Sebatang rokok

14 0 0
                                    

Damar menghirup asap rokoknya dalam-dalam sembari menunggu angkot yang membawanya ke sekolah. Baju sekolah yang dikenakannya pun tidak tertata dengan baik.

Matanya menangkap angkot yang ditunggunya. Ia pun segera memberhentikan angkot tersebut dan naik.

Abang angkot tungguin..!

Damar menoleh ke luar mendengar suara perempuan di luar. Angkot yang akan melaju pun berhenti mendengar suara perempuan tersebut.

Makasih bang

Ucap perempuan tersebut saat sudah naik ke dalam angkot. Matanya bertubrukan dengan mata Damar. Lalu seulas senyum pun tersemat di bibir perempuan itu.

Angkot melaju kembali setelah perempuan tersebut duduk. Damar menatap sekilas perempuan yang ternyata satu sekolah dengannya. Terlihat dari seragam yang dia pakai.

Angkot yang sempit dengan penumpang yang sedikit membuat suasana semakin canggung. Sekilas Damar melihat perempuan tersebut terganggu dengan asap rokoknya. Namun, bukan Damar namanya bila ia peduli. Ia abaikan gerak-gerik terang-terangan gadis tersebut.

Kak damar, boleh gak rokoknya dimatikan? Asapnya mengganggu pernapasan saya.

Suara lirih perempuan tersebut membuat Damar menoleh. Ditangan perempuan itu tergenggam inhaler.

Oh, iya.

Sahut Damar, yang lalu mematikan puntung rokok tersebut dan membuangnya keluar saat tak ada orang di jalan.

Makasih kak.

Ucap perempuan tersebut, sekali lagi dia tersenyum. Matanya membentuk bulan sabit.

Damar tertegun. Senyum yang indah, sebuah senyuman tulus yang membuat jantungnya berdebar tak nyaman.

KALAPUNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang