Reverenge

16 1 0
                                    

"Apa salah ketika aku hanya meminta sedikit dari kebahagiaanmu?, bukankah kita sama-sama memiliki hak untuk bahagia?, meski aku sadar kebahagiaan yang ku maksud adalah kesedihan bagimu"-Feli

Feli menatap lamat-lamat seisi kamarnya, kamar Delmora lebih tepatnya. Sesungging senyum dari bibirnya terukir.

"Terima kasih, karena aku masih punya kesempatan untuk kembali"lirihnya. Setetes air mata jatuh tanpa ia sadari.

"Maaf, Delmora"Suaranya seakan lebur tak terdengar.

Pikiran Feli memutar roll kaset lamanya, 7 tahun lalu. Saat, terakhir kali sosoknya muncul, saat-saat dimana Delmora sangat membenci kehadirannya, hingga ia rela pergi jauh ke luar negeri hanya untuk menghilangkan penyakit mental, dan dimana Feli berusaha untuk dihilangkan selamanya.

Apa yang salah dengan kehadirannya?, apa itu menyakiti Delmora?, tidak. Feli hadir karena Delmoralah yang memintanya, Delmoralah yang membangun sosok Feli dalam dirinya, sosok yang ia harap akan melindungi Delmora dari perlakuan bejat yang ia alami saat kecil dulu. Feli tumbuh sebagai sosok yang berani, galak, kasar dan nakal. Hal ini berbanding terbalik dengan sifat Delmora yang baik, lembut, sangat feminim, bahkan dianggap sebagai siswa teladan di sekolah, hanya saja satu kekurangan Delmora, sisi kewanitaan yang dimiliki sangat kuat hingga ia tak mampu melawan sesuatu yang membahayakan dirinya, bahkan lebih cenderung diam dan takut apabila ia berada dalam sebuah kesulitan.

Hingga hari inilah harinya. Hari dimana sosok Feli yang telah menghilang selama 7 tahun muncul kembali. Mungkin hal yang menjadi pemicunya adalah, kejadian dimana Evan hendak melakukan hal tak senonoh pada Delmora di gudang. Peristiwa itu seolah menjadi reka ulang adegan masa kecilnya yang menjadi korban Phedofilia (Kelainan seksual terhadap anak kecil) dari ayah tirinya sendiri. Delmora tak mampu melindungi dirinya dari hal-hal tersebutt, hingga pada akhirnya sosok Feli-lah yang hadir untuk membentengi diri Delmora.

"Delmora."Sesosok wanita paruh baya dengan senyum ramah membuka pintu kamar.

"Iya, ma"Feli ikut menyapa. Mama?, apa tidak masalah jika ia memanggil wanita itu dengan sebutan mama, itukan Mama Delmora. Tapi Feli sangat mencintainya, meski karena wanita itu pula sosok Feli menghilang. Mata Feli terus menatapnya dengan seksama, kini mata mereka saling bertautan hanya senyum yang terukir di wajah keduanya. Feli bingung, apakah ia harus jujur jika sebenarnya yang sekarang dihadapan wanita itu bukannlah Delmora anak kandungnya, tetapi Feli sosok yang melindungi anaknya. Namun, jika memutuskan untuk berkata jujur, Feli akan sangat tahu apa akibatnya bahwa Terra, Mama Delmora akan kembali mencari beribu cara agar Feli menghilang, sama ketika 7 tahun yang lalu.

"Gimana sekolah kamu?"Terra duduk di atas ranjang lalu mengelus pelan kepala puterinya.

Feli tersenyum, sentuhan penuh kasih sayang inilah yang ia rindukan.

"Baik-baik aja kok ma."Suara Feli terdengar begitu lembut, ia mencoba semirip mungkin dengan karakter Delmora agar mamanya tak curiga.

"Kamu udah makan?"

Feli menggeleng.

"Ayo, Mama udah buatin kamu makanan paling enak yang pernah ada"Terra memegang tangannya lalu berjalan berdua. Namun tiba-tiba Feli memeluknya erat.

"Ma, Aku kangen mama, aku pengen terus sama mama, mama jangan minta aku pergi yah?" Suara Feli terdengar bergetar, bahkan sebutir air mata telah lolos keluar dari persembunyiannya.

"Kamu kenapa?kok rindu sih? Padahal setiap harikan ketemu. Siapa juga yang mau kamu pergi, kalau kamu pergi ninggalin mama, mama lebih baik mati aja daripada hidup sendiri nggak ada kamu."Terra berbalik, wanita itu menghapus dengan lembut air mata yang membanjiri wajah putrinya.

DELMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang