Ch. 4, pjm

2.4K 507 121
                                    

"Dengan warna rambut apa pun, kau akan selalu terlihat tampan, Sayang!"

Godaan dari Woo membuatku terkekeh. Mulut lelaki kemayu ini selalu pintar memuji. Tak heran kalau salonnya selalu ramai. Selain pelayanannya yang sangat baik dan ramah, Woo selalu berupaya agar para pelanggan puas dengan hasil kerjanya. Hanya satu kekurangannya, dia suka menggoda pelanggan pria. Centil sekali.

Ini adalah kali kedua aku memasuki sebuah salon. Ya, salon yang pengunjungnya mayoritas kaum hawa, bukan tempat cukur khusus laki-laki. Jika saja Park Sooyoung tidak memaksaku untuk menemaninya sebagai rasa bersalah dan ungkapan permintaan maaf atas janji yang tak dapat ku tepati, aku mungkin lebih memilih untuk ke tempat cukur milik Shindong-hyung saja. Tentu, daripada aku dicolek-colek manja oleh Woo seperti ini. Huh, padahal pada akhirnya aku harus merelakan uang yang terkubur di rekening pribadiku untuk membangun usahanya. Ingatlah, Park Jimin, jangan pernah mengumbar janji pada Park Sooyoung! Kau akan merugi jika tak dapat menepatinya.

"Sooyoung, apakah kakakmu ini sudah punya pacar? Kalau belum, aku bersedia mengantri untuk mendapatkannya. Hihihihi."

Kalau aku tertawa, apa aku akan berdosa?

Jika orang yang menggodaku adalah Kang Seulgi, pasti aku sudah senang bukan kepalang sekarang. Namun sayang, yang tengah merayuku ini... ah, sudahlah!

Omong-omong tentang Kang Seulgi, belakangan ini konektivitas antara kami berdua sangat amat baik. Tidak hanya sekedar santai berdua dan mengobrol di minimarket dua puluh empat jam hingga lupa waktu, lalu mengantarkannya pulang ke rumah temannya saja. Beberapa kali, terkadang aku tak sengaja bertemu dengannya di sebuah restoran yang tak jauh dari tempat usaha Park Sooyoung. Dan pada akhirnya, aku selalu menawarinya sebuah tumpangan untuk mengantarkannya pulang atau kembali ke gedung stasiun televisi tempatnya bekerja.

Selain itu, tak ada yang spesial. Hanya sekedar bertukar pesan singkat dan sesekali aku menelponnya. Apakah agak berlebihan jika di saat mempunyai waktu lenggang untuk saling bertukar sapa menggunakan fitur video cal dalam beberapa menit? Tidak, bukan? Ini masih dapat dikatakan wajar untuk saling mengenal. Mungkin.

Bagaimana aku harus menjelaskannya... Ku rasa, baru pertama kali dalam sepanjang masa hidup aku mempunyai gejolak seperti ini. Sungguh. Tak sama dengan apa yang ku rasakan dengan Im Nayeon dulu. Coret catatan bagaimana cara kami berpisah, hanya mengingat bagaimana hasrat yang terjalin saat kami saling tertarik satu sama lain. Dulu aku memang mencintai Nayeon karena telah terbiasa. Sering kali bertemu dengannya di Calico, karena dia adalah pengunjung setia Kafeku. Pada akhirnya aku jatuh hati padanya dan menghabiskan waktu serta uang bersamanya. Hingga kami berpisah karena diriku tak dapat mengimbangi kehidupannya lagi.

Kang Seulgi berbeda. Jauh. Sama sekali tak ada kesamaan. Dia mempunyai warna baru yang tak pernah ku bayangkan. Kehadirannya memberikan kesan yang sangat menarik dan aku menyukainya.

"Oppa," panggil Sooyoung dan memecahkan lamunanku.

Aku menoleh padanya gadis yang kini rambutnya terbungkus oleh beberapa benda aneh. Dia terlihat sulit untuk bergerak. Mengerikan. Seperti Medusa.

"Hm?" sahutku.

Dia mendengus. "Apa yang kau pikirkan? Sejak tadi Woo terus mengajakmu berbincang, tapi kau diam saja tanpa kata. Jangan mempermalukanku!"

Park Sooyoung... Sebenarnya dia ini seorang manusia atau seekor burung? Dari tadi yang dia lakukan hanya berkicau saja. Aku tak tahan dengan kebiasaan buruknya ini. Sungguh. Mungkin ini sudah menjadi kodrat bagi keturunan perempuan di keluarga Park. Mereka semua tak berhenti mengoceh dan terus menceramahiku. Tidak Ibu, Nenek, Tante, bahkan adik sepupu, semu sama. Ataukah memang diriku yang selalu menjadi sasaran empuk bagi mereka?

FLIRTATIBOYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang