" Van, jadi gak traktirannya? " aku agak gak yakin Revan mau teraktir hari ini
" Kenapa? " Revan memandangku heran
" Kamu gak liat sekarang lagi hujan? " ini alasan utamanya kenapa aku gak begitu yakin Revan akan mentraktirku.
" Gak usah khawatir, tempatnya deket dari sini. paling cuma kena beberepa tetes " Revan berusaha meyakinkanku meskipun dari gekstur wajahnya terlihat kalau dia juga ragu. Dirinya saja ragu masih aja sok yakinin gak akan basah kuyup.
" Aku ke kelas aja " daripada basah kuyup mending tiduran dikelas, nunggu sampai hujannya reda. Aku berbalik, meninggalkan Revan yang masih setia menatap hujan.
" Tunggu, kamu mau kemana? " tiba-tiba Revan mencengkram dan menarik tanganku.
" Hei!! " aku yang kaget spontan menghempaskan tangannya.
Revan melepas tanganku dan menatapku dengan tatapan bingung.
" apa? aku kaget tau, tiba-tiba kamu cengkeram tanganku " kataku membela diri.
sekali lagi Revan memegang tanganku. Tidak seperti tadi, kali ini lebih lembut. Entah kenapa pipiku menjadi panas dan jantungku berdegup kencang. aku merasa senang Revan memegang tanganku.
" Dalam hitungan 3 kita lari " aku yang daritadi menunduk mendongakkan kepala.
" tapi Van ini hujannya lebat " kenapa dia keukeuh banget sih? traktirannya gak harus sekarang, besok juga bisa kan?
" satu... "
" Van "
" Dua... "
" aku bisa basah kuyup Van" aku ingin Revan menghentikan hitungan konyolnya.
" tiga "
seketika Revan berlari dan menyeretku. Aku yang ditarik paksa oleh Revan hanya bisa pasrah.hujan mulai membasahi diri kami. entah kenapa waktu seakan berjalan lambat. mataku tertuju pada punggungnya,dia terlihat seperti tameng yang melindungiku dari hujan dan angin. pipiku terasa panas, entah kenapa ini terlihat romantis.
" sudah sampai " dia memperlambat langkahnya dan masuk ke cafe itu. ada cafe di deket sini?aku baru tau.
aku duduk di pojok ruangan sedangkan Revan memesan makanan. kulihat cafe ini tidak ramai tapi juga tidak sepi. entah kenapa cafe ini terlihat hangat dan nyaman, aku suka.
" ini " Revan menyodorkanku cappucino latte dan strawberry cake.
aku langsung menyesap cappucino ku.Terasa cappucino yang mengalir hangat di dada
saat menatap lurus, padanganku terarah ke arah Revan. kami saling bertatapan, ia menatapku dengan pandangan yang sulit diartikan.
Revan mengambil tisu dan mengarahkannya pada bibirku. seketika aku membeku, ini terlalu tiba tiba. beberapa menit seakan bertahun tahun. jantungku melompat lompat seakan ingin keluar. semoga wajahku tidak memerah.
" selesai " Revan tersenyum puas, sedangkan aku hanya bisa menunduk.
" mmm.... aku baru tau ada cafe di dekat sini " kataku masih dengan posisi menunduk
" Cafe ini baru buka beberapa hari yang lalu "
" mmm.... " aku bergumam dan kembali menyesap minumanku.
" nih " Revan menyodorkan sesuatu. jaket?
" tenang saja, itu gak basah kok "
" terima kasih " aku menerimanya. aku senang, Revan terlihat begitu perhatian. aku memakainya, agak besar sih tapi aku suka. aroma Revan menguar dari jaket itu, membuatku tak ingin melepaskan jaket ini.
****
" Fey, habis dapat apa?sumrigah banget " Nadia menghampiriku
"masa sih? " dahiku mengkerut. Apa aku kelihatan sebahagia itu?
" ya iyalah, kamu itu aku liatin dari tadi senyum senyum sendiri. Kayak dapat durian runtuh " katanya menggebu gebu. sebenarnya aku cuma keinget sama kejadian kemarin, saat bersama Revan. mengingat itu aku kembali tersenyum.
" tuh kan kamu senyum lagi. Memang ada apa? " tanya Nadia antusias. Nadia segera mendekatkan dirinya padaku dan menatapku seolah olah dia siap mendengarkan ceritaku. sebenarnya aku ingin cerita tapi malu.
" jangan-jangan.... " Nadia memandangku dengan tatapan menyelidik, seperti seorang detektif.
" kau sedang jatuh cinta, aku yakin " kata Nadia mantap.
" apaan sih?, gak mungkin lah " kataku mengelak. aku masih belum tau. aku hanya merasa nyaman saja di dekatnya.
sebenarnya aku masih belum yakin apakah aku menyukainya sebatas teman atau menyukainya sebagai lelaki.
" kok jadi muram gitu? aku salah bicara ya? minta maaf ya " Nadia ikutan muram.
aku gak boleh muram, apalagi di dekat Nadia. meskipun kadang menyebalkan tetapi Nadia itu sebenarnya orangnya sensitif terhadap sekitar dan juga setia kawan. aku senang Nadia juga senang, aku sedih Nadia juga sedih. dia adalah teman dekat yang mengerti aku. Beruntung aku bisa menjadi teman baiknya.
" gak aku gak muram, nih aku senyum " aku menampilkan senyumku meskipun terlihat sekali kalau dibuat buat
" nah gitu dong " Nadia tersenyum. Melihatnya tersenyum membuatku ikut tersenyum tulus juga.
****
" fey... fey tunggu! " seseorang memanggilku. aku menoleh, disana Revan berlari menghampiriku.
" pulang bareng yuk " katanya kemudian
" gak usah " jawabku. sebenarnya aku mau tapi entah kenapa aku merasa sungkan.
" gak papa, sekalian aja. lagian kita searah " katanya dngan senyum sumrigah
" tunggu!pokoknya tunggu disini! aku ambil motorku dulu "motor? bukankah waktu itu dia bilang rumahnya dekat sekolah.
sudahlah, aku tanyakan nanti. lagian kalau ada boncengan kenapa gak diambil?
" ayo " katanya saat sampai di depanku. motornya adalah motor ninja keluaran terbaru. wow
aku menaiki motornya. duduk dekat seperti ini membuatku dapat mencium bau parfumnya. harum dan maskulin.
" sudah? "
" sudah "
Revan memacu motornya dengan cepat. refleks aku memeluknya erat. aku tersadar telah memeluknya, seketika aku melepaskannya. tetapi tangan Revan tiba tiba meraih kedua tanganku.
" jangan dilepas "
mendengar perkataan itu, seketika pipiku memanas. tangannya yang berada di tanganku membuat jantungku berdegup kencang. aku menenggelamkan mukaku di punggungnya. samar samar aku mendengar Revan tertawa.
" dasar " bisikku yang aku tau pasti Revan tidak akan mendengarnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN
Romancehujan yang membuat kita bertemu hujan yang membuat kita menyatu dan hujan yang membuat kita berpisah hujan