5. Fourth

807 88 11
                                    

*Pregnant*
.
.
.

Beberapa hari ini Jihoon tengah di sibukkan oleh laptopnya. Banyak buku yang harus kembali ia edit sebelum di cetak, mungkin sekitar empat atau lima buku yang harus di edit.

Guanlin tadi pagi juga sempat mengomel, karena Jihoon terlalu sibuk dengan laptopnya. Oh iya, Guanlin sudah kembali seperti dulu. Manja dan dewasa dalam satu waktu sekaligus. Makanya dia marah-marah, dia cemburu pada laptop Jihoon.

"Yaudah pacaran aja sama laptop, aku yang mau berangkat mancing aja di anggurin" Jihoon terkekeh pelan mendengar perkataan Guanlin tadi pagi, bahkan ia sempat mengatakan jika lebih menarik laptop dari pada Guanlin. Dan berakhirlah Guanlin berangkat dengan muka di tekuk.

"Huftt selesai juga kan" Jihoon menyandarkan tubuhnya pada kursi empuknya.

"Hoon, udah selesai? Makan dulu yuk" itu Minki yang mengintip Jihoon dari pintu kamarnya. Jihoon menoleh lalu melepas kaca matanya. Dan berjalan mendekati sang mertua.

"Papa sama Guanlin udah berangkat Ma?" tanya Jihoon sembari menutup pintu kamarnya.

"Sudah dari dua jam yang lalu" Minki pun meletakkan tangannya pada pundak Jihoon.

"Kamu jangan kecapaian, inget Guanlin gak nyuruh kamu kerja" lanjut Minki lagi. Jihoon tersenyum, lalu mengambil dua piring dan meletakkannya di meja makan.

"Iya aku tahu kok Ma, maaf ya Ma. Nggak bantuin masak tadi, habisnya banyak yang harus di edit ulang" Jihoon lalu mengambil dua gelas berukuran sedang, lalu ia menuangkan air secukupnya ke dalam gelas tersebut.

"Iya gak papa kok. Eh tadi Mama masak omlet nih. Mau ya? Ini kesukaan Papa kamu lho" Minki dengan semangat langsung meletakkan dua buah omlet di piring Jihoon. Jihoon sendiri mau nolak juga nggak enak, tahu sendiri kan kalau Jihoon alergi telur.

"Emmm, makasih Ma" jawab Jihoon sedikit kaku. Ia bimbang antara makan atau nggak, kalau nggak nanti Minki bakalan sedih, tapi kalau di makan nanti dia yang sakit.

"Halah, masa bodoh lah. Pokonya dimakan aja" Batinnya menyemangati dirinya sendiri.

"Jadi gimana perkembangannya?" tanya Minki saat setelah makan, mereka masih duduk di kursi meja makan kok. Tapi mereka juga masih malas untuk beres-beres.

"Perkembangan apa Ma?" tanya Jihoon bingung. Lalu ia mencomot satu buah semangka di depannya, kini perutnya agak sedikit tidak enak.

"Kamu sama Guanlin" jawab Minki setelah meminum air putihnya. Minki lalu meletakkan gelasnya.

"Baik-baik aja sih sejauh ini, tapi ya yang namanya rumah tangga pasti ada susah seneng nya kan Ma?" Minki mengangguk menyetujui ucapan Jihoon barusan.

"Sulit pasti ya Hoon dikira numpang enak" Jihoon menoleh cepat, memandang lurus sosok perempuan di depannya ini.

"Maksudnya?" tanya b. Jihoon bingung.

"Mama juga bukan dari golongan atas, malahan mama dari kalangan bawah. Bisa nikah sama Papanya Guanlin aja dikira jual diri, suka seenaknya orang ngomong tuh..."

"...ngomongin nggak pantes lah, itu lah. Emangnya kalau Papanya Guanlin nikah sama mereka pantes gitu? Mama juga pernah kok dihina kaya kamu kemarin-" Jihoon melebarkan matanya.

Our LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang