AR: 001 | The Beginning

88 10 3
                                    


AKU MENARIK NAPAS DALAM-DALAM dan membuangnya di depan rumahku, lebih tepatnya di halaman rumah tepat di tengah rerumputan yang tumbuh hijau dan rapi. Pagi ini cukup segar untuk memulai olahragaku. Aku lebih memilih menggunakan jaket adidas hitam dengan kombinasi warna pink milikku untuk ku kenakan saat lari pagi ini. Aku memulai olahragaku dengan pemanasan agar otot – ototku tidak keram. Mengaitkan kedua tangan dan menariknya ke atas sambil jinjit. Ahh, rasanya sungguh nyaman. Memang tidak ada yang lebih nyaman kecuali olahraga. Ya, olahraga adalah sebuah aktivitas yang dapat menjadi pelampiasanku dari setiap masalah yang kumiliki. Di saat aku melakukan pemanasan dan hampir berakhir, seorang laki-laki berambut coklat dengan gaya flapped back, sedikit aneh tapi lebih rapi dari biasanya yang spiky.

Laki-laki itu berjalan keluar dari rumah dan menuruni tiga anak tangga–Batas antara teras rumah dengan halaman depan rumah. Dia berjalan ke arahku dengan setelan kaos biru navy andalannya dan celana jeans hitam. Sebenarnya itu baju komunitasnya. The Carlove. Komunitas para pecinta mobil, atau lebih tepatnya para fans pembalap mobil–cita-citanya menjadi seorang pembalap mobil F1. Dia sering berkumpul dengan teman-temannya hingga membuat komunitas itu. Sayangnya, orang tua kami tidak memperbolehkan hal itu terjadi walau sudah berkali – kali ia telah menjelaskan hal itu pada ayah.

Dia Stevan Markey, kakakku.

"Rhe, aku akan bertemu teman-temanku di Cafe 32th. Kuharap kau tak merengek ingin ikut." Steve berbicara tepat di samping mobil Mercedez Benz warna hitam–mobilnya.

Aku menghentikan aktivitasku sejenak dan melepas earphone-ku setelah melihat mulutnya terbuka seperti mengatakan sesuatu.

"Apaa?" tanyaku sambil melepas earphone-ku dan meletakknya di leher.

"Aku akan pergi ke Cafe 32th. Kuharap kau tidak ingin ikut." ucapnya untuk kedua kalinya karena tadi aku tidak mendengarnya.

"Tentu saja tidak. Aku masih sangat menikmati olahragaku." Jawabku sambil jongkok mengikat kembali tali sepatuku yang tiba-tiba mengendor.

Dia berbalik badan untuk membuka pintu mobil "Okay, hati-hati di rumah and please enjoy your hobby."

Sekarang dia sudah berada di mobilnya dan mengemudikannya keluar komplek rumah. Aku memakai earphone-ku lagi setelah memastikannya sudah pergi.

Minggu pagi yang segar ini memang cocok untuk olahraga. Aku tak mengerti mengapa kebanyakan orang tak menyukai olahraga di hari libur dan lebih memilih untuk pergi berkencan, makan bersama atau menonton bioskop–mungkin. Kurang lebih 4 dari 10 orang memilih olahraga di hari libur.

Bukankah olahraga itu menyenangkan? Jujur saja, jika dunia ini memintaku untuk memilih berolahraga atau pergi ke sekolah dan berusaha mendapatkan nilai yang baik, maka aku akan mengambil kesempatan berolahragaku. Bukankah sekolah itu sangat membosankan? dan olahraga–lebih menyenangkan tentunya. Aku masih ingat bagaimana pertama kalinya aku bisa tergila – gila dengan olahraga. ya, olahraga.

Saat itu, aku masih kelas 5 di Firstwood Elementary School. Tubuhku sangat gemuk–obesitas lebih tepatnya, karena pada saat itu beratku hampir mencapai 75 kg ke atas. Banyak orang yang mengejekku–tapi ku biarkan saja. Aku belum terlalu peduli mengenai penampilan–tidak peduli. Namun, setelah kelas 7 di Firstwood, aku baru sadar bahwa obesitas itu buruk–bahkan sangat buruk.

Saat itu ku sadari bahwa orang di sekitarku yang peduli kepadaku–dengan mengejek–bertambah banyak. Dari situlah aku mulai mengerti cara penampilan sedikit demi sedikit. Aku tau, aku perempuan dan tidak seharusnya aku obesitas seperti saat itu. Mereka menganggap aku seperti babi-lah, gorila, gajah dan lainnya.

Sea of Shades | Love is Poison and UnrealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang