YOU ARE MY EVERYTHING✅

four (kenyataan)

“aneh, dari tadi disty menayakan segala tentang kak rafa, tapi kak rafa tidak menanyakan tentang disty yang agak pribadi?” kata gadis ini setengah protes

“misalnya?” Tanya rafa

“ya, misalnya kak rafa tidak menanyakan alamat rumah disty. Padahal cowok selalu menanyakan alamat setiap kenalan. Apalagi penyiar, paling ceriwis nanyain alamat”

“kalau penyiar memang perlu, untuk mendengarkan pendengar lain yang namanya sama”

“bukan begitu, untuk itu kan cukup menyebutkan jalannya saja tanpa nomornya maksud disty yang menanyakan alamat lengkap untuk maksud terntentu” jelas disty

“bagiku, justru karena posisiku sebagai penyiar rasanya kurang sopan kalau baru kenalan menanyakan alamat lengkap seorang cewek”

“itulah yang disty rasakan lain pada diri kak rafa. Tidak seperti yang lain” puji disty

“ya, aku cuman berusaha memperbiki imej penyiar”

“kalau begitu, nanti bila kita sudah lama kenal kak rafa akan menanyakan alamat lengkap disty?”

“mungkinn.. itupun kalau disty mau menelpon lagi”

“tentu dong. Disty senang sekali dapat berkenalan dengan kak rafa. Sungguh lho! Enggak tau kenapa, rasanya hati disty jadi tenang gitu. Setelah ngobrol dengan kak rafa padahal tadi disty lagi kesal, pusing yaaa macam-macam deh”

Sama halnya dengan rafa, rasa kesalnya pun hilang entah kemana. Padahal bayu yang seharusnya menemaninya siaran tak kunjung datang, perut yang tadi menagih, belum dimasukan nasi goreng. Sebaliknya rafa jadi bergairah memilih lagu-lagu bagus dengan komentar menarik dan lancar. Juga tidak mengantuk sampai pada penutupan pukul 00.00

Itulah awal mereka kenalan. Meski ngobrol lama, rafa tidak merasakan kesan apa-apa. Rafa hanya menganggap disty seperti atenser lainnya.

***

Besok malamnya disty kembali menelpon begitupun malam-malam selanjutnya. Biasanya disty menelpon saat aku tidak siaran dan pada saat acara yang tidak memerlukan telpon atau waktu warta berita. Kami cepat akrab selalu saja ada bahan obrolan yang menarik. “aneh ya, kita baru kenalan beberapa hari. Tapi rasanya sudah kenal berbulan-bulan.” Kata disty suatu saat.

“perasaanku malah sudah bertahun-tahun! Godaku.

“padahal bertemu muka saja belum ya?”

“wah, lebih baik jangan deh!”

“memangnya kenapa?”

“bisa. . .!” aku sengaja tidak meneruskan perkataanku

“bisa apa?” desak disty penasaran
“bisa tambah akrab! He he he . . .”

“Ge-er ya!”  seru disty gemas. “ tapi jarang loh disty bisa cepat akrab kaya begini. . .

“ya mungkin selain pintar ngomong, orang libra memang lawan bicara yang menyenangkan. Bidangnya sangat luas mencakup nilai politik, social, seni, budaya . . .”

“orang libra suka muji diri sendiri, egonya besar, kadang-kadang sombong, sok tahu . . . dan semacamnya!” disty tertawa enak

“nah kalau gitu kenapa disty senang berteman dengan orang libra?” ucap aku pura-pura tersinggung

“iya deh,! Ka rafa orangnya baiiikkk… sekali..” disty merajuk “penuh perhatian, penuh pengertian. Ah, pokoknya disty senang deh, kalau punya kakak laki-laki seperti kak rafa…”

***

Dari pembicaraan-pembicaraan sebelumnya, rafa mengetahui sedikit latar belakang kehidupan disty. Disty anak yang paling besar, punya dua orang adik laki-laki, ayahnya seorang pejabat terpandang yang juga sibuk mengelola berbagai bisnis, ibunya tentu saja aktiv diberbagai organisasi yang meyita banyak waktu sesuai dengan jabatan suaminya. Dan juga memanfaatkannya untuk menjalankan bisnis.

Mendengar ucapan disty tadi, rafa teringat ucapan gadis itu beberapa hari lalu “disty merasa kesepian terutama akhir-akhir ini, hubungan dengan papa-mama yang semakin sibuk dengan segala urusan, terasa semakin jauh. Begitu juga dengan adik-adik yang semakin besar, semakin sibuk dengan urusan masing-masing”

Awalnya rafa mengira kejadian seperti itu, sepertinya terlalu dibuat-buat dan dibesar-besarkan tapi setelah mendengar langsung kenyataanya, rafa jadi mempercayai apa yang sering diungkapkan berbagai media masa, atau dalam cerita-cerita novel dan filim.

Happy readers, mianhee jika ceritanyaa gak masuk akal🙏

16-12-2017