat cinta Seorang Santri bagian 3

644 13 0
                                    

"Indah, jangan kau katakan! Aku tahu. Aku, juga....!" jerit hati ranu.  Kata-kata itu hanya sampai tenggorokan saja.

Agak lama Sekar Indah dan Ranu  Sadewa terdiam bergelut dengan perasaan masing-masing.

"Kau tahu, disekolah ini langkahku terlalu sempit.  Apa pun yang kuperbuat orang selalu memandang negatif. Aku ingin seperti kamu dan kawan kawan lain, bisa bebas tanpa bayang-bayang orang tua! "

sekar indah sedikit jengkel. Cowok itu benar-benar tidak tahu perasaan, betapa dirinya sangat mencintainya.  Seandainya saja sekar indah kuasa,  ia rela menanggung beban hati Ranu, agar dia tetap bisa berdekatan dan mengobrol seperti saat saat ini.  Sekar indah kecewa seakan ranu tidak membutuhkan kehadirannya. Gadis itu habis habisan menyesali kebodohannya yang terlalu berharap kepada Ranu agar mau mengungkapkan perasaan cintanya.

Indah memang nekat. Jauh sebelumnya, ia sudah tahu siapa Ranu Sadewa Sebenarnya. Ranulah satu satunya panitia MOS yang tidak pernah mencari perhatian dan paling acuh padanya.  Bahkan ketika kawan kawan Ranu kelas dua dan tiga silih berganti datang ke rumah,  cowok ganteng itu menyapanya pun tidak.

Kesombongan itulah titik awal yang membuatnya penasaran kepada ranu. ketampanan dan kecerdasannya ternyata sulit dicari tandingannya.  Sekar indah mengakui ia telah jatuh cinta pada Ranu. Indah bersumpah tidak akan menikah kalau tidak berjodoh dengan Ranu.  Kalau toh terpaksa orang lain, Minimal harus seganteng dan secerdas dia.

Berbagai cara dilakukan, tetapi cowok yang satu ini tetap acuh dan dingin. Kalu selama ini indah bisa dekat dengan ranu Sadewa, itu hanya kebetulan saja.  saat itu dalam rangka mempersiapkan LKIR terjadi kekurangan anggota, kebetulan dari kelas satu Indahlah yang dianggap mampu mengisi lowongan itu. sekalipun demikian, penunjukan itu belun meluluskan dirinya dekat dengan Ranu. Ranu Sadewa baru memandang keberadaanya setelah ia bekerja mati-matian siang malam. Dan mencari referensi, dana, dan pengetikan karya tulis. sejak saat itu, secara perlahan-lahanRanu Sadewa mulai agak ramah padanya.

"In, aku benar-benar tidak kerasan disini. kalu bapak ku tetap tidak mengizinkan, aku akan minggat! " kata Ranu membuyarkan lamunan sekar indah yang sedang menyendok bakso.

" itu tidak baik, mas! bagaimana pun, restu orang tua wajib! Apalagi mas Dewa hanya tinggal satu setengah tahun lagi! " usulnya agak ragu. Sekar benar-benar cemas.

sekali pun cintanya tak terbalas, tetapi ada kebahagiaan tersendiri bisa berdekatan dengan Ranu Sadewa. Cowok itu selalu cepat menyelesaikan berbagai soal matematika, kimia, fisika, bahkan semua mata pelajaran.

"Aku tidak mikir itu In.  Aku tidak tahan setiap hari dituduh nepotisme. Seandainya aku dapat beasiswa dari sekolah sini, malah bakal ramai.  teman-teman pasti akan menuduhku menyuap guru atau berkat jasa bapakku. Biarlah aku tak jadi apa oun yang penting aku jadi diriku sendiri. "

" Mas dewa serius? " Indah khawatir.

Sabuk KiaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang