five (hatiku tersentuh)

10 0 0
                                    

Hatiku tersentuh, aku dapat memahami apa yang diidamkan oleh disty “kalau menurut disty, aku pantas menjadi kakak yang diidamkan. Nah, anggap saja aku kakak disty”kataku

“oh ya? Disty senang sekali” sambut gadis bersuara lembut itu antusia. “sungguh lho! Sejak disty kenal kak rafa, bahkan waktu baru kenal suaranya saja disty merasa inilah gambaran seorang kakak yang disty idamkan selama ini”

“ah, jangan terlalu melebihkan begitu. Nanti bisa kecewa, wajarwajar sajalah.” Pintaku sembari menambahkan “kak rafa bisa mengerti perasaan disty, sebagai anak paling besar kebetulan perempuan tentu kadang-kadang disty merindukan kehadiran seseorang yang berperan seperti kakak laki-laki. Terutama bila hubungan dengan papa kurang dekat, karena suatu saat mungkin memerlukan perlindungan. Atau perlu mengadukan suatu kesulitan, yang tidak enak kalau dibicarakan dengan mama umpamanya. Atauuu.. ya, hanya sekedar untuk ngantar-ngantar”

“nah, bagaimana disty tidak akan kagum kalau kak rafa seperti tahu saja perasaan disty.” Kata gadis itu

“ah biasa saja, tidak perlu kagum berlebihan” kataku merendah “kebetulan saja kak rafa punya seorang adik perempuan jadi tahu”

“oh ya? Siapa namanya? Wah, dia harus bangga punya kakak seperti kak rafa”

“namanya suci”

“kelas berapa?” Tanya disty penasaran

“satu SMA”

“kapan-kapan disty ingin ketemu dengan suci”

“kalau dengan kakaknya tidak ingin ketemu ya?” godaku

Disty hanya tertawa namun hanya sebentar. Selanjutnya gadis itu kembali berceloteh dengan suara riangnya, “kalau disty perhatikan kak rafa sepertinya tidak punya masalah”

“setiap oraang pasti punya masalah sendiri-sendiri. Kalau dibandingkan dengan disty justru dalam hal-hal tertentu disty seharusnya lebih bahagia. Disty tidak tahu kesulitan apa yang aku hadapi”

“kesulitan bagaimana?”

“ayahku sudah meninggal, tanpa meninggalkan pensiun. Kakakku sudah berkeluarga dan pisah rumah, sekarang dirumah aku sebagai anak paling besar dan yang jadi tulang punggung keluarga. Aku harus menanggung dua orang adik yang masih sekolah di SMA, sejak kecil aku sudah biasa berusaha sendiri dan bekerja keras”

Sejenak disty terdiam

“tapiii, kelihatannya kak rafa selalu bahagia” gumannya kemudian “kadang disty jadi iri”

“ya, mungkin  karena aku selalu berusaha menghadapi setiap permasalahan dengan positif. Dalam situasi bagaimanapun kita harus menerima dan mensyukuri segala yang ada pada kita, dan hidup  ini harus dinikmati” tuturku

“dinikmati bagaimana?”

“antara lain, setiap orang pasti punya hobi dan kegemaran kan?”

“ya, lalu?”

“nah, dengan menekuni hobi yang bisa kita lakukan diwaktu senggang, itu salah satu cara menikmati hidup”

“hmmmm” disty mengguman “hobi kak rafa apa saja?”

“sebetulnya banyak. Ada beberapa yang tidak bisa di lakukan karena memerlukan biaya besar. Tapi walaupun mahal itu bukan kemewahan yang tidak bermanfaat. Kadang aku suka menyayangkan kalau melihat anak-anak orang kaya. Mereka seperti bingung tidak tahu menggunkan uangnya yang berlimpah, kalaupun dipakai untuk hobi tapi hobi yang mewah yang kurang bermanfaat. Hanya pamer kemewahan dan hura-hura, sangat disayangkan kan. Padahalkan kalau digunakan untuk hobi yang bermanfaat…”

Aku berhenti. Aku menyadari telah berkata terlalu jauh dan menyinggung anak-anak orang kaya. Apakah disty tersinggung? mungkin dia tersinggung karena dari tadi dia diam saja. “ujarku dalam hati”

“kok diam?” usikku

“aahh, enggak” disty terperangah “ disty lagi dengar omongan kak rafa kok”

“sungguh? Aku tadi ngomong apa coba?”

“macaam-macam. tapi belum menyebutkan hobinya apa”

“oh ya, hobi yang bisa kulakukan yang murah meriah. Yang sekiranya terjangau, ada juga hobi yang terpenuhi dari pinjaman teman. Seperti membaca. Tapi yang sekarang aku kembangkan yang bisa menghasilkan uang”

“menghasilkan uang?”

“ya”

“kok, bisa?”

Memang kadang-kadang aku suka mendapatkan pertanyaan yang lugu seperti itu. Mungkin dari kecil karena selalu terpenuhi kebutuhannya, disty tidak tahu bagaimana orang lain mencari penghasilan untuk kebeutuhan hidupnya. Tadinya siaranpun dikira tidak dibayar

“ya, misalnya siaran. Awalnya karena aku mendengar musik, tapi enggak pernah beli kaset. Jadi cuman dengar saja dari radio karena keseringan dengar radio, aku bisa menilai bagaimana penyiar yang bagus dan suka kesal mendengar penyiar yang telalu banyak omong bertele-tele. Atau yang suka motong lagu, padahal pada bagian musiknya yang bagus seperti intro lagu umpamanya. Nah, lalu timbul ide, kenapaa tidak coba siaran sendiri? Bisa dengar lagu, juga dibayar” tuturku sembari menambahkan “tapi waktu melamarnya tidak gampang. Bayangkan, waktu itu yang melamar banyak sekali sedangkan yang dibutuhkan hanya dua orang. Hanya berkat pertolongan yang diatas, aku bisa terpilih aku meyakini itu. Segala sesuatu bisa terwujud bila dia diatas sana berkenan disamping usaha keras kita”

“masih ada hobi yang lain?” Tanya disty

“menulis. Dengan menekuni hobi menulis kita bisa menuangkan ide yang ada dalam pikiran kita kedalam tulisan, untuk selanjutnya dijual pada penerbit”

“lalu?”

“main gitar. Karena hobi ini bisa dijual, aku ikut kursus. Nah, sekarang lumayan sudah bisa menghasilkan aku ngajar les privat beberapa anak.”

“ohh, kak rafa bisa ngajar gitar ya? Wah kebetulan, disty mau daftar ah. Serius lho, berapa bayarannya?”

“memangnya disty senang main gitar?”

“senang sekali, tapi mama menyuruh les piano. Mama memang selalu ngatur, segala kesenangan mama mesti dituruti tanpa memikirkan kesenangan disty sendiri. Tapi sekarang piano sudah dikuasai, disty ingin belajar gitar”

“nah kalau gitu disty harus minta ijin mama dulu. Ini penting lho, supaya aku tidak disangka macam-macam”

“macaam-macam gimana?”

“disangka mau memacari anaknya. Soalnya, pelatih gitarnya masih muda, cakep lagi” aku tertawa

“nah, keluar deh sfat aslinya”

“dan jangan dibilangin aku penyiar ya?”

“memangnya kenapa?”

“dimata orang tua, penyiarkan dianggap makhluk perayu ulung. Yang musti dijauhkan dari putrinya yang manis”

“padahal memang iya, kan?”

“mudah-mudahan”

“ihhh” disty berteriak gemas
Aku tertawa

Ha, semejak disty masuk kedalam dunia siaranku, hari-hari yang dulu aku rasakan  membosankan dan mejemukan, kini tidak lagi. Kemunculan suara merdu disty ditelpon, menggungah semangat bagiku untuk menanggapi setiap ajakan ngobrolnya. Sehingga waktu-waktu begitu lama digunakan kami ngobrol, aku tidak pernah merasakan kejenuhan dan kebosanan sebagaimana dulu sebelum disty masuk.

19-12-2017

YOU ARE MY EVERYTHING✅Where stories live. Discover now