6. Semalam dengan Ryan
Hal yang paling dirindukan Clara saat ini adalah kamar dan kasur tercinta nya. Dia ingin cepat-cepat pulang dan bertemu dengan kasurnya dan membalaskan dendam dengan tidur seharian selama weekend besok. Jam menunjukkan pukul sebelas malam dan dia masih setia di ruang kerja nya. Sesekali Clara menguap saking ngantuk nya dan kedua matanya udah mulai perih melihat layar komputer sedari tadi. Dia melirik ke arah ruangan pak bosnya dan Ryan pun begitu serius menyelesaikan pekerjaan kantor yang menumpuk.
Begitu banyak urusan pekerjaan yang harus diselesaikan mengingat kontrak kerja dengan Dirga harus segera dilaksanakan dan Clara harus segera menyiapkan dokumen perjanjian kerja sama itu mengingat pertemuan kedua akan dilaksanakan Senin esoknya. Mau gak mau dia harus ikut-ikutan lembur bersama sang bos.
Clara mendengus dalam hati, kalau begini mah dia gak akan punya pacar sampai kapan pun. Gimana mau punya pacar kalau malam Minggu kayak gini dia mesti lembur lagi. Hebatnya bahkan saat weekend pun dia tetap masuk kerja mengingat tenggat deadline yang semakin dekat. Bahkan sekedar untuk jalan-jalan ke mall sekedar cuci mata tanpa membeli apapun dia gak sempat. Konsekuensinya ATM nya akan gendut nantinya tapi tetap saja dia ingin merasakan mempunyai waktu bersantai dan melakukan kegiatan yang menurutnya sangat berfaedah bagi dirinya sendiri. Misalkan bersantai di akhir pekan dengan Feli dan menumpang makan gratis di sana, membayangkannya saja sudah buat hari nya bahagia.
Clara merenggangkan otot-otot nya yang kaku akibat terlalu lama duduk di depan layar komputer. Jemarinya serasa kebas. Dia pun berjalan menuju pantry mana tau ada cemilan sekalian buat teh. Lumayan untuk menyegarkan otaknya yang mulai berasap serta mata yang sudah mulai lelah melihat layar komputer secara terus-menerus.
Setibanya di pantry, Clara mencari-cari dimana letak gula dan teh selama seminggu dia kerja di sini tak pernah sekalipun dia menginjakkan kaki ke pantry karena biasanya ob yang membuatkan teh atau kopi untuk nya.
"Itu dia," ucap Clara gemas karena menemukan dimana letak teh dan gula. Hebat sekali letaknya bisa nyempil begitu.
"Sekalian buatkan untuk saya Clara," ucap seseorang dan membuat Clara berjingkrak kaget dan memegang dadanya.
"Astaghfirullah pak, hobi banget ngagetin," omel Clara sambil menatap bosnya tajam.
"Udah cepat buatkan kopi dan langsung antar ke ruangan saya," perintah Ryan lalu meninggalkan Clara yang dongkol setengah mati.
Clara menggerutu karena tingkah diktator bos nya itu. Ah Clara lupa, dia kan bos tempat dimana ia bekerja jadi wajar kalau bertingkah arogan begitu. Tiba-tiba Clara mempunyai ide yang cemerlang. Buat kopi asin gak apa-apa kan, sesekali biar mata pak bos nya makin terang benderang. Clara cekikikan, baiklah dia akan menambahkan garam di dalam larutan kopi itu nanti.
Setelah selesai membuat teh dan kopi, Clara langsung mengantarkan menuju ruangan si bos. Peduli amat, mau dimarahi dia mah gak peduli, siapa suruh bersikap menyebalkan kemarin malam.
"Sepertinya kita harus bermalam di sini," ucap Ryan tenang saat Clara baru saja meletakkan kopi di atas meja Ryan.
Eh.
Clara terdiam di tempatnya berdiri.
Bermalam??
Dengan si bos??!!!
Hahahaha.
Sumpah bos nya kalau ngajak berantem mah emang niat banget kayaknya.
"Duh pak, jam segini jangan becanda dong," ucap Clara dan tertawa garing sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal berharap kalau bos nya ini tadi salah ucap atau sebatas iseng seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
when i meet you (Terbit)
ChickLitMenikah dengan bos sendiri tak pernah terlintas dalam kamus hidup seorang Clara. Apalagi bos nya model Ryan, titisan induk semang yang hobi kencan sana sini. Nasib sial membelit Clara di saat tertangkap basah sedang berciuman panas dengan Ryan oleh...