Devoela (6.1)

89 25 35
                                    

-------------------------------------------------------------

I feel bad seeing your eyes looking at me, but I need an explanation of your views.

-------------------------------------------------------------

Selepas bel tadi,tidak biaanya Devano dan kedua temanya itu tidak menyinggahi basecamp mereka, namun inilah yang terjadi sekarang.

Angga dan Sandy dibuat tercengo oleh Devano ketika ajakan Devano yang ingin menyentuh lantai kantin karena biasanya jika istirahat mereka tidak pernah menunjukan hidungnya diarea kantin itu.

Apalagi Devano yang jarang makan dikantin, karena biasanya mereka selalu menyuruh orang lain untuk membeli makanan yang mereka mau, itulah mereka yang merintah orang lain sesuka hati.

"Itu Devano bukan ya?"

"Yaampun demi apa!! gue beruntung hari ini. cogan ada depan mata!!"

"Dewa yunani gue akhirnya bisa liat juga, ganteng banget meleleh adek!!"

"Kok bisa ganteng banget ya?"

"Mau dong dipacarin"

"Kak Devano gue rela deh jadi apa aja, asal sama elo"

Suara demi suara terlihat jelas dipendengaran Devano saat cowok itu sudah memasuki area kantin.

Ia tidak permasalahkan ucapan para cewek cwek yang biasa berdecak kagum padanya. Itu hanyalah hal yang biasa bahkan Devano sendiri aja udah bosan dengar.

Mau itu saat sedang upacara, saat didepan gerbang, devano udah kebal.

Langkah ketiga cowok itu berjalan menuju pingiran pojok biasa mereka. Selepas itu Sandy berdiri menuju pak Maman, pemilik gerobak bakso didepan.

"Elo berdua mau apa?" Tanya Sandy pada keduanya.

Angga menoleh pada Sandy tetapi lain halnya dengan Devano ia malah menatap datar pada layar ponsel.

"Gue sama Devano, samain aja kayak elo."

Hening tidak ada yang memulai pembicaraan. Tatapan Angga menoleh pada sekirar meja mereka, juga masih melihat cewek cewek masih menatap Devano mengagumi.

Seketika Angga mengelengkan kepala melihatnya. Bahkan Devano sendiri aja gak peduli pada mereka.

"Elo berani banget tadi ngelawan pak Budi, gue aja nggak berani sama dia." Ujar Angga memecahkan keheningan mereka.

Devano menoleh seketika.

"Sama sama makan nasi juga ngapain gue takut sama dia."

"Yah gue juga tau, tapi elo tau sendirikan kalo pak Budi udah kaya pak Hondoko, mana mau gue masuk BK gagara melawan guru." Kata Angga secara sponta membuat Devano mentapnya tajam. sedangkan yang ditatapnya hanya menyegir.

"Elo lagi nyindir gue ceritanya"

"kagak barusan gue habis nasehatin diri gue sendiri, " kata Angga sambil menyegir kuda.

"Anjrr banget, parasit elo banyak bener," Kata Sandy yang tiba-tiba datang langsng mendemel kesal, tidak lupa ia membawa makan pesenan ketiganya.

Devano menoleh menatap temannya yang kelewatan alay.

"Lo mau mereka?" Tanya Devano sambil tatapannya menoleh pada cewek cewek dikantin yang melihat mereka. Membuat semua farasit disana kegiragan ditatap langsung oleh pangeran sekolah.

"Ya kagak lah, ya kali gue demen sama mereka." Sandy terkekeh pelan diiringi ucapannya, tidak lupa ia mengambil kuah bakso tanpa menghirup kuah yang masih panas itu.

Destiny Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang