Satu

16 2 1
                                    

Satu tahun sudah vian dan ayya berpisah. Dan selama itu pula mereka sama sekali belum pernah bertemu kembali. Hanya sesekali berjumpa via video call. Namun itupun sangat jarang.

Pada awal bulan pertama keduanya masih intens dalam berkomunikasi. Namun pada awal bulan kedua sudah mulai berkurang hingga saat ini, mungkin hanya seminggu sekali mereka mengirim pesan itupun hanya untuk memberi kabar.

Kesibukan vian lah yg membuat hubungan mereka mulai merenggang. Sebenarnya ayya bisa saja protes dengan segala kesibukan vian akhir-akhir ini. Namun slalu ia urungkan niatnya itu karena tak ingin bersikap egois dan menjadi pengganggu dalam kehidupan pria itu. Tapi saat ini mau tidak mau ia harus bertemu dengan vian.

" Kamu yakin nak besok mau nyusul vian ke jogja? " Tanya wanita paruh baya kepada anak gadis semata wayangnya.

" Iya ma, mumpung masih ada kesempatan. Ayya gak mau buang-buang waktu ayya yg masih tersisa. " Balas gadis itu sembari memegang erat selembar kertas yg terdapat logo salah satu rumah sakit di kotanya.

" Kamu jangan putus asa nak, mamah yakin kamu bisa menghadapi semuanya. Mamah tau anak mamah ini gadis yg kuat, tegar dan tidak akan pernah berputus asa "

" Udah gak ada harapan lagi mah" ucap ayya sembari tersenyum getir.

Namun sang ibupun tak dapat berbuat banyak. Selama ini ia sudah melakukan apa yg terbaik untuk anak semata wayangnya itu. Tapi jika tuhan berkehendak lain, Tidak ada satu  manusiapun yang mampu untuk mengelak.

***

Wahai, wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empatpuluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena kekurangan fizikal, tidak ada kesempatan, atau tidak pernah 'terpilih' di dunia yang amat keterlaluan mencintai harta dan penampilan wajah.) Yakinlah, wanita-wanita solehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, bersedekah dan berbagi, berbuat baik dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari syurga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari syurga parasnya cantik luar biasa.

-Tere liye

Gadis itu menutup novel yg sedang ia baca saat pesawat yg di tumpangi sudah mendarat sempurna di kota yg ia tuju.

Kemudian di lirik jam yg bertengger indah di lengan mungilnya.

" Huft udah jam 10 malam, mana aku gak tau alamat vian disini lagi, aku cuma tau tempat kuliahnya aja lagian gak mungkin juga kalau aku langsung nemuin dia sekarang " Gumam gadis itu setelah baru saja mendarat di yogyakarta.

" Kayaknya besok aja deh aku langsung nyari ke kampusnya " Putus gadis itu setelah sejenak berfikir.

Di tariknya koper yg ia bawa dan berjalan pelan menuju tempat dimana ada taxi yg sedang menunggu penumpang.

" Permisi pak, bisa bapak antarkan saya ke salah satu hotel yang dekat dengan kampus UGM? "

" Oh baik mbak, monggo saya antarkan " Ucap sang supir paruh baya ramah.

Dan melajulah taxi yg ayya tumpangi di tengah gelapnya malam. Dengan ditemani sinar sang rembulan dan angin malam, ayya sangat menikmati perjalanannya. Sepanjang perjalanan ia menatap ke arah luar jendela. Bukan menikmati pemandangan yg berada dibalik jendela itu hanya saja ayya sedang asik hanyut membayangkan pertemuannya dengan vian nanti setelah cukup lama tak saling bertatap wajah.

Ia ingin menatap mata itu. Ia ingin memeluk tubuh itu. Ia ingin melepas semua rindu yg sudah tak terbendung lagi kepada laki-laki itu. Laki-laki yg sudah memenuhi setiap inci dari hatinya. Hanya nama vianlah yg berada dihati ayya. Tak pernah terlintas sedetik saja dalam fikiran gadis itu untuk mengkhianatinya. kelembutan dan kasih sayangnyalah yg mampu membuat gadis itu setia.

Sia-Sia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang