Bab 6✅

9.8K 501 21
                                    

Selamat membaca❤

Sudah 2 hari Arumi tak sadarkan diri. Entah apa yang terjadi pada tubuhnya, yang jelas 2 hari yang lalu ba'da Isya, Arumi mengalami penurunan kesadaran. Hingga ia berada di GCS 12.

Dan kemarin, tepat hari dimana jenazah Ummi dan Abinya Arumi datang. Tanpa menunggu Arumi yang sadar, pihak keluarga sepakat untuk segera membumikan kedua jenazah itu.

Bibi Nindi sudah tahu bagaimana reaksi keponakannya saat sadar nanti.

Kini, diruang rawat Arumi hanya terdapat Milka yang sedang bermain game untuk mengisi kekosongan yang tercipta. Mama dan Papanya sedang keluar karena urusan. Jadilah ia sendiri menunggu Arumi sadar. Dan Milka harap ada keajaiban untuk kesadaran Arumi.

Milka meletakkan ponselnya. Ia bosan menunggu. Milka beralih duduk di kursi dekat brankar.

Milka menggenggam tangan Arumi.
"Rum, kamu nggak mau sadar gitu?" Milka mulai bermonolog.

Ia lalu mengamati garis tangan Arumi.

"Sadar, dong. Aku kangen sama kamu, Rum. Kamu jangan lama-lama pingsannya. Rum, aku kasih tahu ya kalau kamu terus-terusan pingsan yang ada nanti aku kesepian yang nggak punya temen buat dijailin. Kamu nggak kasian apa kalau aku kesepian? Lagian, kamu ngapain lama-lama disini? Mending kamu cepet sadar biar bisa ke makam Wak Nida,"

Katanya, ketika seseorang berada di alam bawah sadarnya, telinganya masih dapat menangkap sesuatu yang ia dengar. Meskipun orang itu berada dititik terendah kesadaran.

Telinga merupakan organ terakhir yang masih berfungsi meskipun si Pemilik tak mampu menggerakkan apapun ditubuhnya.

Suara yang terdengar pelan ditelinganya, justru akan tersampaikan dengan baik menuju reseptor pendengarannya. Itu mengapa, orang-orang selalu berbisik ketika mengatakan sesuatu pada seseorang yang tengah tak sadar.

Dan katanya lagi, suara-suara itu bisa jadi membangkitkan semua sel hingga bisa menyadarkan orang tadi.

Namun, sepertinya itu tak berlaku untuk Arumi. Milka mulai meragukan yang katanya-katanya itu. Karena buktinya Arumi diam saja.

Milka mencoba mendekatkan bibirnya ke telinga Arumi. Barangkali suaranya tadi masih terdengar keras.

"Rum, cepet bangun. Ummi dan Abi kamu menunggu," Bisik Milka tepat ditelinga Arumi.

Ajaib!

Entah memang sudah waktunya sadar atau karena memang mendengar bisikan Milka, jari tengah Arumi sedikit bergerak.

Dan itu tak luput dari tangkapan lensa mata Milka. Sontak melihat hal itu Milka dengan segera menekan nomor di keypad ponselnya untuk menghubungi Mama dan Papanya.

"Assalamu'alaikum, Mama, Arumi sadar." Ucap Milka selepas nada sanbung itu berganti dengan suara kresek-kresek dari seberang.

"..."

"Iya, iya. Cepat ya, Ma."

"..."

"Waalaikumussalam," Milka menutup panggilan itu ketika Mamanya mengucap salam.

Milka menatap Arumi. Tak henti-hentinya ia mengucap alhamdulillah. Begitu besar nikmat yang Allah berikan untuk Arumi.

BIDADARI BERCADAR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang