13. Rindu ini menyiksa ku?!

7.1K 415 34
                                    

13. Rindu ini menyiksaku

Ryan pov

Hari pertama tanpa Clara itu rasanya seperti sayur tanpa garam dan penyedap rasanya hambar parah. Biasanya aku akan melihat wajah cemberut nya saat sedang sibuk, aku memanggilnya dan sengaja meminta dibuatkan kopi. Dan sekarang meja sekretaris bawel itu malah kosong. Hari yang panjang ini tanpa nya aku lewati dengan mata hampir mulus. Ya hampir mulus kalau Dirga tak membalas pesan ku dan malah membuatku semakin greget pengen tahu tulisan yang ada di nisan itu. Teman kurang ajar satu itu malah sengaja memancing rasa penasaran ku dengan mengirimkan sebuah foto Clara yang berada di depan sebuah nisan dan membuatku merasa sangat kesal. Apa gadis itu tak tahu kalau aku sedang kesal berada di kantor tanpa melakukan aksi iseng padanya?!

Aku menatap pemandangan yang  berada di hadapan ku. Sembari berpikir, aku mencoba membongkar memori ku beberapa tahun silam. Pernah kah aku mempunyai teman kuliah bernama Revandi? Atau nama yang hampir sama miripnya dengan nama itu? Aku sumpah menyerah. Sepertinya aku tidak  memiliki teman yang bernama Revandi atau nama yang hampir sama karena sejauh ini aku hanya memiliki satu teman yang benar-benar lurus yaitu Alex sepupu ku sendiri selebihnya para pria-pria yang pecicilan. Apalagi saat kuliah aku dan Alex pun mengambil jurusan yang berbeda, Alex langsung mengambil jurusan tata boga dan memperdalam ilmu nya di Paris sedang kan aku masih tetap di Indonesia, bunda gak mengizinkan ku kuliah jauh-jauh. Maklum anak bunda cuma dua apalagi sejak Tama memantapkan niatnya  menjadi TNI otomatis aku sendiri di rumah berasa  menjadi anak tunggal di tambah  lagi teman ku bisa  di hitung dengan jari. Kalau teman santai malah banyak.

Nah perkenalan ku dengan Dirga saat aku melanjutkan kuliah S2 ku dan kali ini bunda mengikhlaskan ku menuntut  ilmu di luar negeri. Dan bisa ku pastikan kalau aku memang tak kenal dengan namanya Revandi sama sekali. Jadi siapakah Revandi ini?? Seperti nya Ryan harus mencari pemilik nama itu.
***
Dan ini hari kedua ku tanpa Clara. Sama hambar nya seperti kemarin. Ya ampun bahasa ku seolah aku merindukan sosok cerewet itu. Tapi kalau aku rindu dia bagaimana? Sampai detik ini pun Clara tak juga kunjung memberikan kabar. Padahal izin cuti yang telah aku berikan sudah habis masa berlakunya. Aku memijit kepalaku saat melihat tumpukan dokumen serta jadwal kerja yang sangat padat. Aku benar-benar butuh bantuan Clara di saat-saat seperti ini. Dan untuk mengurangi  rasa bosan yang  melanda aku pun memutuskan untuk membuat secangkir kopi di pantry kantor. Biasanya aku menyuruh Clara yang membuat nya walaupun terkadang kopi yang dia buat jarang sekali aku minum.

Setibanya di pantry, aku segera mengambil cangkir, gula dan kopi yang berada dalam wadah yang terletak dibatas kabinet. Aku memasukkan kedua item itu tanpa melihat label yang tertera di samping wadahnya. Setelah itu, aku menyeduhnya dengan air panas dan mulai mengaduk dan aku pun mencicipi nya.

Byuurr.

Gila.

Asin.

Aku menoleh ke arah gelas yang barusan aku letak di atas meja dan memandang horor. Aku gak salah masukin kan, dari gula menjadi garam?! Sebegini kah efek di tinggal Clara cuti?!!

Tidak, tidak. Aku menggeleng kuat. Ini hari terakhir Clara gak masuk, aku yakin ini bukan efek aku merindukan nya, bukan dan bukan. Aku yakin ini efek karena aku terlalu lelah bekerja dan kurang piknik. Dan sebelum aku membuang cairan kopi yang baru ku seduh di westafel, aku melihat lagi isi yang ada di dalam wadah. Dan sejak kapan gula telah berganti dengan garam??!!

Aku menggeleng kecil, siapa lagi yang punya kerja kalau  buka  Clara yang melekatkan garam itu dan diletakkan di dalam wadah yang  sama pula dan tentu aku sangat terkecoh. Sepertinya aku harus memesan kopi di cafe yang letaknya tak jauh dari kantor.

Aku berharap Clara jangan memperpanjang masa cuti lagi.

****

Author pov

when i meet you (Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang