Sesekali aku melirik Wendy yang tengah fokus dengan ponselnya. Dia duduk tenang di sampingku. Wajahnya terlihat sangat serius. Jemarinya terus bergerak. Mungkin membalas pesan. Entah apa yang sedang dia obrolkan dan apa yang ada di pikirannya sehingga dia terlihat begitu tegang. Ah, seandainya aku dapat membaca apa yang sedang melayang di kepalanya saat ini. Namun apa daya, aku hanya bisa menatapnya saja.
Lima belas menit yang lalu, Wendy selesai mendapatkan data ukuran tubuhku untuk pakaian formal yang dipesan pada The Liuㅡtempatnya bekerja, aku menawarkan diri untuk mengantarnya pulang. Walau pun dia sempat menolak berkali-kali, namun pada akhirnya dia setuju setelah dipaksa dengan berbagai alasan. Mobil yang ku beli lima bulan yang lalu ini pun melaju membelah jalan raya Sinsa-dong menuju jembatan Hannam.
"Ada apa, Wendy-ssi?"
Dia menoleh. Dari sudut pandangan, aku tahu, Wendy tengah menatapku dalam diam bersama segala yang berkecamuk di kepalanya. Dan ketika aku mencoba membalas tatapan lekatnya, dia segera mengalihkan pandangan. Hal tersebut membuatku bingung. Entah harus bagaimana aku bersikap sekarang.
Hening. Ah, bukan suasananya, namun kami berdua terdiam. Baru saja kami tertawa bersama dengan obrolan ringan di atmosfer santai, mengapa sekarang menjadi begini? Satu hal yang ku yakini, setelah Wendy membuka ponselnya tadi, perempuan manis dan jelita itu mendadak berubah. Dan ini membuatku sedikit cemas.
Kekhawatiranku terbukti ketika beberapa kalimat meluncur saja untukku. Kalimat yang diucapkan dengan nada lembutnya itu berbunyi;
"Aku baru saja mendapatkan pesan dari Amber-eonni." Wendy tiba-tiba membuka suara. Lantas aku menoleh. "Dia ingin bertanya, kira-kira kapan calon tunanganmu akan datang ke butik kami untuk pengukuran, Min Yoongi-ssi?"
Astaga!
"Namanya Kang Seulgi. Begitu, Yoongi-ssi?"
Wendy tersenyum padaku. Dan seketika mulutku tak dapat mengeluarkan suara seolah-olah kehilangan kemampuan bicara. Rasanya seperti seseorang yang dipergoki mencuri dan tak dapat mengelak. Dia memalingkan wajahnya dan kembali menatap lurus ke depan. Berbeda denganku yang tak dapat memfokuskan diri, entah harus menatapnya dan memberikan penjelasan atau memperhatikan jalanan.
Seakan dapat membaca pikiranku, Wendy berkata, "Fokuslah mengemudi, Min Yoongi-ssi. Saya tidak ingin menambahkan nama ke dalam daftar korban peristiwa kecelakaan lalu lintas."
Kini nada bicaranya terdengar sangat formal dan kaku. Dan ini benar-benar membuat kepalaku terasa penuh. Sumpah mati, saat aku bertugas di rumah sakit dan menghadapi berbagai macam pasien, atau bahkan ketika sedang berada dalam ruang operasi, aku tidak pernah merasa segelisah ini. Panik? Tidak. Aku hanya... sedikit terganggu?
Helaan napasku terdengar lebih keras dari pada biasanya. Bahkan lantunan lagu bergenre R&B yang mengalun dengan volume suara kecil pun tak membantu untuk menyembunyikannya. Kepala perempuan di sampingku itu menunduk ketika aku mengangkat tangan kanan yang sedari tadi bertengger di persneling.
Apakah Wendy... dia tidak menangis, bukan? Mengapa bahunya berguncang kecil seperti itu?
Ternyata dia tertawa. Canggung dan tak natural seperti beberapa saat lalu. Aku tahu itu.
"Kenapa kau menghela seperti banteng yang tengah bernapas, Min-nim? Sedari tadi kau hanya diam. Jawablah, Amber-eonni sudah menunggu sejak tadi." Kali ini Wendy tidak mengelipkan helaian rambut panjang yang menutupi sebagian wajahnya. Aku tak dapat melihat sudut bibirnya yang selalu terangkat itu. "Kami perlu mendapatkan ukuran badan calon tunanganmu agar gaun yang dipesan dapat segera kami proses."
"Tidak." Aku menggeleng. Sulit sekali untuk meneruskan penjelasan ini.
"Tidak? Apa maksudmu dengan tidak?" tanyanya penasaran. Tubuhnya kembali mengarah kepadaku. "Tidak hari ini? Tentu saja. Butik sudah tutup. Apakah besok atau lusa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIBOYS
FanfictionFlirtatiboys = Flirtatious + Boys flir·ta·tious adjective behaving in such a way as to suggest a playful sexual attraction to someone. and the boys. PJM for Park Jimin, Bertemu di sebuah toko dua puluh empat jam, ditemani dua buah mangkuk ramyun ins...