Aku dulu tiba
Terlahir dari kemurnian cinta yang tersatukan
Di sini aku temukan gempita tempat bernama duniaSayang...
Tak di sini namun di sana, kata sebagian dewasa
Bukan...
Tak di sana tapi di sini, kataku dengan sekutukuBagi mereka yang kasat
Ke riil an gempita itu tak mungkin di sini
Di tanah gersang lagi sunyi
Di saat desingan tank wira wiri
Deruan peluru mengiringi
Acapkali rudal bak kembang apiNamun yang kulihat
Di sinilah jalan taman paling dekat
Di tempat inilah siluet syahid terasa nikmat
Kedamaian, kami dapat tanpa sekat
Lewat Kalam Rabbi ku yang senantiasa lekat dalam kalbu maupun ingat
Aku tak takut, Semangat murojaahku terpahat
Menghantui kebiadaban yang kalang kabut
Menyiapkan amunisi agar kami tak lahir lagiMusnahkan lah, kami takkan mati
Kamilah garda depan pelindung Al-Aqso
Kubah Negeri Anbiya tiga AgamaLuncurkan senjata kalian kami tak gentar
Kau bunuh satu kami tumbuh sejuta
Dengan tekad yang sama
Tak kan seincipun kutinggalkan
Tak kan sejengkalpun ku serahkan
Tak kan kemanapun aku berbuana
Di sinilah aku datang di sinilah aku pulangAku tak sesal, aku tak dirugikan
Justru kau tak dapatkan secuilpun keuntunganBaturaja, 15-12-2017
Anifah Rizki
KAMU SEDANG MEMBACA
Debu-debu yang tak ingin pulang
PoésieTak berharga, tak berarti, tak terlihat, tak terjamah, tak dipedulikan, tak ternilai, tapi terasa jika dirinya ada, hanya sekadar pembuktian walau jalanan tempatnya berpangkuan tak pernah hiraukan. Pun tak peduli, ia ada untuk mereka yang menggapnya...