three (dia lagi)

8 1 0
                                    

"radio nada disini. Dengan siapa saya bicara? Kata rafa ketus, sambil siap-siap ia akan membanting gagang telpon kalau sampai tidak ada sahutan dari sebrang sana.

Memang suka ada yang iseng mempermainkan. Menderingkan telpon tapi tidak bicara apa-apa dan betapa dongkolnya kita kalau tidak segera menutup telponnya.

Saat rafa akan meletakan gagang telpon, sebuah suara yang sebelumnya menelpon dan membuat rafa kesal terdengar dari sebrang sana

"wah, kak rafa tersinggung ya? Marah ya?"

Ya tuhan, betapa lembutnya suara manja itu menyentuh gendang telingaku "ucap rafa dalam hati". "ah..eh..oh, engak!" rafa agak gugup, dan aneh tiba-tiba kesalahan tadi terbang entah kemana

"sunguh?"

"sunguh"

"bohong" bantah suara itu

"kok engak percaya?"

"bagaimana aku percaya kalau kenyataannya suaranya ketus?"

Rafa mengumpat dalam hati, Karena ketahuan berbohong

"ah..ya , kesal aja sedikit. Tapi takut kehilangan suara yang begitu merdu, he he"

"maaf ya tadi cuman bercanda kok"

"uh, candanya sadis" kecam rafa

"ah, canda kak rafa juga sadis"

"oke deh kalau gitu 1-1. Lupakan kata-kata saya tadi, oke?" suara rafa benar-benar sudah kembali seperti biasa. "nah, katanya mau kenalan, mana tangannya? Mesti salaman dulu jangan grogi dong, saya kan orang biasa saja"

"sudah ah, nanti di tutup lagi nih telponnya"

"oit, jangan dong! Oke deh, sekarang jawab pertanyaan saya. Nama?" Tanya rafa serius

"disty," jawab pemilik suara merdu itu. "perlu yang lengkap?"

"cukup disty.. hmm nama yang manis"

"kepada setiap yang baru kenalan pasti kak rafa selalu ngomong kaya gitu, ya?"

"ah, engak juga" bantah rafa

"oh ya?"

"ya.." jawab rafa

Rafa kembali berkata " nama disty memang manis kok, saya suka. Yang punya nama disty pasti secantikk...

"stop" disty menghentikan celoteh rafa, diikuti suara perintahnya. "silahkan pertanyaan selanjutnya?"

"baiklah, masih sekolah?"

"masih"

"kelas berapa?"

"kelas 2"

"SMP?"

"masa SMP?" protesnya

"habis, suaranya kayak masih kecil sih"

"ah, masa?" suara disty berubah manja "disty sudah gede kok"

"oh ya? Sudah bisa jadi pacar saya dong?" goda rafa

"nah, mulai lagi ya!"

"he he he, engak deh. Kalau gitu SMA mana?"

Disty menyebut SMA negeri yang termaksud favorite

"nah sekarang disty yang Tanya tentang kak rafa ya?" pinta disty

"silahkan"

"kak rafa kuliah dimana" pertanyaan pertama dari disty

"ceritanya lagi nganggur. Yaa, korban kegagalan UMPTN" jelas rafa

"sudah lama kak rafa siaran?"

"sejak lulus SMA"

"enak ya siaran, putar-putar lagu, banyak teman.. ehh, dibayar enggak sih?"

"ha ha ha" rafa tertawa mendengarkan pertanyan dari disty

Hal itu membuat disty bingung, apa ada yang salah dengan pertanyaannya "kok ketawa?"

"lucu.." jawab rafa

"apanya yang lucu?"

"omonganmu"

"kenapa memangnya?" Tanya disty sedikit bingung

"masak kerja enggak di bayar sih"

"jadi, kak rafa dibayar?"

"ya, dibayar dong"

"disty, kira enggak"

"siapa yang mau?"

"disty mau"

"yah mungkin disty udah enggak perlu duit lagi"

"bukan gitu. Anggap saja sambil main.. eh, kak rafa orang mana sih?"

"orang Indonesia"

"maksud disty, asalnya dari mana? Awas, jangan bilang dari ibu!" ancam disty

Rafa tertawa "oke nona manis, dengarkan baik-baik. Dalam tubuhku mengalir dara arek suroboyo, dari ayah. Dan darah biru keturunan bangsawan solo dari ibu. Walaupun aku tidak setuju dengan perbedaan gelar yang dibuat oleh orang itu. Lalu aku lahir,dibesarkan, dan lama berdiam dibandung" jelas rafa panjang lebar

"wah, hebat ya"puji disty

"mungkin. Yang jelas sifatku bisa macam-macam. Bisa tegas dan meledak spontan, katanya itu sifat arek suroboyo. Tapi saya juga bisa lemah-lembuh seperti orang solo" puji rafa pada diri sendiri

"dasar penyiar pintar ngomong"cetus disty setengah meledak

"itu salah satu anugrah tuhan yang selalu aku syukuri" disty tertawa mendengar jawaban-jawaban rafa yang taktis

"kak rafa bintangnya apa sih"

"bintang yang paling bagus"

"apaan?"

"libra"

Tanpa terasa, mereka terus terlibat obrolan panjang. Walau baru kenal, Namun menurut rafa disty orangnya supel. Buktinya dalam waktu begitu cepat mereka sudah seperti akrab saja, ngobrol ngalor ngidul membicarakan berbagai hal

"eh ngomong-ngomong, kita sudah cukup lama ngobrolnya. Mungkin telponnya mau dipakai? dan disty menggangu" kata gadis bersuara merdu itu bagai baru menyadari kalau dia sudah cukup lama menguasai waktu siaran rafa

"ah, enggak. Sekarang acaranyakan tidak memerlukan telpon. Dan hemm ya, aku lagi enggak ada teman nah, kalau disty sudah selesai belajarnya dan belum ngantuk mau kan menemaniku?" pinta rafa

Dan pembicaraan mereka pun terus berlanjut

Hallo readers semogaa pada suka yaa sma ceritaku
Seee youuu

15-12-2017

YOU ARE MY EVERYTHING✅Where stories live. Discover now