Just Friend

26 1 0
                                    

"Kembalikan aku di waktu saat aku belum tahu jika sosokmu ada dan hidup di dunia ini, karena aku menyesal kehadiranku hanyalah sebatas sahabat yang tak berhak untuk mencintaimu"-Astrid

Lidah Delmora tiba-tiba menjadi keluh, ketika ia berada di depan mamanya untuk membicarakan hal yang serius, seperti saat ini. Delmora ragu, apakah mamanya tahu atau belum bahwa sosok Feli kembali datang.

"Kenapa Del, katanya mau ngasih tau Mama sesuatu, tapi kok ngelamun?" Terra menatap putrinya curiga.

"Emm, anu ma. Kemarin Delmora nggak ngelakuin hal yang aneh kan ma?"

Kening Terra mengerut.

"Maksud kamu?"

"yah, misalnya Delmora marah-marah atau judes sama mama?"

Sejenak Terra terdiam, mencoba mengingat kembali apa saja yang ia lalui bersama Delmora kemarin.

"Enggak ada tuh, kok nanya gitu ?"

Delmora menghela nafas lega, ternyata Feli tidak membuat mamanya curiga, setidaknya ia tidak harus membereskan masalah yang kesekian kalinya, hasil dari ulah Feli. Delmora tersenyum simpul

"gak kenapa-napa kok ma"

Delmora meninggalkan ruangan TV setelah memeluk mamanya, berpura-pura bahagia agar mamanya tidak mengintrogasinya lebih lanjut mengenai pertanyaan anehnya itu.

Di kamar, Delmora langsung mengacak-acak semua laci dan mengeluarkan barang-barang yang awalnya tersimpan rapi disana. Tangan dan matanya sibuk mencari obat-obatan yang pernah ia konsumsi secara rutin 7 tahun yang lalu. Hanya dengan pil-pil itu ia berharap jika sosok Feli tidak akan muncul lagi dalam waktu dekat ini bahkan selamanya jika bisa.

"Arrghh"Delmora mendengus kesal saat apa yang ia cari tak mampu ditemukannya.

"Fel, please jangan datang lagi. Gue takut !!!"ucapnya putus asa, wajahnya tertutup dengan kedua telapak tangan yang ia tempelkan di sana. Cairan hangat yang jatuh perlahan, kini tak mampu lagi ia bendung.

Haruskah penderitaan itu ia rasakan kembali?

Tak bisakah ia hidup dengan keadaan normal seperti orang yang lainnya?

Tak cukup kuatkah sosok Delmora saat ini, hingga Feli harus kembali dan melindunginya?

"Fel, Please pergi.."Lirihnya tenggelam dalam tangis

-DELMORA-

"Lo ngapain disini?"

Awan menghentikan langkahnya saat suara itu terdengar, ia berbalik dan mengurungkan niatnya agar segera naik ke mobil.

"Kenapa? Lo takut gue disini?" Tatapan Awan tertusuk tajam pada sosok siswa brandalan yang tepat berada di hadapannya. Azka.

Azka tersenyum sinis.

"Takut?, nggak salah?" Azka melangkah lebih dekat, kedua pria itu saling memandang dengan tatapan benci.

"Buktinya lo lari 2 tahun yang lalu karena ngehindarin gue, dan sekarang lo takut lagi karena akhirnya gue tau kalau selama ini lo sembunyi disini, dasar pengecut?"

Azka mendekat, kedua tangannya kini mengepal ingin sekali rasanya ia menonjok wajah Awan hingga lebam.

"Gue nggak sepengecut itu brengsek!!!"Bentaknya.

"Apa? Terus kalau bukan pengecut apa namanya?, gue nggak punya kata lain buat ngartiin siapa lo di mata gue selain kata 'pengecut', seorang cowok yang udah ngebunuh masa depan cewek yang katanya dia sayang. cuuihh"

DELMORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang