Tiga

21 2 3
                                    

Dengan langkah perlahan, ayya berjalan menyusuri lorong rumah sakit sembari terus memikirkan keputusan yg akan ia sampaikan kepada keluarganya. Keputusan yg menyangkut antara hidup dan mati seseorang juga dirinya.

" Hikksss... hiksss... gimana pah? gimana kalau kita gak secepatnya menemukan donor jantung untuk vian? hikss... hikss... "

" Yg sabar yah jeng, pasti allah memberikan jalan yg terbaik untuk vian "

Tak jauh dari tempatnya berdiri. Terlihat raut-raut wajah gelisah, cemas, khawatir, bingung, takut kehilangan. Dan semua itu campur aduk menjadi satu.

Terdengar isak tangis ibunya vian dalam pelukan ibunya yg berusaha untuk menenangkan. Ayah vian pun tak diam begitu saja, terlihat ia sibuk dengan ponselnya untuk menelfon dan mencari donor jantung untuk vian. Dan viona? Entah apa yg sedari tadi ada di fikirannya yg membuat gadis itu tak sedikitpun bergeming.

" Huft.... ini saat nya " Ucapnya dalam hati berusaha menguatkan dirinya sendiri.

" Mmm... Mah, Om, tante, hhmmm viona " panggil ayya membuat semuanya menoleh ke sumber suara.

Terdengar dan nampak keraguan di dirinya. Namun, tak ada jalan lain. Ia harus menyampaikan keputusannya.

" Hmm... Ayyy... ayyaa. Hmm ayya ma... maaauu meny...menyampaikan se-"

" Permisi pak, bu, apakah ada yg bernama viona disini? " Tanya seorang suster memotong ucapan ayya dari dalam UGD.

" Sa.. saya sus "

" Mari mbak ikut saya kedalam. Mas vian sedari tadi mengigau setengah sadar menyebut-nyebut nama mbak " Terang suster tersebut yg sontak saja membuat semuanya terkejut.

Tak dapat menyembunyikan keterkejutan yg melanda dirinya. Vionapun hanya dapat mengangguk dan mengikuti suster tersebut masuk kedalam UGD.

" Vi...vian pah, vian "

" Tenang mah tenang dulu "

" Tapi pah kenapa vian malah nyari perempuan itu, kenapa dia gak cari ayya yg jelas-jelas pacarnya dia "

" Udah tante, udah gpp. Lagian viona juga pacarnya vian kok. Selama vian disini viona yg gantiin posisi ayya. Jadi wajar aja kalau vian nyariin viona, mungkin vian khawatir sama viona karena tadikan vian yg nyelamatin viona yg hampir ketabrak " Jelas ayya berusaha tegar walau sebenarnya hatinya sudah benar-benar hancur dan ingin menangis hebat.

Setelah dirasa suasana cukup tenang dan memungkinkan, ayya pun kembali berusaha mengutarakan niatnya.

" Mmm... mah, om, tante, bi.... biar ayya yg donorin jantung, jantung ay... ayya buat vian " Ucap ayya lirih namun masih dapat di dengar oleh semuanya. Ucapan ayya yg tiba-tiba tadi sontak saja membuat mereka membelalakan matanya.

" Apa... apa yg kamu bicarakan nak? " Tanya ibunda ayya tak percaya atas keputusan yg disampaikan oleh sang putri kesayangan.

" Tidak nak. Kamu jangan mengambil keputusan sepihak dan gegabah. Ini menyangkut nyawa kamu juga ayya, fikirkan itu "

" Tidak om. Ayya sudah memikirkannya matang-matang. Ayya sudah siap dengan segala resiko dan konsekuensi nantinya."

" Jangan nak, hiksss... hikss..jangan... ibu gak mau kehilangan kamu secepat ini." Ucap ibunda ayya sembari memeluk sang anak.

" cepat atau lambat, ayya pasti akan pergi bu. Jadi apa bedanya nanti atau sekarang. Sekarang ayya akan mendonorkan jantung ayya untuk vian yg bisa bermanfaat untuk vian. Tapi kalau nanti? "

"ayya ingin bermanfaat untuk orang lain disisa umur ayya bu. Dengan ini ayya bahagia karena bisa bermanfaat untuk kehidupan seseorang. Apalagi seseorang ini adalah orang yg sangat ayya cintai. Karena dengan ini ayya merasa hidup dan berdetak walau bukan di raga ayya melainkan berpindah ke raga vian " Papar ayya membalas pelukan sang ibu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sia-Sia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang