Bagian~6

4.3K 389 32
                                    

Pagi ini suasana hati Rendra sedang sangat tidak baik. Salah sedikit saja, orang yang berada di dekatnya pasti terkena imbasnya. Bahkan Bima, orang kepercayaannya pun hanya sanggup berdiri bak patung di seberang meja, menanti apa lagi luapan amarah yang akan dikeluarkan atasannya tersebut.

Sedangkan Rendra sendiri bukannya tidak menyadari bahwa ada yang berbeda dari dirinya, lebih tepatnya lagi ada semacam rasa tak bernama yang kini sedang menyelimuti hatinya. Sebagai orang yang sudah merasakan pahit manisnya kehidupan, Rendra tetap tidak bisa menemukan jawaban akan apa yang kini ia rasakan. Bahkan hubungan satu malam yang biasa dilakukannya ketika sedang banyak pikiran tak juga berhasil mengusir rasa itu dari hatinya. Yang lebih mencengangkan lagi, kegiatan yang dulunya selalu berhasil memancing gairah Rendra hingga ke tingkat tertinggi, nyatanya kemarin malam tidak sanggup Rendra lakukan. Wanita yang sudah dibayar untuk pelayanannya tersebut Rendra tinggalkan begitu saja disaat si wanita penghibur hampir menanggalkan seluruh pakaian di tubuh seksinya.

Entah apa yang menggangunya kemarin malam, namun satu yang pasti saat akan memulai sesi berciuman, bayangan wajah Sadi yang menangis tanpa suara saat tangan Rendra melayang di pipi gadis itu terus saja menghantui benaknya. Mungkin saja itulah penyebabnya gairah Rendra perlahan menghilang dan enggan untuk bangkit lagi.

Hah... gadis itu benar-benar bisa merusak segala rencananya. Ternyata membawa gadis itu dalam lingkaran balas dendamnya harus Rendra pikirkan kembali. Salah-salah, bukannya gadis itu yang merasa tersakiti akan balas dendam yang Rendra arahkan padanya, justru Rendra yang bisa saja terjerumus akan rasa tak bernama yang ia rasakan kepada gadis itu setiap kali Rendra menatap wajah sendunya.

"Pasang kamera pengawas di setiap sudut rumah. Pastikan tidak ada tempat yang luput dari pantauan." titah Rendra tiba-tiba karena yakin bahwa orang kepercayaannya masih berada di dalam ruangan yang sama.

"Kalau boleh saya tau, apakah kamera pengawas di rumah anda masih belum cukup?"

"Belum." jawab Rendra tegas.

Kening Bima mengerut seakan mengetahui bahwa ada alasan lain atas apa yang diminta oleh atasannya saat ini. Semua itu terbukti saat sang atasan kembali bersuara dan apa yang dikatakan oleh pria yang diidolakannya tersebut benar-benar di luar pemikirannya.

"Asal kau tau, Bim, pemilik bar itu sedang mencari keberadaan Sadi. Bahkan dia berani mendatangiku karena pernah mendengar bahwa aku pernah berbicara dengan pegawainya itu."

"Jadi itu alasan anda meminta ditambah kamera pengawasnya?"

Rendra mengangguk, "Bukan hanya itu saja. Selain untuk mengawasi gerak-gerik Sadi dengan lebih leluasa, kamera pengawas itu juga bisa berguna untuk mengetahui siapa saja orang berani menginjakkan kakinya di rumahku. Baik itu tamu yang diundang maupun yang tidak diundang."

"Baik, akan segera saya laksanakan." Bima menyanggupi.

"Satu lagi, perketat penjagaan rumah. Tempatkan beberapa orang lagi di pintu depan dan belakang. Bilang kepada mereka jangan biarkan siapapun masuk ke dalam rumahku, siapapun orangnya. Bahkan teman-temanku pun tidak boleh masuk ke sana."

"Apakah ini ada hubungannya dengan wanita yang mendatangi anda beberapa hari yang lalu itu?"

"Ya... aku merasa kedatangan pe***ur itu akan membawa masalah baru untukku. Kau sendiri tau, aku tidak ingin direpotkan oleh hal-hal yang tidak penting karena ada banyak masalah yang harus lebih aku perhatikan."

"Saya mengerti." sahut Bima dengan gestur sedikit membungkukkan kepala untuk undur diri. Lalu kemudian memutar langkah saat Rendra memberikan satu anggukkan ringan untuknya.

Baru saja Rendra berpikir bisa menikmati keheningan dalam kesendirian setelah ditinggalkan Bima seorang diri dalam ruangan sambil kembali menata hatinya, secara tiba-tiba pintu ruangan kerjanya kembali menjeblak terbuka. Suara hantaman antara pintu dan dinding memang tidak cukup besar untuk memancing keributan, akan tetapi suara yang dihasilkan tetap saja dengan sukses merusak kembali ketenangan yang baru sedikit Rendra kumpulkan.

Harapan Di Ujung Senja [TTS #2 | TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang