Devoela(4)

174 107 115
                                    

Mata ke hati🎵

-------------------------------------------------------------

I feel strange with you whether it is a sign

-------------------------------------------------------------

Sesuai dengan tujuan Elena tadi. Ia memutuskan untuk menunggu di dekat kantor. Langkah Elena berjalan menuju kantor ia duduk di dekat bangku yang berada pada luar kantor.

Sembari menunggu. Elena menolehkan kepala ke lapangan. Disana ia melihat Nessa sedang berbicara dengan seorang cewek, entahlah Elena sendiri tidak tau cewek itu dari kelas mana.

Terdengar suara pintu kantor terbuka dengan sigap Elena langsung menoleh melihat siapa yang baru saja keluar.

Ternyata yang di tunggu bukan cowok itu, melainkan pak Handoko si guru killer. Elena menunduk wajah tidak berani menatap wajah lelaki itu.

Tidak lama pintu kantor kembali terbuka. Perlahan-lahan Elena menoleh melihat siapa yang baru saja keluar.

Dugaan Elena bener cowok itu baru saja keluar, ia melihat punggung cowok itu berjalan menuju arah yang berlawanan.

Elena mengikuti cowok tersebut dari belakang.

Tangan Elena berusaha mengapai bahu Devano. Ia juga binggung mau memanggil apa? Karena dia sendiri juga belum tau namanya.

Dengan ke beranian besar, Elena menepuk bahu cowok itu pelan hingga membuatnya berbalik menghadap Elena.

"Em-elo tau gue kan?" Elena beranikan diri bertanya. Tetapi Devano belum juga berbicara membuat Elena merasa gugup.

"Gue yang semalam goresin mobil elo gara- gara sepeda gue," Kata Elena. Devano mengagukkan kepala.

Wajahnya juga masih datar. Elena menghela napas lega setelah melihat Devano menganguk kepala.

"Em-gue mau ngomong sesuatu sama elo-" Ucapan Elena di sela oleh Devano.

Cowok itu begitu semangat entah kenapa ia ingin mendengar sesuatu yang ingin di katakan gadis di depanya.

"Apaan??"

Elena menatap sekelilingnya. Ia melihat apakah ada fans Devona disini. Ternyata disini begitu aman, di karenakan sepi.

"Tapi jangan disini. Ikut gue." Elena langsung menarik tangan Devano.

Ia lupa siapa yang di ajaknya barusan, bahkan tanpa di sengaja Elena menarik tangan Devano.

Mereka berjalan tanpa arah, entah Elena ingin membawa Devano kemana, ia masih inggin mencari sesuatu tempat yang tidak dapat di ketahui orang lain.

Mata Devano melirik tangan mereka yang saling bertautan, tanpa sadar senyuman tipis Devano tercipta.

Ia merasakan hal aneh saat bersama Elena. Lalu Devano menyadari sesuatu ia langsung mengelengkan kepala dan menatap Elena tajam dari samping. B

Berhubung tinggi keduanya tidak sejajar jadi Elena tidak tau jika Devano sedang menatap gadis itu tajam.

Saat mereka berjalan cepat Elena selalu melirik kanan kiri, ia berbisik pada Devano, mata gadis itu masih melirik kanan kiri melihat situasi.

"Elo tau tempat yang aman nggak? Maksud gue yang jarang di tempati orang?" Tanya Elena.

Seketika Elena terkejut ketika Devano melepaskan tautan tangan mereka dengan paksa. Elena menyadari jika sedari tadi ia memegang tangan Devano.

Gadis itu mengrutuki kebodohanya bahkan sekarang pipinya sudah merah. Untung saja hal itu tidak berlangsng lama.

Destiny Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang