Bagaimana bisa melupakannya jika takdir terus saja mempertemukan kita
_____
08.00
Jungkook yang kali ini mengenakan baju serta celana hitam-putih tengah bersandar pada tembok semen di sebuah bangunan kosong yang ia anggap sebagai basecamp bersama ketiga temannya, Jimin, Taehyung dan Hoseok.
Di lain tempat ada Taehyung yang tengah menatap lekat-lekat wajah Jungkook. Masih tak bisa menerima kenyataan kalau ia yang tadinya anak baik, penurut serta ringan tangan berubah menjadi seperti ini. Ah, Taehyung saja sampai bingung harus bagaimana lagi mendeskripsikan sosok Jungkook yang sekarang.
Yah, masalah yang Jungkook hadapi memang cukup rumit untuk di jelaskan.
Faktor pergaulan?
Oh, kalian salah besar. Dulu pemuda itu benar-benar memilih orang yang pantas menjadi temannya. Tipe anak perokok, tukang bolos dan malas belajar sudah pasti masuk ke dalam daftar hitam seorang Jeon Jungkook.
Pengecualian untuk tiga orang yang tengah berada bersamanya sekarang. Jungkook sudah berteman dengan Jimin, Taehyung dan Hoseok sejak berumur empat tahun karena keempatnya merupakan tetangga.
"Gue udah nggak berharap banyak sama nilai UAS kemarin, yang penting naik kelas udah bersyukur gua." Jimin mencoba untuk membuka permbicaraan untuk memecah keheningan.
"Gua juga nih, materi yang kita pelajarin sama yang keluar di soal ujian beda banget. Parah!" Taehyung menyahut dengan nada kesal. Sudah jadi rahasia umum bukan soal ujian akan lebih sulit dari materi yang diberikan oleh guru?
Jungkook perhatikan dengan seksama satu persatu siswi yang melintas dari jendela yang tirainya sedikit terbuka. Bukan wajah perempuan yang menjadi incaran Jungkook, namun barang-barang mahal dan berkilauan yang menempel pada tubuh mereka. Jungkook terkekeh, kemudian tertawa pelan dan semakin menggelegar. Membuat Jimin, Taehyung dan Hoseok menggelengkan kepala; tidak habis pikir.
"Dasar gila." tanpa melihat Jungkook, Hoseok yang tengah menyantap kue beras bersama Jimin mencerca temannya yang tiba-tiba saja tertawa tanpa sebab.
Mendengar cercaan Hoseok, tentu saja Jungkook tidak acuh. Ia hanya hanya terus memandang keluar jendela dengan pikiran yang tengah berkelana entah kemana.
"Dapet peringkat berapa lo di kelas?" Hoseok bertanya sambil mengunyah makanannya ke Jungkook yang masih melihat keluar jendela; berhubung Jungkook dan Hoseok berada di kelas yang berbeda.
"Tiga." Jungkook membalas sambil menyentil batang rokok agar abu yang telah menumpuk di ujungnya luruh ke lantai.
"Dih, bisa turun juga peringkat lo." Kata Hoseok sambil menunjuk wajah Jungkook dengan dagu.
Jelas Hoseok kaget, dulu Jungkook selalu mendapat ranking satu di kelas. Prestasinya tidak pernah turun selama dua tahun terakhir. Yah, karena masalah keluarga serta trauma masa lalu yang rumit sehingga Jungkook tak bisa lagi mempertahankan gelar juara kelasnya.
"Kalau peringkat paralel lo ada di urutan berapa?" Kali ini Jimin yang bertanya.
"Tiga juga." Jungkook menjawab tak acuh setelah membuang jauh-jauh asap rokok dari dalam mulutnya ke udara.
Taehyung lantas bersiul; terkesan. "Lo itu kapan sih begonya?"
Jungkook yang menunduk sambil menyeringai lantas mengangkat ringan kedua bahunya sebagai jawaban dari pertanyaan Taehyung. Jungkook jatuhkan rokok yang sudah habis setengah dan langsung menginjaknya agar api pada ujung puntung rokok itu padam. Setelahnya ia ikut duduk bersama Jimin dan Hoseok dan langsung mengambil satu kue beras dari tangan Jimin.
![](https://img.wattpad.com/cover/132067114-288-k126822.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth [JJK] (17+)
ФанфикI swear, you'll fall in love with me when you know the truth. [Jeon Jungkook] ______________________________ a/n: cerita ini mengandung banyak kata kasar, adegan kekerasan serta konten dewasa. Mohon kebijakannya dalam membaca. happy reading ^^