Aku terjebak dalam situasi yang sangat rumit dimana perempuan yang belakangan ini selalu mengisi hari-hariku dengan kebahagiaan baru saja mendapatkan kabar buruk. Setelah kemarin aku mengetahui sebuah fakta bahwasanya Kang Seulgi akan bertunangan dengan sahabatku sendiri一Min Yoongi. Dan ternyata teman serumahku itu diam-diam sudah mempunyai kekasih.
Aku pikir, Kang Seulgi akan bersedih karena sebuah fakta mengejutkan itu. Dia bilang, dia tidak peduli dengan Min Yoongi karena pada dasarnya perjodohan yang akan dilaksanakan ini hanyalah sebuah tradisi konyol dari keluarganya. Kau tahu, hatiku terasa hancur berkeping-keping kala dia tersenyum kepadaku sembari berkata;
"Aku sudah mempunyai seseorang yang sangat berharga. Kau tenang saja, Jimin-ssi. Aku tak peduli jika calon tunanganku mempunyai kekasih. Syukurlah, sepertinya pertunangan kami akan benar-benar dibatalkan."
Jangan diragukan lagi. Jangan ditanyakan lagi. Dalam satu waktu, tanpa jeda sedikit pun, hatiku dibombardir hingga tak berbentuk lagi. Suratan takdir rupanya tertulis dengan berbagai kata dan kalimat yang kejam bagi kehidupanku. Baru saja aku dapat membuka hati dan mengenyampingkan harga diri untuk seorang perempuan setelah sekian lama menetap di kegelapan masa lalu, harapan yang dijunjung tinggi telah luluh lantak dalam sekejap saja. Dan aku hanya dapat tersenyum hambar kepada gadis pujaan.
Setelah pertemuan yang terjadi di Calico, aku sedikit menjaga jarak. Sebisa mjngkin tak menemui dan menghubungi Kang Seulgi. Hal tersebut perlu ku lakukan sebagai bentuk upaya untuk menata perasaanku. Aku tak menjauhi dirinya begitu saja. Aku tidak mau menghilang dari pandangannya. Akan tetapi, aku perlu membentengi diri agar tak jatuh semakin dalam padanya. Ku sadari, aku tak hanya tertarik dan menyukai Kang Seulgi. Terlanjur mencintai dan mengharapkannya, itulah penyesalanku. Dan aku tak ingin rasa tersebut berubah menjadi menginginkan untuk memilikinya.
Namun walau bagaimana pun aku mencoba, sekeras apa pun usaha, dan sebulat apa pun tekadku untuk menghentikan perasaan ini, percuma saja. Hatiku ini terlalu lemah untuknya. Aku tak dapat mementingkan keegoisanku di saat aku melihat perempuan yang ku cintai murung. Ya, Kang Seulgi sedang dalam keadaan yang menempatkan dirinya untuk tak dapat tersenyum. Berita tentang Min Yoongi yang memutuskan untuk membatalkan pertunangan dan mempertahankan hubungannya dengan sang kekasih tersebar di antara kerabat keluarga Kang dan keluarga Min sendiri. Termasuk telinga kedua orang tuaku.
Dadaku terasa sesak saat mendengar bagaimana suara bentakan dan hujatan ketika Kang Seulgi memasuki rumah orang tuanya. Kesalahanku karena tidak segera tancap gas setelah mengantarkan dia pulang ke sini. Entah apa yang menjadi penyebab keributan tersebut, hingga menghasilkan akibat fatal. Bayangkan saja, dari kursi belakang kemudi BMW-ku yang jendelanya sengaja dibuka, aku dapat mendengar suara mengerikan itu.
Detik itu aku segera membuka pintu mobil. Sebut saja aku kehilangan akal sehat karena dengan nekatnya menekan tombol pada alat pengaman digital yang terpasang di pintu pagar. Terdengar suara wanita yang menanyakan siapa diriku dan tujuanku ke rumah tersebut. Ku katakan saja kalau aku sedang mencari Kang Seulgi karena ingin mengembalikan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan. Dan ketika kunci pintu pagar terbuka, aku segera melesat masuk melewati tembok rumah yang sangat tinggi tersebut.
"Jimin-ssi?" Dia berdiri di ambang pintu saat menemukanku yang berjalan dengan langkah lebar ke arahnya. "Ku pikir kau sudah pulang一"
"Apa kau baik-baik saja? Kau tidak terluka, bukan?!" tanyaku memotong kalimatnya, menuntut jawaban. Aku memegang kedua bahunya ketika diriku tepat berada di depannya.
Masih terdengar suara perdebatan dari dalam rumah. Dan dengan wajah tebal, tak peduli dilabeli sebagai manusia yang suka ikut campur, aku bertanya pada Kang Seulgi, "Ada apa? Maaf, aku tak mempunyai maksud apa pun. Aku hanya khawatir."
KAMU SEDANG MEMBACA
FLIRTATIBOYS
FanfictionFlirtatiboys = Flirtatious + Boys flir·ta·tious adjective behaving in such a way as to suggest a playful sexual attraction to someone. and the boys. PJM for Park Jimin, Bertemu di sebuah toko dua puluh empat jam, ditemani dua buah mangkuk ramyun ins...