3. Berangkat ke Desa

2K 56 9
                                    

Kriiiiiiiiiiiiiiiiiingggggg.....!!

Suara jam beker Ita berbunyi nyaring. Mata Ita terbuka pelan pelan. Ia bangun, dan mandi agar bisa segera berangkat ke desa.

Di Lain sisi Ke tiga teman Ita sudah menunggu di halte Bis. Sudah dua bis yang dilewatkan hanya demi menunggu Ita.

20 Menit kemudian Ita datang tergesa gesa. Ita minta maaf atas keterlambatannya. Saat Bis lewat, mereka langsung menaikinya.

Perlu Waktu 3 Jam Untuk sampai di ujung jalan desa.

Setelah mereka semua sampai di desa, mereka berjalan menuju pertengahan desa untuk mencari kepala desa sini. Karena tidak tahu arahnya, mereka sesekali bertanya pada orang orang sekitar yang lewat. Di tengah jalan, mereka bingung harus kemana. Mereka tidak tahu rumah kepala desa disini. Karin juga lupa karna ia lama meninggalkan desa demi ilmu. Untung ada seorang anak kecil yang menunjuk rumah di pinggir Sungai. Kata anak itu, rumah itu adalah rumah pak kepala desa. Mereka pun langsung menuju rumah yang dimaksud tersebut.

Tok..tok..tok..tok....

Karin mengetuk pintu rumah tersebut. Seseorang paruh baya agak tua membukakan pintunya.

"Selamat siang. Maaf apa ada yang bisa saya bantu?" Kata laki laki itu.

"Kami tengah mencari kepala desa. Betulkah ini rumah nya?" Tanya Ita.

"Ya, saya kepala desa." Kata Laki laki itu.

"Begini pak, ingat saya?" Tanya Karin.

"Kamu anaknya bu rahwi kan?" Tanya balik laki laki itu.

"Ya pak saya Karin, Rumah ibu dimana ya pak?"

"Ibu kamu sudah lama meninggal. Saya sempat mengirim surat ke kamu di kota namun gagal. Surat tidak bisa dikirim. Kalo rumah ibu kamu terbakar habis." Kata laki laki itu.

"Apa pak??! Ibu meninggal?!" Tanya Karin keras.

Laki laki yang mengaku kepala desa itu mengangguk.

"Tapi tak apa apa, kamu bisa tinggal di rumah saya karena istri saya juga sudah meninggal sebelum punya anak." Terang laki laki itu.

"Iya pak" Kata Ita.

Kepala desa itu mempersilakan mereka masuk dan menjelaskan maksud kedatangan mereka ke desa ini. Mereka juga diberi kamar tidur. Keyza dan Jojo tidur bersama sedangkan Karin Dan Ita juga tidurnya bersama.

Kepala desa itu mengaku bernama Pak Ahmad. Dia mengepalai desa yang bernama bakung ini. Entah seperti apa ceritanya sampai di beri nama Bakung.

Di rumah ini ada 4 Kamar. 1 kamar untuk Pak Ahmad dan 2 lainnya untuk grup tadi. Sementara kamar yang satu tidak boleh di buka. Jojo yang penasaran terus bertanya. Tapi Pak Ahmad hanya menjawab "Kamu tidak perlu tahu soal kamar itu.".

Rencananya, Mereka akan mencari bunga iti besok pagi karena sekarang sudah terlalu sore. Terlebih lagi mereka tidak tahu pasti letak bunga melati merah.

Malamnya mereka berkumpul bersama pak Ahmad di ruang tamu. Mereka mengobrol.

"Kalian dari kota semua ya?" Tanya pak Ahmad pada mereka semua kecuali Karin.

"Aku sama kayak Karin, dari desa. Cuma aku dari desa dataran rendah." Kata Keyza.

"Kalau aku dari kota. Dari Banyuwangi. Sengaja mencari ilmu di tempat yang jauh." Kata Ita

"Jika aku emang sudah dari jakarta." Kata Jojo.

"Lalu kenapa kalian kesini." Tanya lagi Pak Ahmad.

"Kami kesini karena akan mengikuti Remidi Ipa." Kata Ita.

"Remidi?" Tanya pak Ahmad kebingungan.

"Iya, ujian ulang karena nilai tidak mencukupi." Terang Jojo sambil mengunyah keripik pisang bawaan Ita yang ditaruh di toples.

"Remidi seperti apa?"

"Kami di suruh mengamati tumbuhan langka." Kata Keyza.

"Lalu kalian datang kesini mau mengamati tumbuhan apa?" Tanya lagi pak Ahmad.

"Melati Merah! Tau kan pak!" Kata Karin

"Kalian mau mengamati melati langka itu?" Tanya pak Ahmad kaget.

Mereka semua mengangguk.

"Jangan, saya sarankan jangan pergi ke melati itu. Bahaya" Kata pak Ahmad.

"Kenapa pak, saya rasa dulu baik baik aja tempatnya." Kata Karin

"Saya bilang kalian jangan kesana! Terlalu berbahaya" kata pak Ahmad.

"Lalu kita mau mengamati apa?" Tanya Keyza.

"Kalian bisa mengamati tumbuhan lainnya!" Kata pak Ahmad. Kemudian ia berdiri dan meninggalkan mereka di ruang tamu.

Tak lama kemudian, mereka juga meninggalkan ruang tamu menuju kamar untuk tidur.

Bersambung..............

Pemuja SetanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang