3 Helai

198 13 1
                                    


"In the morning of my life

the minutes take so long to drift away...."

Suara Nenek Anne menyenandungkan lagu dari Bee Gees terdengar sayup-sayup dari dapur, Laura berjalan pelan menghampirinya. Minggu pagi dan ini adalah bagian favoritnya.

"Please be patient with your life

It's only morning and you're still to live your day...."

Laura ikut bernyanyi bersama neneknya, menyambung lirik.

Nenek Anne menengok kebelakang, "Udah beres?" tanya Nenek Anne dengan suara lembut.

"Udah, Nek," jawab Laura sambil duduk di meja makan.

"Yaudah sekarang kita makan, yuk!"

Nasi goreng yang harumnya dari tadi mengusik hidung Laura waktu menjemur pakaian di atas, akhirnya tersaji juga. Nasi goreng neneknya ini memang andalan. Gurih, pedas dan tidak terlalu manis, pokoknya pas di lidah Laura. 

"Kakek ke mana?"

Neneknya menyuapkan nasi goreng sebelum menjawab pertanyaan Laura. "Ke tukang cukur. Mumpung pagi, nggak banyak orang. Diantar sama mama."

Laura mengangguk-angguk. 

Laura bertanya karena sebenarnya ia khawatir. Semenjak memutuskan untuk pensiun di umurnya yang ke tujuh puluh, Kakek Yopie kesulitan menyesuaikan keadaan. Karena biasanya sehari-hari bekerja, jadi kini kakeknya senang mencari-cari pekerjaan di rumah. Mungkin sekedar membereskan buku-buku di perpustakaan kecilnya, Laura masih maklum. Tapi kalau kakeknya sudah naik ke genteng untuk membetulkan macam-macam, itu yang membuat Laura was-was. Memang kondisi fisik kakeknya masih sangat fit dengan badan yang masih seperti pria umur 50 tahunan, tapi tetap saja.

~~~

Rambut ikal milik Laura boleh bergembira dan mencuat liar ke mana-mana pada hari Minggu karena Laura tidak akan menempelkan benda panas alias catokan itu ke rambutnya. Berbanding terbalik, hari minggu adalah hari memanjakan si rambut kurang ajar dengan masker rambut di rumah.

Setelah semua pekerjaan rumah beres dan sudah selesai sarapan, Laura duduk santai di kamarnya. Ruangan yang cukup luas ini tampak indah dan hangat. Jendela yang besar di samping tempat tidur berukuran single mengijinkan sinar matahari pagi masuk bebas menyinari kamar itu. Angin sepoi dari luar menyebabkan tirai putih panjang mengalun berirama. Tidak banyak ornamen di kamar ini, memang Laura tetap menjaga kamarnya se-simple mungkin. Toh, kamarnya ini hanya digunakan untuk tidur, selebihnya ia hanya hidup untuk bekerja, bekerja, dan bekerja.

Was it all illusion
Was it all a trick a sleight of hand
With a word gone
Out of sight not out of mind

Suara lembut dari Sophiya terdengar dari speaker kecil di meja rias Laura. Mengalun indah melantunkan lagu For The Record. 

Menggenggam cangkir putih berisi chamomile tea, Laura duduk di tempat tidur menghadap jendela besar yang langsung menghadap ke kebun mawar punya neneknya. Lagu ini pelan-pelan melemparnya ke kenangan bersama Dean.

No other solution
When you pulled the world right out of my life
Left to gather all the pieces of our end times

Sehelai Rambut IkalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang