enam

198 19 2
                                    

Yoongi terbangun dengan rasa sakit di kepala. Seingatnya, ia tidur cukup nyenyak semalam. Jam tidurnya juga tak berkurang. Tapi kepalanya terasa begitu sakit.

Apa dia demam?

Yoongi meraba dahinya tapi tak terasa panas. Tubuhnya juga terasa baik baik saja. Yang menjadi masalah hanya rasa sakit di kepala.

'Ah, mungkin hanya kelelahan.'

Ya pasti karena itu. 2 minggu ia berkutat pada ujian kenaikan kelas. Belum masalah penguntitan yang ia rasa belum juga berakhir.

Suara gedoran di pintu memaksa Yoongi untuk bangkit dari ranjang. Ia diam sebentar demi meredakan sakit.

Ingin rasanya mengumpat pada orang yang mengganggu paginya. Ini masih pukul 7 dan orang itu sudah seenaknya meneror Yoongi lewat pintu depan.

Saat pintu terbuka terlihat sosok Seokjin dengan tatapan menelisik. Ia terlihat cemas. Dibelkangnya ada Namjoon dan Hoseok. Ah, Yoongi juga melihat Kihyun yang baru turun dari mobil.

Ada apa?

"Katakan padaku Yoon. Siapa Park Jimin sebenarnya?" Dahi Yoongi berkerut. Kenapa mereka bertanya lagi? Bukankah ia sudah menjelaskan semuanya pada mereka?

Seokjin menggeleng. Ia raih pundak Yoongi seraya di cengkeram kuat. Menimbulak ringisan dari mulut Yoongi. Tapi Seokjin tak peduli.

"Dimana dia sekarang?" Yoongi menggeleng. Ia tak tau dimana Jimin karena ia sendiri baru bangun tidur. Astaga, kenapa Seokjin terlihat begitu bernafsu ingin menemui Jimin?

"Lalu dimana rumahnya?" Yoongi tak mampu menjawab. Ia baru ingat, selama ini ia tak tau dimana Jimin tinggal. Setaunya Jimin tinggal di dekat rumahnya. Tepatnya yang mana, ia tak tau.

"Sadarkah kamu Yoon? Sosok Park Jimin itu tidaklah pernah ada." Mata Yoongi terbelalak. Rasa sakit di kepalanya mendadak hilang. Begitupun pada bahunya yang masih dicengkeram oleh Seokjin.

Ia menepis tangan Seokjin kasar. Tak terima atas ucapan temannya itu.

"Karena kamu belum bisa bertemu dengannya bukan berarti dia tak ada Jin." Kini giliran Seokjin yang menggeleng. Ia mencoba meraih bahu Yoongi namun kembali ditepis.

"Kami menyelidikinya Yoon. Dan kenyataannya tak pernah ada pria bernama Jimin di sekitar sini. Bahkan di lingkungan tempat tinggal lamamu. Selama ini kami mencari tau tentang Jimin tapi kami tak menemukan apapun."

Namjoon dan Hoseok terlihat mencoba menenangkan Seokjin. Sementara Kihyun beringsut mendekati Yoongi. Takut juka sewaktu waktu Yoongi lepas kendali.

"Jadi yang selama ini selalu membuntutiku itu kalian?" Hoseok mengangguk lemah. Mereka tak ada niatan untuk membuat Yoongi tak nyaman. Mereka hanya ingin tau.

Yoongi mendengus. Terkejut dengan fakta yang baru didengar. Selama ini ia ketakutan hanya karena teman temannya. Lelucon macan apa ini?

"Sekarang katakan padaku, dimana Jimin tinggal? Siapa orang tuanya? Dimana dia bersekolah? Katakan Yoon. Katakan!"

"Kamu sudah dengar semua dariku. Bahkan kamu sendiri mengikutinya bukan? LANTAS KENAPA MASIH BERTANYA?" Benar dugaan Kihyun. Yoongi benar benar lepas kendali. Ia tau Yoongi adalah sosom yang terlampau menyayangi teman temannya. Dan kini ia pasti merasa dikhianati.

"KARENA AKU TAK MENEMUKAN APAPUN MAKANYA AKU BERTANYA PADAMU!"

"Seokjin sudah. Tenanglah. Masalah tak akan selesai jika seperti ini." Namjoon masih terus berusaha meredakan emosi Seokjin. Seokjin melengos. Ia tak sadar telah membentak Yoongi begitu keras. Tak biasanya ia hilang kendali seperti ini.

Who Are You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang