N

19.8K 896 124
                                    

Sakura menatap dirinya di cermin, sejak bertemu dengan Sasuke dirinya sedikit berubah... bukan, Sasuke lah yang membuatnya berubah. Wajahnya saat ini berubah dari yang datar dan tidak begitu menarik menjadi sangat cantik dan menggoda. Ini adalah wajah alami yang Ino pancing keluar auranya. Rasanya ingin sekali cepat-cepat ke sekolah dan melihat reaksi teman-temannya.

Sakura keluar dari kamar, wajahnya tampak berbeda dari ketika pertama kali Sasuke menolongnya, pagi ini Sakura terlihat lebih bersinar. Sasuke menatap wanita yang kini duduk di hadapannya, menyantap roti sandwich dengan tenang, seolah kemarin tidak terjadi apa-apa.

Sasuke terus memperhatikan Sakura, dari caranya makan, pancaran mata, gerakan tangan, bahu, sampai dadanya. Rasa amarah menyelimuti hatinya ketika dia membayangkan laki-laki lain memiliki tubuh Sakura, namun dalam sekejap Sasuke kembali sadar... mereka bukan apa-apa, bukan sepasang kekasih maupun teman dari awal mereka bertemu... Sasuke dan Sakura hanyalah orang asing.

"Aku berangkat," pamit Sakura.

"Kuantar." Sasuke beranjak dari duduknya.

Belum ada persetujuan dari Sakura, laki-laki yang bisa menghancurkan apa saja itu menyambar kunci yag menggantung di tembok, seolah mengerti tindakan Sasuke, wanita berambut pink dengan model dikuncir setengah ini mengikuti langkahnya. Sejak pelajaran gagal kemarin, Sakura jadi merasa sedikit canggung pada Sasuke. Di sepanjang perjalanan, Sasuke beberapa kali memperhatikan Sakura, benar saja dugaannya, semakin Sakura disentuh, auranya semakin kuat.

"Jam berapa kau pulang sekolah?" tanya Sasuke tiba-tiba.

"Ehm..." Sakura berpikir sejenak sambil bergumam, "kegiatan klub, lalu piket, mungkin selesai sekitar jam enam."

"Klub apa?"

Sakura merasa Sasuke jadi banyak tanya.

"Pemandu sorak, kenapa?"

Sasuke tidak menjawab

Pemandu sorak, identik dengan rok pendek yang bisa membuat Sakura terlihat makin seksi, apakah ada adegan dilempar ke udara? Kalau iya, sangat bahaya untuk Sakura, lalu intinya pemandu sorak itu menyoraki atau memberi dukungan pada pemain basket atau bola atau apapun itu di lapangan, itu potensi yang sangat besar bagi kaum laki-laki untuk menyerang Sakura.

Tapi, apa hubungannya dengan Sasuke? Tidak ada. Dia hanyalah penolong yang diminta Sakura untuk mengajarinya menaklukan laki-laki.

"Uchiha-san..."

"Sasuke," ucapnya mengoreksi.

"Ah, Sasuke..." Sakura terlihat ragu, dia meremas rok dan menundukkan kepalanya, "malam ini, apa kita bisa melanjutkan pelajarannya?"

Sasuke melirik dengan tatapan tajam lalu menyeringai, "Ketika memandu sorak apa ada orang spesial yang kau dukung saat pertandingan?"

Seketika wajah Sakura merona merah, sebelum menjawab pertanyaan Sasuke, wanita bermata emerald ini bersender di kaca mobil dan menerawang jauh ke masa lalu, saat-saat indah ketika dia bersorak demi sosok yang dia cintai itu. Namun itu semua hanya kenangan pahit.

"Dulu, namun sekarang sepertinya tidak perlu," jawab Sakura.

"Kalau begitu, pulanglah lebih cepat, aku akan ada di rumah sekitar jam empat." Sasuke memberhentikan mobil di depan gerbang sekolah.

"Eh? Tapi aku---"

Sasuke memberi tatapan tajam. Lagi. Seolah memperingatkan Sakura bahwa Sasuke tidak menerima penolakan.

"Ba-baiklah..."

Sasuke membuka kunci otomatis pada mobilnya, sehingga Sakura dapat keluar dari mobil tersebut. Begitu Sakura sudah keluar dan menutup pintu, Sasuke melaju dengan kecepatan standar, meninggalkan Sakura yang mulai berjalan masuk ke dalam gedung sekolahnya. Sasuke memperhatikan sosok Sakura dari kaca spion tengah, begitu sudah yakin Sakura memasuki gedung sekolahnya, Sasuke membuka ponsel dan menelepon seseorang, "Batalkan janji hari ini," ucapnya pada seseorang di telepon itu.

Scent of LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang